Mohon tunggu...
Supli EffendiRahim
Supli EffendiRahim Mohon Tunggu... Penulis - pemerhati lingkungan dan kesehatan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Orang biasa yang ingin jadi orang baik di mata Allah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tenaga Kesehatan Kita Rentan Alami Kekerasan Keluarga Pasien

17 April 2021   06:08 Diperbarui: 17 April 2021   06:46 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillah,

Saya sebagai dosen Sekolah Kesehatan Masyarakat tersentak kaget jika ada berita di media soal maupun di media massa tentang tindak kekerasan dari masyarakat. Kenapa? Karena saya mengajarkan mata kuliah Etika dan Hukum Kesehatan kepada mahasiswa. Tulisan  adalah bentuk rasa keprihatinan yang mendalam terhadap tenaga kesehatan di manapun mereka bertugas.

Etika dan Hukum Kesehatan

Kepada mahasiswa saya mengingatkan sewaktu memberi kuliah Etika dan Hukum Kesehatan bahwa kalian berada di hutan yang ada macannya. Kenapa demikian? Karena pasien itu adalah raja dan atau ratu yang harus dilayani dengan baik. Kalian tidak boleh marah, tidak boleh salah, tidak boleh berkata kasar, tidak boleh semua. 

Tetapi saya katakan kepada mereka bahwa kalian mesti "melek hukum". Kalian ada hak-hak yang hatus dilindungi dan dihormati. Keluarga pasien mesti dilakukan edukasi tentang kondisi tenaga kesehatan. Mereka juga berhak dihormati  disayangi, dimengerti.

Nakes itu juga manusia

Tenaga kesehatan entah itu perawat, bidan, dokter, analis, rekam medik, apoteker, SKM, adalah manusia juga seperti pasien. Mereka juga bisa salah, mereka juga capek, letih, lesu, sakit dan stres. Karena itu keluarga pasien mesti menyikapi kejadian apapun secara sabar, syukur bukan emosional.

Kejadian di sebuah rumah sakit swasta di daerah kampus Palembang merupakan pelajaran berharga bagi kita semua.

Pertama, kejadian berdarahnya tangan yang diinfus oleh perawat di RS tersebut semestinya disikapi dengan tidak emosional oleh keluarga pasien. Ketahuilah bahwa sang perawat sudah mengikuti pelatihan tetapi terkadang si pasien juga lalai dalam menjaga ingus agar tidak berdarah.

Kedua, istri tidak mesti menyulut kemarahan suami dengan langsung menceritakan adanya pendarahan pada tangan anak yang diifus. Karena penamparan nakes oleh siapapun adalah tindakan kriminal.

Ketiga, keluarga pasien mesti menyadari bahwa pihak RS dan tenaga kesehatan pasti ingin menolong pasien dengan tanpa kecelakaan. Tetqpi kecelakaan itu terkadang adalah taqdir Allah untuk menguji kesabaran semua pihak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun