Mohon tunggu...
Supli EffendiRahim
Supli EffendiRahim Mohon Tunggu... Penulis - pemerhati lingkungan dan kesehatan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Orang biasa yang ingin jadi orang baik di mata Allah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenang Berpuasa di Inggris

15 April 2021   19:01 Diperbarui: 15 April 2021   19:05 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokpri, dari google earth

Bismillah,

Saya berpuasa di Inggris cukup lama yakni lima kali merasakan bulan ramadhan. Itu terjadi pada ramadhan tahun-tahun 1986, 1987, 1988, 1989 dan 1990. Karena itu saya merasakan ramadhan paling lama yakni jika ramadhan tersebut terjadi pada musim panas. Tentu saja walau menderita tetapi karena dekat keluarga tidak begitu terasa. Tulisan ini ingin menceritakan lika liku perjuangan di negeri Pangeran Charles pada saat melaksanakan puasa ramadhan.

Puasa ramadhan di Musim panas

Pada waktu musim panas mata hari enggan tenggelam. Subuh terjadi pada pukul 02.00 Waktu Inggeris (GMT, greenich mean time), sedangkan maghrib adalah pukul 22.00 GMT.  Berartiamanya puasa pada musim panas adalah 20 jam. Selama itu terjadi hidrasi pada tubuh kami yang ditandai dengan bibir pecah-pecah, hidung keluar darah. 

Maka untuk persiapan makan sahur kami terpaksa mengkonsumsi pil untuk mempercepat pencernaan. Pil itu dimakan sesudah wakty isya yakni pukul 23 GMT. Kami juga harus bangun dan siap untuk makan sahur pada pukul 01.30 GMT.

Pergi ke kampus

Walau puasa saya tetap ke kampus. Karena penelitian saya topiknya adalah variasi musiman kualitas lingkungan. Saya setiap bulan pada tanggal yang disepakati dengan promotor dan driver untuk monitoring kualitas tanah dan lingkungan di petak eksperimen yang berjarak pmbeberapa kilometer dari kampus. 

Bulan pertama terasa berat dan membosankan rasanya. Tetapi karena adalah karyasiswa yang memperoleh beasiswa dari pemerintah RI maka rasa malas itu  jadi sirna. Apalagi waktu itu penelitian saya adalah grant penelitian promotor saya, tepatnya Prof Morgan. Beliau memperoleh dana penelitian dari Uni Eropa. Walau saya tidak diberi oleh profesor tetapi saya tetap berayukur karena biaya penelitian semua ditanggung oleh profesor saya termasuk biaya analisi laboratorium dan biaya transportasi ke petak penelitiab di lapangan. Semuanya gratis.

Tidak pernah solat tarawih

Karena saya adalah mahasiswa penerima beasiswa  dari Bank Pembangunan Asia(ADB) maka dengan mudah kita tahu bahwa waktu dibatasi oleh mereka. Kita tidak boleh melebihi batas waktu yang disepakati sebekumnya. Ini bagus juga supaya para karyasiswa tidak santai alias santuy. Untuk seoeang mahasiswa PhD dibatasi 4-5 tahun harus tamat. Jika lebih dari waktu biasiswa dipotong atau diminta untuk pulang ke tanah air.

Karena itu maka saya nyaris tidak pernah swmpat solat tarawih di masjid kecuali pada waktu libur week end atau libur nasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun