Mohon tunggu...
Supiyandi
Supiyandi Mohon Tunggu... Freelancer - IG: @supiyandi771

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Money

Baik dan Buruk Proyek OBOR bagi Indonesia

12 Juli 2019   13:57 Diperbarui: 12 Juli 2019   14:23 2523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Supiyandi (IG: @supiyandi771 Twetter: @supiyandi15) 

Akhirnya Indoensia terjebak dalam hutang yang tidak berkesudahan dan dominasi barat semakin besar di Indonesia. Ada banyak asset AS yang ditanamkan di Indonesia bahkan ketergantungan Indonesia kepada barat semakin memuncak ketika Indonesia di embargo pada tahun 2000 karena diduga melakukan pelanggaran HAM di Timor Timur. Hal ini kemudian menjadikan Indonesia sadar bahwa selama ini telah terjerumus dalam perangkap yang sangat susah untuk keluar darinya.

Inilah yang sedang dilakukan oleh Tiongkok dan AS saat ini, seperti saat perang dingin berlangsung berebut dominasi antara Uni Sovyet dan AS. Segala macam cara dibuat untuk dapat menanamkan pengaruhnya dinegara lain. Indonesia adalah sasaran empuk dari kebijakan Belt and Road Initiative karena proyek infrastruktur yang sedang gencar dilakukan tidak sebanding dengan kesiapan anggaran yang ada. Saat ini banyak dana pinjaman dari Tiongkok yang digunakan untuk membangun infrastruktur di Indonesia. Lalu apa dampak kebijakan Belt and Road bagi Indoensia? Berikut kita bahas dampak baik dan buruknya bagi Indonesia.

Kebijakan Belt and Road Initative memiliki dampak positif dan dampak negatif bagi Indoensia. Dampak positifnya adalah pembangunan dalam negeri terutama infrastruktur fisik diberbagai bidang bisa terrealisasi dengan adanya bantuan dana baik dalam bentuk hibah maupun pinjaman dalam bentuk utang. Kemudian bisa mendorong pertumbuhan ekonomi dari aktivitas pembangunan yang dilakukan.

Dampak negatifnya adalah secara ekonomi akan mengalami ketergantungan utang yang menyebabkan Indonesia sulit untuk melunasinya dalam jangka pendek dan tentu selama proses pelunasan utang itu semua keuntungan dari proyek yang dibangun dari dana pinjaman akan mengalir keluar sehingga keuntungan yang dinikmati oleh masyarakat yang sesungguhnya sangat kecil. Pertumbuhan ekonomi hanya berdampak semu kepada masyarakat karena hanya meningkatkan kuantitas transaksi, volume dan kegiatan ekonomi saja bukan meningkatkan kualitas pembangunan dan kualitas pertumbuhan ekonomi. Maksudnya adalah pertumbuhan ekonomi dari kegiatan ekonomi yang di dorong dengan dana pinjaman tidak mencerminkan pertumbuhan ekonomi yang sesungguhnya.

Kemudian dampak negatif dibidang politik yaitu sangat muda didikte dan ditekan oleh Tiongkok selaku Negara yang memberikan dana pinjaman. Ketidakberdayaan untuk melawan ini dikarenakan banyaknya jaminan asset yang digadaikan untuk melunasi hutang dalam jangka panjang. Inilah kekhawatiran yang ditimbulakan jika Indonesia semakin jauh terlibat dalam kebijakan Belt and Road Initiative. Kita sudah pernah mengalami pengalaman buruk ketidakberdayaan tertekan karena terperangkap dalam jeratan hutang.

Sudah ada beberpa contoh yang bisa dilihat diluar Indonesia seperti Zimbawe, Nigeria, dan Sri Lanka yang akhirnya menjadikan mata uang Negara mereka menjadi Yuan. Dengan kondisi hutang Indonesia yang sudah sangat tinggi saat ini wajar jika kekhawatiran muncul jika Indonesia semakin terlibat ke dalam perangkap hutang yang berkedok bantuan pembangunan ini. Tidak ada bantuan yang gratis, pasti ada maksud dan kepentingan. Sudah tergambar jelas apa yang dilakukan oleh Tiongkok adalah untuk mendominasi ekonomi dunia dan dengan itu juga bisa mengendalikan politik di dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun