Oleh: Supiyandi
Kulihat ia berjalan
Sendiri di pinggir jalan tengah malu
Wajahnya kusam lusu
Entah berapa lama ia belum mandi
Kakinya menapaki aspal tanpa alas
Bisa dirasakan hangatnya sampai kepala saat matahari menyegat
Dari keningnya keluar bercak keringat
Diusapnya menggunakan lengan kanannya
Sambil melihat kesebrang jalan
Orang yang sedang makan di warung padang
Berkata seorang Uda pada pelanggan
"Kasihan nasibnya malang, usia dininya diuji dengan cobaan hidup yang kejam"
Tapi lebih kejam kita yang melihat kesengsaraannya tapi hanya diam
Dia hanya sebatang kara
Tidak tau ibu tidak tau ayah
Entah sudah pergi kemana, mungkin sudah di antabrata atau mayaindra
Ya Allah
Aku berpasrah kepadamu atas upaya dan daya yang sudah dilakukan
Dunia ini sudah fana dan kau uji lagi dengan kefanaan
Sungguh anak terlantar adalah dosa dari hamba yang keterlaluan
Ia berhenti di tepi jalan, menghadap muka ke restoran padang
Tatapannya lantang seolah berharap mendapat hidang
Berlari ia menyebrang jalan menemui Uda padang dan Pelanggan
Menengadah tangan dalam harapan
Dikasih lah ia makan oleh pemilik restoran dengan nada tidak sopan
Kalaulah dunia ini punya hati
Tidak mungkin ada anak terlantar dipenjuru negeri
Apakah dosa penguasa sudah menggunung tinggi
Atau ahlak anak negeri sudah tidak ada lagi
Panggung politik memang menggiurkan hati
Namun, tidak kah kau lupa, dia yang terlantar itu dosa negeri//