Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Untuk apa sembuhkan luka, bila hanya tuk cipta luka baru? (Supartono JW.15092016) supartonojw@yahoo.co.id instagram @supartono_jw @ssbsukmajayadepok twiter @supartono jw

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ingat Timnas Vanuatu Mengincar Kemenangan, Bukan Sekadar Berwisata ke Indonesia

14 Juni 2019   08:57 Diperbarui: 14 Juni 2019   09:10 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Timnas Indonesia akan kembali menjalani uji coba Internasional bertajuk FIFA A Matchday. Kendati baru dipecundangi 4-1 oleh Yordania (11/6/2019) yang berperingkat 97an FIFA, pasukan Garuda dipastikan menjamu Timnas Vanuatu di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Sabtu (15/6).

Akal-akalan atau dari FIFA

Kendati laga jelas sudah di luar jadwal agenda FIFA A Matchday, namun pihak PSSI berkukuh bahwa peetandingan tersebut bakal dihitung poin yang memengaruhi ranking FIFA. 

FIFA Match Day untuk Juni tahun ini dilangsungkan pada 3 hingga 11 Juni. Timnas Indonesia memang dipastikan hanya mengisi slot FIFA Match Day saat melawat ke markas Jordania, 11 Juni di Amman International Stadium. 

Namun, saat pasukan Simon McMenemy bakal menjamu Vanuatu di SUGBK, PSSI buka suara soal. "Tetap dapat poin. Cuma memang skornya beda dengan FIFA Match Day," ujar Direktur Media PSSI, Gatot Widakdo, saat dikonfirmasi awak media (2/6/2019).

Sekjen PSSI, Ratu Tisha Destria, juga menyebut kalau laga kontra Vanuatu berstatus FIFA A Match. Karena itu Tisha sampai mengorbankan Liga 1.

Tisha meminta kepada PT Liga Indonesia Baru (LIB) untuk menjadwal ulang pertandingan pekan keempat Liga 1 2019 yang buntutnya masih menjadi persoalan dengan pihak sponsor hingga kini.

Jadi, laga yang jelas di luar Agenda jadwal FIFA A Matchday bulan Juni, sebenarnya akal-akalan PSSI saja atau memang benar FIFA memberikan kehususan bagi Timnas Indonesia sebagai hasil dari loby-loby Tisha ke FIFA.

Hebat sekali bila FIFA memberikan point pada laga yang di luar agendanya, khusus untuk Timnas Indonesia dan Vanuatu.

Terlanjur banyak korban

Terlepas polemik bahwa laga akan mendapat point atau tidak dari FIFA, dan terlanjur memakan korban akibat pemunduran jadwal Liga 1,  pertandingan uji coba wajib tetap dilaksanakan.

Bila pada laga besok, Simon akan kembali bereksperimen, hendaknya Simon stop menjadi pelatih nasional. 

Apapun latar belakang dan tujuan laga uji coba versus Vanuatu, tetap menjadi gengsi dan prestasi bangsa. Terlebih FIFA (menurut PSSI) akan memberikan point untuk ranking.

Jadi benar, bila Manajer Madura United berujar bahwa, bila laga Timnas hanya untuk eksperimen, baiknya Simon membawa Timnas bertanding melawan tim Liga 3 saja.

Begitupun untuk PSSI, semoga banyak suporter Timnas yang hadir ke GBK, sehingga PSSI tak merugi, namun untung seperti niat dan tujuannya yang lebih khusus bukan sekadar mencari prestasi untuk Timnas.

Kekecewaan publik sepakbola nasional sudah bertumpuk kepada PSSI, begitupun kepada Simon yang kini gemar eksperimen di Timnas. 

Andai saja besok Timnas kembali takluk kepada lawan, bahkan laga dilakukan di kandang, maka kecaman terhadap Simon tentu akan bertambah.

Terlebih, bila Simon kembali meremehkan lawan. Sebab, Vanuatu juga bukan tim kemarin sore.

Berdasarkan rangking FIFA 4 April 2019, Vanuatu, bertengger di posisi 166, sementara Indonesia berada di rangking 159. Perbedaan yang hanya 7 angka di posisi rangking FIFA, dalam fakta laga selama ini, tidak begitu signifikan. Jadi, Vanuatu bisa jadi akan memberikan sengatan pada pasukan Garuda yang sedang dalam proses eksperimen Simon.

Yang akan terjadi berikutnya, bila pada akhirnya Timnas Kalah, sejarah akan mencatat bahwa FIFA A Matchday bulan Juni 2019, penggawa Garuda dua kali keok akibat kecerobohan dan kepongahan pelatih.

Siapa Vanuatu?

Timnas Vanuatu mungkin saja asing bagi publik pencinta sepak bola Indonesia. 

Vanuatu Football Federation (VFF) tergabung dalam Konfederasi Sepak Bola Oceania (OFC). VFF berdiri pada 1934 dan gabung FIFA pada 1988.

Selama ini Timnas Vanuatu lebih senang bertanding dengan tim sesama negara anggota OFC di kawasan Oseania saja. Sangat jarang mereka keluar dari kawasan itu, apalagi melawan tim dari luar anggota OFC.

Jika mendengar sepak bola di kawasan Oseania, yang terbayang dalam benak pencinta sepak bola Indonesia mungkin adalah: lemah, bisa jadi lumbung gol.

Sebab, mengacu pada ranking FIFA per 4 April 2019, dari 11 anggota OFC yang terdaftar di FIFA, hanya dua negara yang ada di posisi 140 besar, yakni Selandia Baru (119) dan Kepulauan Solomon (139).

Sisanya tersebar di ranking lebih rendah, bahkan ada menduduki posisi paling buncit, yakni ke-203, yang dihuni Tonga.
"Kualitas" sepak bola di kawasan OFC sempat "diselamatkan" Australia sebelum negara itu memilih pergi dan gabung AFC pada 2006. Kini posisi terkuat di OFC diambil alih Selandia Baru.

Namun, Timnas Indonesia, nyatanya hanya terpaut 7 angka lebih baik dari Timnas Vanuatu. Jadi, bukan berarti penggawa Garuda akan dapat mengalahkan dengan mudah.

Apalagi bila saat publik sepakbola nasional Timnas turun dengan kekuatan terbaik untuk dapat memenangi pertandingan, ternyata pemikirannya tak sejalan dengan pelatih 'asing" kita yang hanya mementingkan ego pribadi demi mencari komposisi tim terbaik dan bereksperimen di saat laga pentin yang bahkan ada hitungan point yang berbuntut naik atau turunnya ranking FIFA.

Jangan lupa pula bahwa, Vanuatu datang ke Indonesia dengan generasi emas. Vanuatu datang ke Indonesia juga bukan untuk sekadar berwisata. Mereka dalam persiapan serius jelang tampil di Pasific Games 2019 yang akan digulirkan di Samoa, 7-20 Juli 2019.

Sebelum melawan Indonesia, Vanuatu tampil dalam turnamen segitiga. Lawannya, sesama negara OFC, yakni Tahiti dan Fiji.

Keduanya digelar di kandang sendiri, Port Vila. Menjamu Tahiti, 4 Juni 2019, Vanuatu menang 2-0, sedangkan pada uji coba melawan Fiji (10/6/2019), kedua tim bermain sama kuat, 0-0.

Tim itulah yang dipersiapakan untuk meladeni Indonesia yang juga merupakan kerangka Tim Pasific Games.

Dari daftar, ada 23 pemain yang disiapkan, plus lima pemain dalam posisi stand-by. Namun, tak semuanya dibawa ke Indonesia. Bila dicermati, ke-23 pemain yang menghuni skuat Vanuatu. Pemain tertua dalam tim, Chikau Mansale, merupakan kelahiran 1983, jadi usianya sudah 36 tahun.

Namun, selebihnya Timnas Vanuatu didominasi pemain kelahiran 90-an, bahkan ada yang kelahiran 2000 dan 2001. Hanya dua pemain tercatat kelahiran 80-an, selain Mansale, ada Daniel Natou (kelahiran 1989).

Rombongan timnas yang dipimpin pelatih Paul Munster ini, memang dengan tujuan pulang membawa point.

Bagaimana coach Simon? Apakah akan tetap bereksperimen meladeni lawan yang sangat siap menjungkalkan Indonesia karena mereka bukan sekadar berwisata!

Ayo PSSI, arahkan Simon, jangan hanya berhitung tiket akan terjual berapa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun