Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Untuk apa sembuhkan luka, bila hanya tuk cipta luka baru? (Supartono JW.15092016) supartonojw@yahoo.co.id instagram @supartono_jw @ssbsukmajayadepok twiter @supartono jw

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

PSSI Utang, Akibat Pengurus Tak Kaya Harta dan Tak Kaya Hati

6 April 2019   00:01 Diperbarui: 6 April 2019   00:11 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
You Tube. Muhlasin M. (9012016)

Menjadi Pejabat atau Pengurus Organisasi Olahraga, Seni Budaya, apalagi Pengurus Partai Politik di Indonesia, sejatinya bukanlah untuk sekadar gaya-gayaan, apalagi hanya untuk numpang mencari nama.

Sebab, menjadi pejabat atau pengurus kegiatan tersebut hingga kini, bukan lahan dan tempat untuk mencari uang.

Kendati banyak kegiatan tersebut yang sudah berlindung di balik kata-kata PT (Perseroan Terbatas) atau Yayasan yang sudah berakta notaris serta berharap pada sponsor dan dana Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan, tetap saja nafas kegiatan Organisasi atau Partai tetap tersendat.

Coba tengok berapa pengurus partai tercokok KPK akibat korupsi. Berapa grup kesenian dan budaya mati, akibat tidak ada dana. Lalu, tak terhitung klub olahraga dan organisasi olahraga mati suri akibat tidak ada yang membiayai roda klub dan organisasi.

Sekarang coba tengok, organisasi olahraga sebesar PSSI, yang notabenenya memiliki kantong-kantong sumber pemasukan anggaran, ternyata kabar terbaru harus terlilit utang kepada berbagai pihak. Ada utang kepada finalis Liga 3 2018. Ada utang kepada hamba Allah untuk membiaya Timnas U-22 yang sukses menjadi jawara Piala AFF U-22, yang  besarnya juga di angka miliaran. Belum lagi utang-utang yang belum terpublikasi sebab PSSI tidak pernah terbuka kepada publik dan tidak pernah ada Lembaga yang mengawasi.

Dengan kondisi PSSI pusat yang seperti ini, bagaimana PSSI di daerah yang bernama Asprov, Askab/Askot? Apakah individu-individu yang menjabat di kepengurusan sepakbola tingkat provinsi, kabupaten/kota adalah benar-benar murni ingin memajukan sepakbola daerah dengan saku kanan-kiri yang tebal uang karena memang bukan numpang mencari makan di organisasi sepakbola?

Sayangnya, sudah bukan rahasia lagi, kini semua individu yang masuk dalam lingkaran kepengurusan organisasi olahraga maupun seni dan budaya, ujung-ujungnya hanya menjadikan wadah tersebut sebagai kendaraan untuk kepentingan dan tujuan politiknya.

Jadi, sebagai pengingat, janganlah gaya-gayaan menjadi pejabat atau pengurus organisasi apalagi partai bila tidak memiliki modal kaya harta dan kaya hati agar roda organisasi dan program-programnya dapat berjalan.

PSSI selalu terbelit hutang, akibat pengurusnya banyak yang tak kaya harta dan tak kaya hati, tetapi berebut mau jadi pejabat PSSI pusat, Asprov, Askab, Askot, juga pengurus partai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun