Piala Presiden tetap akan digelar pada 2 Maret 2019 mendatang. Sementara final dengan format tandang dan kandang akan berlangsung pada 9 April dan 12 April 2019, persis beberapa hari lagi sebelum Pemilu.Dengan demikian, apapun alasan PSSI dengan digelarnya Piala Presiden yang tadinya ditiadakan karena Pilpres 2019, tetap menjadi preseden yang kurang nyaman bagi publik sepakbola nasional.
Meski PSSI menampik tudingan bahwa penyelenggaraan Piala Presiden 2019 terkesan dipaksakan dan berbau politis, tetap saja publik dapat membaca arah skenario gelaran even ini.
Siapa sutradara di baliknya, hingga sponsor dan pihak kepolisianpun mendukung serta merestui. Apa artinya, PSSI yang sedang terpuruk di depan mata publik, coba mencari perlindungan dengan justifikasi bahwa Piala Presiden memang dibutuhkan untuk pramusim bagi klub Liga 1 dan sudah disiapkan sejak lama.
Nah, siapa juga yang awalnya memastikan bahwa Piala Presiden 2019 tidak digelar karena bertepatan dengan Pilpres? PSSI bukan?
Ada apa dengan polisi? Ada apa dengan sponsor? Yang terkesan kompak mendorong digelarnya Piala Presiden?
Mungkin inilah kampanye yang paling kontekstual dan strategis untuk Pilpres. Seolah, Piala Presiden menjadi tombak paling tepat untuk mengeruk simpati rakyat.
Kini Piala Presiden tetap akan digulirkan. Tak perlu memikirkan kontroversi. Tak perlu memikirkan pihak yang curiga. Tak perlu memberikan kenyamanan bagi yang merasa dirugikan. Prinsipnya, saat "sponsor" mendukung, polisi kasih izin, maka tak perlu menanggapi komentar publik. Piala Presiden tetap jalan karena pemilik sepakbola nasional adalah PSSI.
Kini PSSI sedang dapat angin kencang, makanya tetap akan berlayar karena nakoda dan penumpangnya juga butuh tiba di tujuan dengan sukses dan selamat. Jadi benar, Piala Presiden adalah untuk pramusim Pilpres sekaligus Liga 1.
