Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Untuk apa sembuhkan luka, bila hanya tuk cipta luka baru? (Supartono JW.15092016) supartonojw@yahoo.co.id instagram @supartono_jw @ssbsukmajayadepok twiter @supartono jw

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Mau ke Mana Sepakbola Kita?

24 November 2018   13:07 Diperbarui: 24 November 2018   13:28 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menyisakan satu laga, meladeni Filipina, Timnas Indonesia yang sudah tersingkir tetap harus menunjukkan tajinya, jangan sampai kembali mempermalukan diri takluk dari lawan pada laga pamungkas, Minggu, 25 November 2018 di SUGBK.

Terlepas dari kondisi Timnas yang boleh dibilang gagal total di Piala AFF kali ini, sebab tak mampu lolos dari fase grup, padahal  Penggawa Garuda ditargetkan menjadi juara, publik semakin sedih dengan sikap dan ucapan pentolan organisasi PSSI.

Sekjen PSSI hanya menyikapi bahwa publik harus melihat Timnas itu bukan hanya 1, tetapi Timnas itu ada 7, terbaru, giliran sang Ketua Umum Edy Rahmayadi bilang kalau kegagalan Timnas itu karena wartawannya tidak baik. Bahkan, berikutnya, Edy juga menambahkan kalau beliau juga "capek"

Tisha ini bicara seakan PSSI tetap dia anggap berhasil, karena Timnas U-16 berhasil meraih trofi Piala AFF 2018.

Apa yang diungkap Tisha benar-benar cerminan kekacauan yang sangat nyata di tubuh pengurus olaraga yang sangat dicintai seluruh publik Indonesia. Sangat menyedihkan dan memprihatinkan. Bukannya rendah hati mohon maaf atau langsung saja mengundurkan diri dari pengurus, malah terus mencari pembenaran dan pembelaan.

Semua rakyat pecinta sepkbola nasional tahu. Prestasi sepakbola itu, ya prestasi Timnas seniornya. Ranking FIFA juga diukur karena prestasi Timnas seniornya bukan Timnas yang lain. Terlebih, prestasi Timnas U-16 juga bukan hasil pekerjaan PSSI. PSSI tidak membina, hanya mwngumpulkan pemain dari liga sepakbola swasta.

Lebih parah sikap dan pernyataan sang Ketua. Terlihat jelas bahwa dengan kata-kata atau ujarannya saat ditanya wartawan, benar-benar membikin publik sepakbola nasional miris.

Sudah Timnas tersingkir, bukan minta maaf dan mengundurkan diri, malah menyalahkan pihak lain. Lalu, bilang pusing dan capek.

Setali tiga uang. Bima Saktipun masih berharap menjadi pelatih Timnas dengan selalu menyatakan posisinya sebagai pelatih diserahkan ke federasi yang memutuskan, walaupun telah gagal.

Bila sepakola nasional selalu diisi oleh personal-personal yang tak tahu malu. Maka, sampai kapanpun sepakbola nasional akan mundur.

Mereka-mereka tetap tebar senyum, berani berargumen, tidak peduli, meski telah gagal membawa biduk PSSI yang lebih baik. Mereka tetap tenang dan nyaman, meski rakyat menghujat dan berharap mereka mundur, karena mereka dilindungi oleh statuta dan voters yang memilih mereka. Rakyat tak bisa menyentuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun