Mohon tunggu...
Suparjono
Suparjono Mohon Tunggu... Administrasi - Penggiat Human Capital dan Stakeholder Relation

Human Capital dan Stakeholder Relation

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Perjalanan Sunyi Petani

20 Juni 2020   13:54 Diperbarui: 20 Juni 2020   20:53 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para Petani pergi saat mentari hampir sinari bumi
Membaurkan tanah, air dan hara yang melekat
Menebar benih dari biji-biji yang memberi suri
Dalam setiap tebaran ada asa yang terikat

Seolah ingin memberi hidup pada alam yang sementara
Benih, winih, padi, nasi adalah tentang perjalanan terindah
Meski ada gabah yang berteman dalam sisa dan fana
Tapi selalu ada hikmah disetiap buliran yang menganga

Petani menjaga benih untuk tumbuh menjadi padi penuh ketundukan
Sedang aku hanya membutuhkan secuil nasi untuk menyempurnakan
Mengerti padi menelusuri diri, atau mungkin nanti aku menemukan sepi
Letihku mungkin mengharu dalam sadar yang tak menentu lagi

Mungkin adalah kata yang semakin memberi yakin
Pada mata yang melihat melati putih dibalut angin
Pada telinga yang mendengar pesan dari desiran angin
Pada mulut yang bersuara mendendangkan lagu cinta dalam dingin 

Pak Tani pun kembali menjelang lembayung senja datang
Melepas peluh yang sempat melepuh dalam terik
Pasrah dalam sabar dan ikhlas dalam tenang
Hingga dia menghempas dan terlepas menuju sang Khalik

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun