Mohon tunggu...
Suparjono
Suparjono Mohon Tunggu... Administrasi - Penggiat Human Capital dan Stakeholder Relation

Human Capital dan Stakeholder Relation

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bajuku Tertinggal di Istana

26 Agustus 2018   05:26 Diperbarui: 26 Agustus 2018   06:06 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mendaki bukit lewati lembah menggapai puncak. Mencari ekstase dari oase menuju kesempurnaan fase. Melihat anak manusia berlomba merajut setiap helaian benang baris-berbaris membentuk simpul. Berlembar -lembar simpul yang terbentuk hakikatnya hanya untuk menutup aurat.

Tetapi baju yang tercipta bukan hanya untuk aurat semata. Baju itu begitu liar memposisikan diri menjadi sebuah strata dan prestise. Baju menjelma dan melepaskan diri dari hakikat kemurniaan. Mode diproduksi hanya untuk melepaskan eksistensi kasta. Ia melupakan makna dari tujuan penciptaannya. Ia pelengkap dan penyempurna bukan tujuan dari keberadaannya. Orang berbondong -bondong menata dan merangkai definisi baju agar semakin eksklusive.

Beda baju beda istanah. Eksistensi istanah lebih menancap dan lekat dalam ingatan manusia. Istanah merupakan simbol dari puncak keagungan manusia. Penghuninya adalah pewaris para dewa yang membawa risalah cinta. Kokohnya sulit ditembus oleh meriam kecuali siasat kuda troya yang meluluh lantahkan benteng ke-aku-an. Kesombongan meruntuhkan eksistensi tebalnya dinding. Simbol dari kekuasan hasrat dan cinta kepada semesta. Kesementaraan mengada pada jiwa penghuni sangkar istanah. Baju dan istanah bisa menjelma menjadi simbol kesempurnaan manusia.

 Tak ayal manusia berlomba - lomba menggapai istanah agar bisa memakai baju ke-besar-an. Menjual hakikat dengan kesementaraan, menggadaikan harkat demi mendapatkan bayangan martabat. Pantaskah kau pertahankan baju dan istanah kau dapatkan. Mencari kesementaraan dengan mengorbankan kesempurnaan. Kembalilah pada hakikat makna baju sebagai penutup aurat dan Istanah adalah tempat bersemayam ketenangan jiwa. Agar takdir yang sudah tergurat dapat dipegang erat hingga sampai di akhirat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun