Mohon tunggu...
Supadiyanto Espede Ainun Nadjib
Supadiyanto Espede Ainun Nadjib Mohon Tunggu... profesional -

Penggiat di Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) DIY. Penulis buku: "BERBURU HONOR DENGAN ARTIKEL, TIPS DAN STRATEGI MENANGGUK RUPIAH DARI SURAT KABAR" terbitan Elex Media Komputindo (Kelompok Kompas Gramedia). Adalah kolumnis, pernah menjadi dosen tetap dan tamu (luar biasa) Universitas Islam Negeri "UIN SUKA" Sunan Kalijaga; serta Akademi Komunikasi "AKINDO" Indonesia, dan Akademi Komunikasi "AKRB" Radya Binatama Yogyakarta (Kelompok STMIK AMIKOM). Alumni Konsentrasi Kebijakan Media (Media Policy) Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Program Pascasarjana FISIPOL Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang. Hobi memotret. Baru menulis 7 buku, 15 jurnal dan prosiding Internasional dan nasional, lebih dari 70 makalah pada berbagai forum ilmiah. Tinggal di: Jalan Ki Srogo Padukuhan Sragan, RT 01/ RW 31 Kelurahan Sendangmulyo, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Provinsi D.I. Yogyakarta. Kontak: 08179447204, e-mail: padiyanto@yahoo.com, supadiyantoundip@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Dasar-dasar Jurnalisme Warga (2): Juknis Membikin Berita, Artikel, Foto & Video

1 September 2012   09:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:03 2181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Kegiatan terpokok dunia pewarta warga yakni menghimpun, menyusun, mengelola dan menyiarkan berbagai informasi, pendapat, berita baik berupa tulisan, berita foto, rekamanvideo melalui berbagai saluran informasi, jejaring sosial, media pewarta warga dan media massa cetak/elektronik. Prinsip kerja mereka mirip dengan para wartawan surat kabar, radio, televisi dan media elektronik profesional. Hanya yang membedakan dengan mereka, para pewarta warga tidak terikat dengan sebagaimana para wartawan yang mendapatkan gaji bulanan, sehingga para wartawan tersebut dituntut keras untuk produktif dalam menghasilkan karya jurnalistik. Posisi pewarta warga yang supel dan fleksibel ini memungkinkan mereka bisa masuk ke mana saja dalam menyiarkan hasil berita atau informasi yang diperoleh.

Faktor kedekatan dan kecepatan serta kejujuran para pewarta warga menjadi kunci keunggulan produk jurnalistik para pewarta warga dibandingkan dengan produk karya milik para wartawan “kantoran”. Yang membedakan lagi, kalau wartawan semua karya jurnalistiknya hanya diperkenankan diserahkan pada media massa tempat mereka bekerja, para pewarta dengan bebas (leluasa) bisa mengirimkan berbagai karya jurnalistik mereka ke manapun juga. Sehingga mereka juga bisa menuliskan karya jurnalistik mereka di surat kabar, majalah atau tabloid tempat para wartawan bekerja. Atau juga mereka bisa mengirimkan karya jurnalistik mereka ke media pewarta warga seperti Koran Online Pewarta Indonesia (KOPI), Harian Online Kabar Indonesia (HOKI), Kompasiana (Kompas Group) dan aneka situs online pewarta warga lainnya.

Itulah yang menarik dari dunia pewarta warga, bisa mengekspresikan diri melalui berbagai produk karya jurnalistik (berita, artikel, foto, video, dll) di berbagai surat kabar maupun media elektronik. Tak mengherankan kalau banyak wartawan juga yang bergabung menjadipewarta warga. Sebab di lingkungan para wartawan, mereka juga kerap mengalami kekecewaan, ketika menemuibanyak karya jurnalistik mereka ditolak para redaktur mereka sehingga tidak pernah dimuat di media massa tempat bekerjanya. Masalahnya sepele saja, alasan klasik. Yakni keterbatasan ruangan yang tersedia di surat kabar, majalah atau tabloid, sehingga memaksa harus menerima dengan ikhlasberita hasil jerih payahnya meliput di lapangan tidak pernah terbaca oleh publik.

Nah, pada momentum itulah kesempatan bagi para wartawan untuk mengirimkan produk-produk berita hasil liputan mereka baik berupa berita maupun berita foto yang tidak pernah dimuat di media massa bisa dimunculkan melalui berbagai media online yang dikelola para pewarta warga.

Namun kelemahan yang dimiliki pewarta warga adalah dalam hal produk jurnalistik yang relatif masih rendah. Persoalannya para pewarta warga berangkat dari masyarakat umum yang sedang belajar menulis dan menghasilkan karya jurnalistik untuk dibagikan kepada publik. Mereka bukanlah para wartawan yang sudah terampil dalam membuat karya jurnalistik yang bermutu tinggi.

Berkaitan dengan kompetensi para pewarta warga di Tanah Air yang relatif masih rendah, maka perlu diberikan petunjuk teknis (juknis) atau panduan dasar bagaimana membuat berita, artikel (opini), foto dan video yang sederhana, namun sudah memenuhi standar minimal karya jurnalistik yang bermutu.

Panduan Membuat Berita

Berita adalah produk karya jurnalistik yang disandarkan pada data, fakta dan liputan di lapangan. Orang yang menuliskan berita tersebut harus secara langsung melihat, mendengar dan mengetahui secara langsung segala informasi dan kejadian yang diberikan oleh para narasumber berita. Setiap orang berhak menuliskan berita, jadi tidak monoton dikuasai oleh para wartawan. Dan Anda berhak menjadi pewarta warga, yang bisa membuat berita dari berbagai kejadian atau peristiwa yang Anda ketahui untuk dipublikasikan di berbagai media massa, jejaring sosial dll.

Seorang penulis ternama Amerika Serikat menyebut NEWS—kependekatan dari North, East, West and South. Ini merupakan sifat berita yang menghimpun keterangan dari 4 arah penjuru mata angin (utara, selatan, barat, timur). Maksudnya adalah bahwa berita bisa diperoleh dari mana saja, dari apa saja, tetapi harap diingat segala sesuatu itu belum tentu bisa layak menjadi bahan berita. Idem dengan itu, berita adalah segala sesuatu yang hangat, menarik perhatian sejumlah pembaca dan berita yang terbaik adalah yang paling menarik bagi pembaca terbesar.

Dari rumus mantra kimiawi jurnalistik tersebut, segala sesuatu (apa), hangat (waktu/kapan), menarik (layak berita) dan pembaca (sasaran). Dua unsur pertama adalah bagian dari formula 5WH plus S (security) dan NV (news value) plus FTP (fit to print).

Unsur layak berita adah pedoman penurunan berita, atau semacam kebijakan editorial yang dimiliki setiap surat kabar. Kebijakan ini menjadi kerangka acuan utama dan menjadi kriteria dalam mencari berita dan menyeleksnya. Sedangkan unsur pembaca menyangkut sasaran dari produk pers itu sendiri. Dalam konteks ini yakni penetrasi orientasi pasar, berita secara prosaik dan komersiil dinamakan sesuatu yang layak muat di media cetak dan elektronik dan dibaca sebanyak mungkin pembaca.

Khusus untuk berita surat kabar maupun media elektronik termasuk media pewarta wargan, ada ukuran standar apakah sebuah berita itu layak muat atau tidak, yakni:

oPertama, bernilai besar; maksudnya adalah berita tersebut menyangkut kehidupan orang banyak atau memiliki akibat terhadap kehidupan pembaca. Para pewarta warga bisa saja melaporkan berbagai kejadian kecil yang terjadi di sekitar tempat tinggal mereka seperti pohon tumbang, listrik padam, arisan ibu-ibu PKK, kecelakaan lalu lintas dan kunjungan kepala desa ke kampungnya, pengajian rutin dan kegiatan lain yang bermanfaat diketahui banyak orang.

oKedua, waktu; artinya menyangkut angka-angka yang berarti bagi kehidupan publik.

oKetiga, dekat; yakni kejadian yang diberitakan harus dekat dengan pembaca, geografis dan emosionalnya.

oKeempat, tenar. Di sini berita tersebut harus menyangkut hal-hal yang terkenal atau sangat dikenal para pembaca.

oKelima, humanisme manusia. Yakni memberi sentuhan perasaan bagi pembaca.

oTerakhir, eksklusif; memang berita tersebut harus sesuatu yang istimewa.

Untuk menjadi pewarta warga yang mumpuni, perlu mengetahui gaya-gaya penulisan berita (feature, reportase, dll) yang dinamakan piramida terbalik. Tujuannya tak lain adalah untuk memudahkan pembaca yang bergegas untuk mengetahui apa inti berita yang terjadi dan diberitakan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah laporan berita harus holistik, tertib dan teratur, mengikuti gaya tulisan, tepat dalam menggunakan bahasa dan tata bahasa, ekonomi kata, daya penulisan hidup dan punya makna.

Namun bagi pewarta warga yang baru memulai profesi ini, sebaiknya terus berlatih membuat berita. Kendala dalam membuat tulisan, bisa diatasi dengan terus-menerus menulis dan menorehkan gagasan mereka dalam bentuk tulisan. Semua orang bisa menjadi pewarta warga dan menorehkan gagasan mereka melalui karya tulis yang bisa dibaca banyak pembaca.

Panduan Membuat Artikel (Opini)

Artikel adalah salah satu karya jurnalistik yang dibuat dengan mengedepankan gagasan (atau pendapat) personal atau institusional menyikapi berbagai permasalahan terkini (aktual) yang dikemas dalam bahasa jurnalistik yang sederhana, tidak bertele-tele serta menarik. Pokok artikel adalah memberikan solusi cerdas (progresif) dan bijaksana atas masalah-masalah terhangat yang tengah dihadapi masyarakat. Maka semesta permasalahan yang dibahas dalam sebuah artikel atau yang kemudian dikenal sebagai opini, sangat luas, bahkan tidak hingga menjangkau sektor kehidupan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, keamanan, humanisme, pendidikan, psikologi dll.

Penulis opini maupun artikel, sering dinamai sebagai artikelis. Sementara penulis yang secara rajin dan kontinyu menulis artikel atau opini yang terus dimuat di berbagai media massa, selanjutnya dinamakan sebagai kolumnis. Agar bisa menjadi penulis artikel yang hebat, syaratnya harus peka terhadap seluruh informasi terkini. Membaca dan melahap semua informasi yang disajikan berbagai surat kabar dan referensi lainnya, adalah sebuah keharusan yang tidak boleh ditinggalkan bagi mereka yang ingin menjadi seorang penulis artikel.

Beranikah Anda mempraktikkan menulis artikel sekarang juga? Karena menulis itu masalah latihan, bukan hanya mendengarkan paparan dari para narasumber jurnalistik atau para penulis yang ahli dalam bidangnya. Kalau Anda masih tampak kerepotan juga, di sini akan diberikan petunjuk teknis bagaimana memulai menulis artikel yang baik, dan diharapkan bisa layak muat tidak hanya di media pewarta warga, namun juga di berbagai media cetak dan elektronik profesional.

Langkah pertama, bidang apakah yang selama ini sangat Anda kuasai? Atau ketika Anda membaca surat kabar atau melihat televisi atau mendengarkan radio itu lebih gemar dalam membincang masalah apa? Apakah soal pendidikan, politik, sosial, budaya, ideologi, hankam atau kemanusiaan? Langkah dua, kalau Anda sudah menetapkan keahlian Anda dalam bidang yang Anda pilih di atas, katakanlah Anda gemar dalam bidang “pendidikan”, pasti Anda mempunyai banyak sekali wacana terkait dunia pendidikan lokal, nasional, Internasional. Nah sorotilah masalah-masalah yang sedang hangat dalam bidang yang Anda sangat kuasai dan minati tadi.

Langkah tiga, masih pararel dengan langkah sebelumnya, pasti Anda sudah menemukan banyak gagasan yang bisa Anda kembangkan menjadi sebuah artikel menarik. Langkah empat, Anda sudah menemukan sebuah gagasan, atau malah banyak gagasan bukan? Kalau Anda belum mendapatkan gagasan, coba cermati kembali gagasan yang mungkin bisa dimunculkan. Kalau Anda malah menemukan banyak gagasan, cukup pilih satu gagasan besar saja.

Langkah lima, segera menulis artikel. Jika Anda belum menemukan judul yang tepat tentang artikel yang akan Anda mau tulis, jangan paksakan diri untuk membuat atau memikirkan sebuah judul artikel.Bikin saja judul setelah kita selesai menuliskan naskah artikel. Maka bersegera saja Anda mulai kata pertama, kata kedua dst. Sehingga menjadi sebuah paragraf pertama (lead) yang menarik. Perlu dicatat, paragraf pertama dalam sebuah paragraf adalah sangat penting. Dalam kamus jurnalisme, paragraf pertama pada sebuah artikel maupun berita dinamakan lead atau paragraf pembuka. Kuncinya, buat paragraf pertama ini seatraktif mungkin. Tak usah berpanjang-panjang kalimat. Buat 3-5 kalimat yang pendek saja, yang merepresentasikan tentang permasalahan yang tengah Anda kemukakan.

Kalau Anda masih sulit menemukan kata atau kalimat pertama dalam paragraf Anda, asal tulis saja apa-apa yang sudah terpikirkan dalam benak Anda. Kalau Anda baru pertama kali berlatih membuat artikel, tak usah ragu dan takut keliru (salah).Letupkan saja gagasan-gagasan yang ada dalam benak Anda, tanpa perlu khawatir hasil tulisannya buruk, tidak layak baca dan perasaan minder seperti tidak percaya diri pada hasil karya sendiri.

Dengan jalan demikian, Anda sudah bisa membebaskan diri dari kerangkeng(penjara) ketakpercayaan diri dalam berkarya. Akan tidak terasa, kalimat demi kalimat tercipta dari dalam benak Anda yang terejawantahkan menjadi sebuah tulisan yang menarik. Kendala yang dihadapi penulis pemula adalah, kerap kali di tengah jalan mulai kehilangan gagasan untuk menyambung gagasan sebelumnya. Bila hal ini menghinggapi Anda, tidak usah terlalu risau. Itu hal yang wajar bagi seorang penulis pemula, bahkan para penulis profesional.

Kendala ini bisa Anda atasi sendiri dengan cara melatih daya pikir otak Anda untuk berfikir “zigzag”, di mana kalau Anda kehabisan ide pada pertengahan artikel yang dirasa belum tuntas, segera Anda alihkan paradigma pembahasan artikel tersebut misalkan dengan menghubungkan satu kasus dengan kasus lainnya, memperbandingkan, mempertentangkan dan menyatakan pendapatan Anda sendiri. Bisa juga dilakukan dengan cara-cara yang lainnya. Tetapi intinya mampu mensinkronisasikan gagasan-gagasan yang ada menjadi satu kesatuan artikel yang menarik dan layak muat di media cetak maupun elektronik.

Langkah enam, yakni dengan menutup bagian akhir artikel Anda dengan simpulan yang menarik. Dan jangan lupa, pada bagian akhir artikel tersebut, dituliskan nama terang Anda dan profesi atau pekerjaan yang tengah Anda geluti. Bila judul tadi belum ditemukan, waktunya menyempurnakan artikel yang Anda hasilkan tersebut dengan judul yang menarik. Judul yang menarik adalah judul yang mampu merepresentasikan pokok pikiran yang ada dalam artikel Anda. Buat judul yang singkat saja. Tetapi membikin para pembaca penasaran. Panjang judul kalau bisa usahakan tidak lebih dari 5 kata.

Agar kita menjadi pewarta warga yang profesional, harus bisa membuat karya tulis yang bisa termuat di berbagai media cetak dan elektronik. Jadi jangan hanya sekedar menulis dan beraktualisasi diri di media yang dikelola oleh para pewarta saja. Nah, selamat berkarya.

Panduan Membuat Berita Foto

Berita foto adalah karya jurnalistik yang mengandalkan pada foto-foto yang diambil oleh para fotografer. Pada zaman modern ini, di mana sekarang handphone saja bisa digunakan untuk memotret, kemudian harga kamera digital semakin murah bahkan hanya mencapai Rp 500 ribu, semakin memudahkan bagi siapapapun juga menjadi fotografer. Fotografer adalah orang-orang yang menghasilkan karya foto dengan bantuan alat pengambil gambar seperti kamera, handphone, laptop dan alat pengambil dan penyimpan foto lainnya.

Para pewarta warga juga berhak menampilkan karya foto mereka untuk dipublikasikan di berbagai media massa cetak maupun elektronik, khususnya di media yang dikelola oleh para pewarta warga seperti Pewarta Indonesia, Kabar Indonesia, Kompasiana dan masih banyak lagi.

Berikut ini sejumlah tips membuat berita foto bagi para pewarta warga adalah:

1.Memahami alat kerja kamera dan alat pengambil gambar lainnya. Hal ini dilakukan untuk memudahkan bagi setiap pewarta warga dalam mengoperasikan kamera yang dimiliki. Bagi para pewarta warga tidak usah muluk-muluk memiliki kamera sebagaimana model kamera besar yang dimiliki para wartawan profesional. Cukuplah bermodalkan kamera digital yang super murah, sudah bisa diandalkan dalam menghasilkan berita foto yang menarik.

2.Memahami teknik, komposisi dan sudut pandang pengambilan gambar, sehingga mampu menghasilkan karya foto yang mempunyai nilai berita. Kalau kamera yang dimiliki para pewarta warga hanya kamera digital yang kemampuan bidikannya terbatas, maksudnya hanya bisa mengambil gambar dengan jarak maksimal tidak lebih dari 8 meter, maka mereka harus pandai-pandai dalam mengambil momentum dan kefokusan. Dengan cara demikian, mereka harus “berperang” dengan jarak pendek, karena kemampuan kamera yang terbatas tersebut. Maksudnya jarak antara objek/subjek yang dibidik dengan posisi pembidik (fotografer) harus relevan dengan jarak toleransi di atas.

3.Selalu berlatih melakukan pengambilan foto tanpa pernah mengenal bosan. Dan harus muai dari sekarang mempublikasikan setiap hasil karya fotonya ke berbagai media massa.

Itulah tiga tips yang bisa dipraktikkan para pewarta warga dengan menghasilkan foto-foto yang memiliki nilai berita.

Panduan Membuat Berita Video (TV)

Bahasa televisi memang sengaja dirancang secara teknis untuk bisa memadukan gambar (video), kata-kata dan suara (audio) sekaligus pada saat bersamaan dan simultan. Para pakar media massa untuk itu telah membuat sejumlah pedoman, asas, prinsip dan kiat-kiat praktis cara menulis untuk berita televisi. Menurut Morisson, sedikitnya ada 15 prinsip penulisan naskah berita televisi (video) yang sesuai dengan kaidah-kaidah tata bahasa jurnalistik (televisi) dan patut diperhatikan oleh setiap pewarta warga.

Adapun 15 prinsip tersebut meliputi:

1)Mengedepankan penyampaian berita dengan gaya ringan dan bahasa sederhana. Kalimat dalam naskah berita TV maksimal terdiri atas dua puluh kata, satu kalimat gagasan, menghindari munculnya anak kalimat, mengubah gaya birokrasi dan militeristik menjadi ungkapan lugas dan mudah dimengerti masyarakat luas.

2)Menggunakan prinsip ekonomi kata.

3)Menggunakan ungkapan yang lebih pendek

4)Menggunakan kata-kata sederhana

5)Menggunakan kata sesuai dengan konteks

6)Menghindari ungkapan bombastis

7)Menghindari istilah teknis tidak dikenal

8)Menghindari ungkapan klise dan eufimisme

9)Menggunakan kalimat tutur

10)Pewarta warga harus selalu objektif

11)Jangan mengulangi informasi

12)Istilah-istilah harus diuji kembali

13)Harus menggunakan kalimat aktif, terstruktur serta hindarkan pemakaian kalimat pasif

14)Jangan terlalu banyak angka

15)Berhati-hatilah mencantumkan data jumlah korban.

Peran media televisi amat besar pengaruhnya dalam memengaruhi kecenderungan perilaku pemirsanya. Karena ia kombinasi dari media audio sekaligus video. Amat logis jadinya, media televisi mempunyai kewajiban dan tanggung jawab moral serta profesional untuk selalu menggunakan bahasa jurnalistik yang baik dan benar. Televisi, video sebagai media yang paling banyak pemirsanya dan paling lama ditonton dibandingkan dengan media massa lain, jelaslah mengemban fungsi edukasi kebangsaan yang harus dilaksanakan secara konsisten.

Apapun program acaranya, televisi dan video harus dapat mendidik dan mencerdaskan masyarakat. Bukan sebaliknya, malah membodohi dan menjerumuskan pemahaman publik. (*)

*) Tulisan pendek ini akan saya paparkan dalam Pendidikan Penataran Citizen Journalism bagi Perwira TNI kerjasama PUSPEN TNI-PPWI di Mabes TNI Jakarta Timur pada tanggal 3-5 September 2012

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun