Mohon tunggu...
Supadilah
Supadilah Mohon Tunggu... Guru - Guru di Indonesia

Seorang guru yang menyukai literasi. Suka membaca buku genre apapun. Menyukai dunia anak dan remaja. Penulis juga aktif menulis di blog pribadi www.supadilah.com dan www.aromabuku.com serta www.gurupembelajar.my.id Penulis dapat dihubungi di 081993963568 (nomor Gopay juga)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Di Sekolah Ada Cerita Siswa yang "Berani" ke Guru

1 Februari 2023   10:22 Diperbarui: 1 Februari 2023   10:37 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi anak sekolah (sumber gambar: Canva Pendidikan)

Fenomena beraninya siswa kepada guru sering kita dengar. Ada yang percaya tetapi tidak sedikit yang membantahnya. Ternyata fenomena ini saya alami. Bukan hanya saya tetapi juga kepala sekolah yang mengalaminya. Ya, kepala sekolah.

Kemarin anak-anak eskul. Salah satunya adalah eskul futsal yang diikuti anak-anak putra. Ada anak yang menggulung celananya sampai di atas paha. Di sekolah kami ada peraturan menutup aurat. Biasanya anak-anak pakai baselayer atau lejing. Eh anak ini nggak pakai.

Ini sudah jadi kebiasaan bahkan peraturan sekolah. makanya saat ada anak yang kelihatannya pakai celana pendek ada guru perempuan yang bilang ke guru-guru putra supaya menegurnya.

Apalagi saat itu dilihat anak-anak lainnya bahkan adik-adik SMP yang juga lihat. Maka kondisi ini harus segera ditegur. Tidak tanggung-tanggung kepala sekolah kami turun langsung. Menegur si anak agar mengkondisikan pakaiannya. Apa hasilnya?

Si anak diam saja. tetap main futsal. Tidak menghiraukan teguran sang kepala sekolah. setidaknya itu yang saya lihat ketika keluar dari ruang guru. saya mau ke lapangan juga. Mau negur si anak. Sebab saya kira belum ada yang negur.

Saya datang ke belakang gawang. Manggil dia. Eh, langsung bilang sih.

"Celana kamu tuh. Turuninlah,"

"Iya, Pak. Lagi main."

Dia tetap lanjut. Bahkan nggak kelihatan malu atau takut serta segannya. Enak saja dia melanjutkan maen futsalnya. Sampai beberapa menit saya tunggu dia tetap bergeming. Akhirnya saya tinggalkan. Mikir anak ini susah amat diajak ngerti. Ditunggu tidak merasa. Dilihatin tidak ada rasa pekiwuh.

Akhirnya si anak tidak juga berhenti atau mengganti celananya sampai selesai. Saya tidak mau memperpanjangnya daripada rusak hati saya karena jengkel atau marah. Begitulah sampai selesai latihannya. Saya mikir kepala sekola saja diabaikan apalagi hanya guru seperti saya. biasanya kepala sekolah kan sosok yang disegani. Tapi ini tidak, kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun