Mohon tunggu...
Supadilah
Supadilah Mohon Tunggu... Guru - Guru di Indonesia

Seorang guru yang menyukai literasi. Suka membaca buku genre apapun. Menyukai dunia anak dan remaja. Penulis juga aktif menulis di blog pribadi www.supadilah.com dan www.aromabuku.com serta www.gurupembelajar.my.id Penulis dapat dihubungi di 081993963568 (nomor Gopay juga)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kebingungan Memilih Jurusan IPA atau IPS

27 November 2021   06:11 Diperbarui: 27 November 2021   06:18 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Banyak yang masih galau memilih jurusan. Pagi ini seorang teman cerita anaknya dua kali pindah jurusan. Anaknya sekarang kelas XI SMA. Atau kelas 2 SMA.

Di kelas X dia pilih jurusan IPA. Lalu di Kelas XI dia pindah jurusan IPS. Seharusnya nggak bisa. Karena dapodik sudah merekam data jurusan siswa. Entah kenapa bisa pindah.

Nah, sekarang, masih di kelas XI, dia mau pindah lagi ke IPA. Bisakah? Entahlah.

Masih banyak orang tua yang maksakeun anaknya di IPA agar bisa kuliah atau kerja yang mentereng. Padahal, kemampuan anaknya kurang mendukung.

Kasihan anaknya. Jadi membawa beban. Dipaksa belajar yang mereka nggak suka.

Sebagai guru, saya sering menemukan siswa yang pilih jurusan karena disuruh orang tua. Ayahnya dokter. Dia diminta mengikuti jejak ayahnya. Ayahnya analis kesehatan. Dia diminta pilih jurusan IPA. Biar kedepannya kuliah di analis kesehatan seperti ayahnya. Eh, ini yang mau kerja, ayahnya atau anaknya ya?

Seorang teman menyeletuk begini,
Semoga Allah mudahkan ya mbak.
Sering kali anak memutuskan karena mau menyenangkan hati ortu saja padahal sejujurnya mereka berat.

Lalu, dibalas pula begini.

Guru zaman dulu sama zaman sekarang beda. Dulu mungkin IPA itu benar2 favorit. Kalo sekarang mah semua sama kerennya. Malah yg perlu diasah itu Soft Skill anak mba.

Ada pula kisah yang begini
Saya dulu juga didorong keluarga masuk IPA karena Om kepala BPS di salah satu cabang Jawa Timur. Katanya kalau masuk IPA bisa masuk kuliah Matematika atau Ilmu Statistik biar kerja di Badan Pusat Statistik. Tapi nilai saya ga mencukupi akhirnya masuk IPS

Alhamdulillah sih belum lulus malah udah dapet kerjaan jadi accounting di sebuah perusahaan punya Malaysian. Terus karena kerjanya bagus kata mereka, saya dipindah ke bagian assistent marketing executive. Tapi setelah nikah resign karena pengen momong anak . Jadi freelancer deh sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun