Sekolah termasuk tempat yang identik dengan intelektual. Namun kadang perilaku warga sekolahnya tidak mencerminkan predikat itu.
Ada pustaka sekolah tapi sepi pengunjung. Buku-buku berdebu. Koran teronggok rapi di atas meja tak tersentuh.
Gurunya lebih suka main gawai ketimbang menambah wawasan.
Padahal guru merupakan teladan. Jika gurunya begitu, bagaimana muridnya? Guru bisa merupakan akronim digugu dan ditiru. Keteladanan apa yang hendak diperlihatkan?
Kepala sekolah sibuk menyiapkan rapat dan mengurus program. Kapan membaca?
TU menyiapkan administrasi sekolah. Di akhir bulan makin sibuk. Banyak yang harus dikerjakan. Di awal bulan ingin bersantai. Kapan baca?
Rata-rata sekolah berlangganan koran. Tapi untuk apa jika tak dibaca? Atau sekadar pelepas tanggung jawab karena instruksi dari dinas, atau bahan untuk akreditasi?