Mohon tunggu...
Sunu Purnama
Sunu Purnama Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pria sederhana yang mencintai dunia sastra kehidupan.

mengapresiasi dunia...lewat rangkaian kata...^^

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Jatuh, Bangun, Jatuh Lagi dan Bangun Kembali

2 Juli 2022   09:48 Diperbarui: 2 Juli 2022   10:07 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jatuh, Bangun, Jatuh Lagi dan Bangun Kembali

" Tujuan saya bercerita hanyalah satu...yaitu, untuk meyakinkan diri dan meyakinkan Anda yang membaca buku ini bila di balik setiap kejatuhan adalah harapan kebangkitan."

~ Guruji Anand Krishna

Berbicara soal jatuh bangun saya jadi teringat saat masa kecil yang suka berlari- lari. Dan suatu kali pernah jatuh sampai kaki berdarah. Dan ketika Ibu tahu beliau melihat luka yang ada dan memberi obat merah, istilah keren waktu itu buat Iodium.  Sambil mengobati beliau berpesan untuk berhati- hati dalam melangkah.

Mungkin analogi cerita masa kecil ini bisa untuk menggambarkan buku terbaru karya Anand Krishna ini yang berjudul " Jatuh, Bangun, Jatuh Lagi dan Bangun Kembali."
Buku yang menandai perjumpaan Beliau dengan Guru Beliau, Bhagavan Shri Satya Sai Baba yang telah berjalan selama 50 tahun.

" Apa arti 50 tahun dalam sejarah umat manusia? Apalagi, jika ditambahkan prasejarah yang tidak tercatat? Namun, dalam satu episode kehidupan manusia - yang bagi Manusia Indonesia rata-ratanya adalah 70-an tahun - maka 50 tahun sungguh sangat berarti, lebih dari dua pertiga ekspetasi hidupnya!

Buku ini merupakan wujud Perayaan Besar, Golden Jubilee pertemuan penuh berkah tersebut. Disajikan dengan cara bertutur yang sederhana dan mengalir maka sidang pembaca sekalian dibawa untuk mengetahui dan mendalami lebih dalam pertemuan antara Guru dan Shisya.

Sebelum membaca buku ini ada baiknya juga membaca buku karya beliau yang berjudul " Guru Yoga, Melangkah Bersama Sang Guru Sejati " sehingga pembaca bisa memperoleh gambaran tentang sosok Guru Sejati yang berbeda dengan guru maupun pengajar di sekolah maupun perguruan tinggi.

Dalam daftar isinya, kita akan jumpai judul-judul yang akan membawa kita memetik pelajaran dari jatuh bangunnya perjalanan berguru. Bagaimana seorang Guru Sejati mengajarkan untuk menundukkan kepala ego yang seringkali hanya menjatuhkan manusia.

Ada cerita tentang seorang pengacara wanita terkenal yang terkena kanker darah, karena mendengar tentang Sang Guru tertarik mempelajari jalan spiritual. Lewat Sang Guru lah dia mengetahui jalan hidupnya. Kenapa dia tertarik belajar hukum dan tentangdharma kehidupan pengacara. Namun ketenaran dan kekayaan telah membuatnya lupa diri, jatuh menghamba pada ketenaran dan kekayaan.

" Guru mengingatkan saya pada tujuan hidup saya, pada komitmen awal saya. Penyakitmu itu disebabkan oleh karmamu, perbuatanmu. Kau melawan dirimu sendiri, jiwamu sendiri, yang sesungguhnya tidak  pernah merasa nyaman dengan perbuatanmu."
( Halaman : 119 ).

Inilah yang sering terjadi. Kita mengundang penyakit, mengundang kejatuhan kita dengan tindakan kita sendiri yang tidak sesuai dengan panggilan jiwa kita. Tindakan yang tidak mulia tersebut menghantam diri kita sendiri pada akhirnya.

Ada juga cerita tentang seorang dokter yang ditugasi, diberi peran mulia oleh Sang Guru untuk mengurus Rumah Sakit yang menangani pasien dengan biaya gratis. Disinilah permainan ego membuat sang dokter menjadi angkuh dan arogan. Sifat yang menjatuhkan manusia.
Beruntung masih ada pemandu jiwa yang bisa mengoreksi dan menyadarkan dirinya. Walau sayang sekali, dia tidak bisa bertemu kembali dengan Sang Guru Sejati karena sudah meninggalkan badannya.

Masih banyak cerita penuh makna dimana kita bisa belajar dari mereka semua yang di ceritakan dalam buku ini. Dari buku ini kita bisa melihat sisi lain hubungan guru dan murid,

" Buku ini adalah tentang sisi lain dari Guru, sisi yang tidak terlihat oleh mereka yang berkunjung untuk beberapa hari...tidak terlihat oleh mereka yang datang untuk meminta sesuatu, bukan menjadi bagian dari visi dan misi Beliau."
 ( Halaman : 143 ).

Akhir kata, kalau dalam buku lainnya penulis mengucapkan selamat membaca, sekian dulu, sampai jumpa, namun lewat buku ini sang penulis mengajak sidang pembaca untuk membuka diri, buku ini hanya sebagai prakata, awal kata untuk kita merayakan kehidupan ini dengan nyanyian dan tarian, dengan karya dan pelayanan...

" Bersemayamlah dalam hatiku,
Terangi jiwaku, gelapku...
Engkau ada di dalam hatiku...

Guru, kau nyalakan pelita jiwaku,
Guru, kau terangi gelap pikiranku...
Terangi jiwaku, gelapku,
Engkau ada di dalam hatiku...



Rahayu...
Bukit Pelangi, 2 Juli 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun