" Bagi para pelaku Yoga, Ikigai dipahami sebagai Ekagrata, Onepointedness, atau Pemusatan kesadaran pada Yoga sebagai Purpose atau Tujuan Hidup...
Dan tujuan yang dimaksud bukanlah kepentingan diri, bukan kemauan dan kenyamanan diri semata tetapi kepentingan orang lain, kemauan dan kenyamanan sesama."
- Anand Krishna
 " Untuk itu, kita mesti belajar dari Jepang. Tanpa meninggalkan nilai-nilai budaya luhur khas Jepang, mereka menerima modernisasi dengan tangan terbuka dan berani meninggalkan tradisi-tradisi, kebiasaan atau adat istiadat yang tidak relevan lagi. Semua itu dapat mereka lakukan dengan baik dan tanpa benturan, karena nilai Wa yang menuntun hidup mereka." ( Halaman : 74 )
Kenapa kita perlu belajar dari negara Jepang? Apakah kita tidak lagi memiliki budaya yang luhur yang bisa kita jadikan sebuah pedoman ataukah karena kita telah melupakan budaya sendiri yang juga bisa mengantar kita memiliki  TUJUAN hidup yang mulia?
Kalau  sampeyan mau belajar Ikigai dari Jepang mesti mendengar Sensei Nan-in di awal pembuka dari buku ini. Penulis buku ini memahami betul tipikal manusia Indonesia yang agak susah untuk diajak maju bersama, karena itu di pembuka buku terbaru karya Anand Krishna ini kita disuguhi seremoni teh ajaib dari Sensei Nan-in.
Melampaui Ikigai
Jepang dan Ikigai tidak bisa dipisahkan. Saya pernah membaca buku Ikigai karya Ken Mogi Ph.D. Dan setelah membaca buku ini saya mesti mengakui dan melihat sebuah perbedaan yang ada. Seringkali Ikigai dikaitkan hanya dengan life span warga Okinawa dan pencapaian sukses pribadi yang orientasinya pada diri sendiri.Â
Dalam buku Ikigai and Beyond ini ada sebuah cakrawala baru yang menarik sekali terkait dengan aspek-aspek penting yang menyangga 5 pilar penting dari Ikigai yang seringkali di lupakan atau bahkan tidak diketahui.
" Lewat buku ini, kita akan berusaha melihat sisi-sisi lain dari Ikigai. Sisi-sisi yang selama ini jarang dibahas. Sisi-sisi yang sesungguhnya adalah pilar utama." ( Halaman : ix )
Berdasarkan pengalaman tinggal selama kurang lebih 2 tahun di negeri Sakura, penulis buku ini membagikan pengalamannya menyelami Ikigai dalam keseharian hidupnya selama di Jepang.