Mengapresiasi Perbedaan
Inilah yang menjadi ciri khas perayaan Samskriti Sindhu. Dihadiri berbagai kalangan dari berbagai suku, agama maupun profesi, perayaan ini selalu memancarkan aura kebersamaan serta kedekatan sebagai satu kesatuan dalam kemanusiaan.
Sebuah perayaan yang merupakan aplikasi nyata dari nilai-nilai Pancasila yang kita junjung tinggi. Sunda, Cina, Jawa, Batak, Bali dan lainnya lebur dalam merayakan kebersamaan yang indah.Â
Dalam perayaan inilah perbedaan menjadi sebuah warna keindahan tersendiri. Bagi hati yang terbuka, maka keindahan Gusti serta kebesaranNya menjadi sebuah gambaran yg tampak nyata.
Dari beberapa testimoni peserta, mereka merasakan bahwa di tempat inilah mereka baru pertama kali menemukan, dimana filosofi Bhinneka Tunggal Ika diterapkan. Dimana perbedaan menjadi warna warni untuk merayakan kehidupan, bukan untuk memecah belah.
Samskriti Sindhu adalah Pesta Budaya Warga Bumi yang diadakan secara rutin setiap 1 (satu) atau 2(dua) bulan sekali. Menampilkan berbagai tarian, nyanyian, permainan, edukasi dan pencerahan dari suatu peradaban besar yang dikenal dengan berbagai sebutan Sindhu, Shin-tu, Hindu, Hindia, Indies, Indo.
Peradaban Sindhu ini pada sekitar 8.000 tahun yang lalu merupakan suatu daratan yang sangat besar, membentang dari sebagian negara modern Iran, Afghanistan, Pakistan, India, Bangladesh, Bhutan, Nepal, Tibet, negara-negara di Asia Tenggara, termasuk kepulauan kita (nusantara) hingga perbatasan Australia.
Kita semua mewarisi akar budaya yang sama, peradaban yang sama, filsafat hidup atau Dharma yang sama yang bersifat Sanatana, Sama, Langgeng, Abadi.
Jadi istilah Hindu pada saat itu tidak mengacu kepada agama tertentu, tetapi mengacu kepada peradaban besar. Bapak Anand Krishna menggali berbagai bukti dan sejarah sampai 8.000 bahkan 12.000 tahun untuk memahami nilai-nilai luhur dari pendahulu-pendahulu kita. Bahkan sampai dibuatkan buku oleh beliau yang berjudul "Samskriti Sindhu" (Klik https://goo.gl/sJi46i ) yang membahas detil dan lengkap tentang hal ini.
Pesta ini bukan pesta biasa, tetapi sebagai sarana memahami dan kembali pada akar budaya bahwa kita semua berasal dari satu peradaban yang sama., kita adalah warga bumi, kita adalah umat manusia. Walaupun kita terlihat berbeda, tetapi esensinya satu, akarnya satu. Sehingga kita mampu menjalani hidup sebagai Warga Bumi yang hidupnya adalah madah indah pelayanan dan pengabdian terhadap bukan saja sesama umat manusia, tetapi sesama makhluk, sesama wujud-wujud kehidupan.