Mohon tunggu...
LCN Dua Tujuh Delapan
LCN Dua Tujuh Delapan Mohon Tunggu... Editor - Editor yang haus pengetahuan

Soar to the sun crossing the sea

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenapa Kita Harus Malu...Keep Rise and Shine Eagles

16 Maret 2015   12:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:35 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bangsa Yang   Besar  adalah bangsa yang menghargai jasa dan perjuangan para pahlawannya

Bangsa Yang  Besar adalah bangsa yang senantiasa berbangga diri dan berpikiran besar atas jerih payah para pejuangnya

Bangsa Yang Besar adalah Bangsa Yang senantiasa Bangkit atas kegagalan masa lalunya

Tiga kalimat yang sangat menggambarkan optimisme dan tidak menyerah atas keadaan yang ada walaupun dalam situasi yang sulit , tiga kalimat yang mampu menunjukkan kualitas pribadi apakah terlahir menjadi bangsa pemenang " Winner " atau bangsa pecundang " Loser ", tiga kalimat yang menunjukkan jati diri terlahir sebagai bangsa terhormat dan bermartabat.

Sejenak marilah kita menundukkan kepala seraya berdoa kepada Tuhan YME  atas kejadian insiden bertabrakan nya 2 pesawat Aerobatik kt -1 Wong Bee di Lengkawi , Malaysia. Tiada kata yang terucap melainkan turut berbela sungkawa atas kecelakaan yang terjadi, karena walaupun tidak ada korban jiwa ,  setiap kecelakaan yang terjadi pastilah suatu i'tibar atau alat pengingat kita kepada Tuhan YME dalam setiap akan berkendara atau Berpergian dengan kendaraan apapun, untaian doa selamat kita panjatkan agar dilindungi dari kecelakaan yang akan terjadi dan dari takdir yang buruk.

Dalam suatu kecelakaan pesawat , pasti akan menyedot perhatian dari khalayak ramai atau publik atas kejadian yang telah terjadi, tidak terkecuali atas apa yang terjadi di Lengkawi dalam perhelatan event pertahanan internasional LIMA 2015, tentu saja hala ini sudah menjadi konsekuensi dan resiko atas setiap atraksi yang telah dihelat. JAT atau Jupiter Aerobatic Team adalah tim Aerobatik terbaik yang dimiliki oleh negara dan bangsa Indonesia yang telah mengharumkan dunia kedirgantaraan dan bisa dikatakan sebagai Kebanggaan serta Duta Bangsa dalam setiap perhelatan Pertahanan dan kedirgantaraan Internasional. Primadona seniman angkasa Indonesia ini telah mendunia dan khalayak internasional pun telah meng apresiasi kemampuan Aerobatik para ksatria angkasa kebanggaan Indonesia dengan menyejajarkan dengan team Red Roulette Australia atau Blue Angels US Navy atau  Frecce  Tricollori Italia. Tentu saja, dengan nama besar yang diperoleh akan menghasilkan tanggung jawab yang besar, sesuai dengan perkataan Uncle Ben di Spiderman " Great Talent Will Bring Great Responbility"

Karena JAT sudah menjadi primadona berkelas dunia, sangatlah wajar jika terjadi insiden atau accident akan menimbulkan gejolak sosial di media sosial atau media masa, ada yang mendukung dengan memberikan semangat, ada yang menyalahkan, ada pula yang merasa  'malu'  atas pengorbanan yang totalitas mereka persembahkan demi nama harum bangsa. Sangat wajar sekali, karena beda kepala beda opini, beda persepsi, dan beda sudut pandang. Namun alangkah baiknya jika kita menempatkan diri pada posisi penonton yang bijak, penonton yang memiliki nurani dan empati atas kejadian atau musibah yang menimpa pada Duta Bangsa Dirgantara Indonesia.

Kita semua mengetahui bahwa pekerjaan yang paling berisiko di dunia ini adalah pilot, karena profesi ini menuntut tingkat intelijensi yang tinggi, kemampuan fisik yang prima, dan tingkat motorik yang responsif. Dengan kemampuan mengambil keputusan yang tepat dalam sepersekian detik, tentu saja kemampuan ini hanya dianugerahkan  oleh Tuhan YME kepada hambanya yang telah terpilih dan dipilih. Apalagi bagi pilot militer yang dituntut mampu mengambil keputusan dalam pertempuran udara, manuver yang ekstrim , serta berhadapan secara jantan dengan pilot musuh yang mempunyai skill terbang yang tinggi, tidak bisa dipungkiri bahwa resiko kehilangan nyawa di udara hanya bergantung pada jari atau tombol yang hanya sepersekian detik saja waktunya , bisa menyelamatkan nyawa dan personel di dalamnya.  Profesi yang bisa dikatakan mustahil bagi para manusia awam seperti kita.

Jika kita bisa menjadi penonton yang 'bijak' , pasti kita tidak akan menjadi komentator yang 'konyol' karena tentu saja penonton tersebut mau belajar dan membaca bagaimana proses teknologi penerbangan dan industri aviasi ini ditemukan, tidak terlepas dari yang namanya kecelakaan dan hilangnya nyawa seseorang. Teknologi penerbangan adalah teknologi yang 'sadis 'karena pembuatnya pun meninggal karena ketidak sempurnaan nya dalam merancang pesawat tersebut. Berapa banyak jumlah para penerbang dan pilot yang berjibaku dengan maut demi proses penyempurnaan teknologi ini. Dan tidak sedikit pula nyawa para seniman langit ini terbang untuk menghadap Sang Pencipta demi rasa kebanggaan dan harga diri suatu bangsa . Penonton yang 'bijak' pasti akan belajar dari tragedi Ramstein Airshow 1988 dimana team Aerobatik Italia Frecce Tricolori mengalami musibah yang berakibat tragedi nasional. Para rakyat Italia menunjukkan  rasa bela sungkawa yang tinggi serta apresiasi kepada para pilot yang gugur dalam even kedirgantaraan internasional tersebut, karena sebagian besar rakyat Italia menyadari bahwa dalam setiap lukisan dan tarian di langit , disitu ditampilkan perjudian 'nyawa' para seniman angkasa dalam setiap detik per detiknya. Mereka bukanlah manusia biasa, namun aset bangsa yang layak dibanggakan dan memang seharusnya diberikan pengakuan penghargaan yang tinggi atas 'karunia' Tuhan yang diberikan kepadanya. Mereka semua adalah seniman yang membuktikan teori dari Leonardo Da Vinci, bahwa manusia bisa melawan gaya gravitasi. Lantas ..rasa malu apakah yang perlu untuk kita utarakan..jawabannya tidak ada ....karena hingga saat ini kami masih tetap bangga dengan JAT , karena putra - putra terbaik bangsa lah yang berhak untuk menggunakan flying suit warna merah putih tersebut. Bukan lah  kita yang hanya bisa menonton, berkomentar, dan mungkin tanpa kita sadari sedikit menyalahkan atas gerakan manuver yang sedang ditampilkan.

Ronaldo akan tetap menjadi Ronaldo, penyerang tersubur di liga champion, sedangkan Mang Karso akan tetap menjadi Mang Karso karena hobinya menonton bola dan sering kali 'menghujat' Ronaldo yang gagal mencetak goal.

Singkat kata : " Kenapa Kita Harus Malu....Karena Langit Tidak Menjelaskan Bahwa Dia Tinggi dan Katak Akan Tetap Mengorek Untuk Menunjukkan Dia Tinggi, karena Harus berdiri di Atas Tempurung "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun