Mohon tunggu...
LCN Dua Tujuh Delapan
LCN Dua Tujuh Delapan Mohon Tunggu... Editor - Editor yang haus pengetahuan

Soar to the sun crossing the sea

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sekeping Surga Kecil di Dunia Itu Bernama Indonesia

17 Agustus 2021   05:54 Diperbarui: 17 Agustus 2021   05:59 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kemerdekaan adalah rahmat Tuhan YME yang dianugerahkan kepada seluruh bangsa di dunia sebagai fitrah manusia yang dilahirkan di dunia. Karena  sesuai dengan Piagam HAM PBB manusia secara universal manusia dilahirkan merdeka, mempunyai martabat dan hak-hak yang sama.  Manusia dikarunai akal dan hati nurani serta hak untuk bergaul dengan sesama dalam ikatan persaudaraan. Sesuai dengan semangat Pembukaan UUD 1945 alinea ke-1 disebutkan bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan keadilan.

Tidak terasa sudah 76 tahun, Indonesia telah memproklamirkan diri sebagai bangsa yang merdeka, mandiri dan berhak untuk menentukan masa depannya sendiri.  Terlepas dari kekurangan dan kelebihan yang dimiliki sepanjang perjalanan sejarah kelahiran salah satu bangsa terbesar di Asia Tenggara dan nomor 4 terbesar di dunia. Kita patut bersyukur karena dilahirkan menjadi bangsa Indonesia dan di negara seindah, seramah dan senyaman Indonesia. Baik dari sisi iklim, geografis, kultur masyarakat dan kesempatan memenuhi kebutuhan pokok manusia. Kita sepatutnya bersyukur, karena Founding Father Negara ini telah mencetuskan serta merumuskan ideologi pemersatu bangsa, yaitu Pancasila, yang menyatukan semangat seluruh komponen bangsa dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Karena tujuan akhir berdirinya negara dan bangsa ini selain memerdekakan bangsanya sendiri adalah mewujudkan masyarakat adil makmur berdasar Pancasila dan UUD 1945.

Pancasila adalah jiwa bangsa yang berisi pemikiran universal manusia dalam menjalankan kehidupan berbangsa serta bernegara. Seperti halnya negara-negara besar dan maju di dunia,  di dalamnya terdapat falsafah negara yang mampu memberikan energi positif untuk menjadi bangsa yang besar. Di dalamnya terdapat nilai-nilai universal sebagaimana disebutkan di dalam piagam HAM PBB, seperti kemanusiaan (humanity), persatuan sebagai suatu bangsa (unity), representasi rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi (democracy) dan keadilan yang bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat (justice for society). Ada satu pembeda yang menjadi entitas sekaligus representasi jiwa Ilahiah yang menunjukkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa religius, yaitu Kepercayaan kepada adanya Tuhan YME (Believe in One Supreme God), sesuai dengan filsafat tradisional bangsa "Sangkan Paraning Dumadi", yaitu darimana manusia berasal dan akan kemana ia akan kembali.

Doa yang terpanjat pada awal terbentuknya bangsa dan negara Indonesia sudah jelas, harapan bahwa Negara Kesatuan Indonesia akan menjadi tempat bernaung yang menjunjung tinggi kemanusiaan, persatuan, demokrasi dalam bernegara dan gotong royong, serta bersama-sama mewujudkan kesejahteraan berkeadilan yang bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Dan kesemuanya itu adalah represantasi atas perintah Tuhan YME bagi umat manusia untuk senantiasa menjadi pelita dan pemimpin dalam kehidupan di dunia ini (Bangsa Indonesia senantiasa menjadi Rahmatan Lil 'Alamin).

Walaupun dalam mengisi kemerdekaan banyak tantangan atau rintangan selama perjalanan kehidupan dalam kurun waktu 76 tahun, ditambah dalam situasi pandemik Covid-19 yang tak kunjung usai beserta permasalahan multidimensi yang diakibatkan dalam penanganannya. Bangsa dan negara Indonesia masih menjadi tempat bernaung yang aman dan tenteram bagi seluruh warga negara Indonesia. Hal ini terbukti dengan stabilnya keadaan politik, pertahanan serta keamanan dalam masyarakat. Tempat yang masih indah untuk tamasya, tidur siang, sambil menikmati pemandangan alam serta kuliner Nusantara.

Jika kita melihat situasi yang terjadi di Afghanistan, dimana untuk bertahan hidup atau akibat hilangnya harapan untuk bernaung di tanah airnya, sampai harus rela bergelantungan di badan pesawat. Sehingga konsekuensi tragis adalah terjatuh dari ketinggian ribuan feet.  Situasi tersebut seolah memberikan pelajaran kepada kita semua bahwa harga sebuah "kemerdekaan" dan "kemanusiaan" sangatlah mahal. Selama masih ada persatuan dan gotong royong, seluruh rakyat Indonesia akan lebih mengutamakan musyawarah dalam pemecahan masalah serta bersama-sama menggapai kesejahteraan bersama yang berkeadilan sosial.

Regenerasi tampuk kepemimpinan harus berjalan. Kepastian yang mutlak terjadi adalah perubahan itu sendiri. Estafet kepemimpinan kepada generasi muda harus diteruskan dan dilanjutkan. Karena kemerdekaan yang diraih tanpa adanya pembanguan serta perbaikan kesejahteraan sosisal menuju kemakuran adalah suatu kesia-siaan. Tanpa disadari generasi kelahiran 65-70 an akan menjadi pemangku kebijakan keberlangsungan kehidupan berbangsa bernegara. Tantangan ke depan semakin kompleks, karena selain krisis pandemik, dunia akan dihadapkan dengan krisis lingkungan hidup skala besar (global warming/climate change). Tidak menutup kemungkinan munculnya gangguan dari luar dalam bentuk invasi revolusi industri 4.0,  potensi gangguan keamanan dan gesekan horizontal masyarakat, permasalahan ekonomi, peningkatan daya saing SDM tingkat global/regional serta penyediaan lapangan kerja.

Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang besar dan seharusnya kita harus senantiasa berpikir untuk Kemajuan Bersama. Sudah saatnya dengan semangat proklamasi kita "Bangkit Bersama" melawan pandemik untuk terus bergerak maju. Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh. Kemanapun kapal berlayar sampai jauh, ke pangkuan mu lah kami putra putri bangsa akan Bersauh. Senantiasa berbuat baik untuk diri pribadi, keluarga dan masyarakat sesuai bidang atau kemampuan masing-masing.

Dirgahayu Negaraku, Selamat Berbahagia Keluargaku. Di Pangkuanmu lah Surga Tempat Ku Berlindung di Hari Tua, Sampai Akhir Menutup Mata

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun