Mohon tunggu...
RiaBudi Sundoro
RiaBudi Sundoro Mohon Tunggu... profesional -

Lagi belajar menulis, ayah dari almaas dan azam, suami dari istri yang cantik nan solehah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Telepon itu

15 November 2012   04:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:20 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ku pacu sepeda motorku dengan pelan di pagi hari untuk mengantarkan istri tercinta bekerja dan mengantar putri kami tercinta ke tempat bermain dan belajar atau sering orang menyebutnya dengan play group. Setelah memarkir sepeda motor, kuantar anakku menuju ruanganya, lalu duduk di luar sambil menunggu dan melihat proses bermain dan belajar yang mereka terapkan ke putri kami.

Sewaktu menunggu, ku terima kabar dari istriku bahwa ada sebuah email dari sebuah perusahaan yang mau melakukan wawancara lewat telepon hari ini jam 10 pagi, hatiku pun diterpa rasa senang dicampur bingung karena waktu itu jam sudah menunjukan hampir jam 10, bagaimana mencari tempat yang sepi dan nyaman untuk melakukan wawancara itu. Ku pasrahkan semuanya kepada Illahi robbi, kalau ini merupakan rezeqi yang hendak Engkau limpahkan maka permudahkanlah hamba Mu ini untuk menggapainya..amiin… Ku tunggu telepon itu tak muncul jua sampai putri ku keluar dari ruangan kelasnya dan kami pulang menuju ke rumah. Ah..mungkin belum menjadi waktu ku, ujarkan dalam batin.

Sore hari kami buka email dan ternyata wwancara yang dijadwalkan di undur sampai waktu yang belum di tentukan, untuk menghibur hati ini ku yakinkan diriku bahwa hari itu pasti akan tiba dan tak akan ku buang kesempatan tersebut kalau menghampiriku. Ku kirimkan email ke sahabatku dan menanyakan persiapan apa saja yang harus kulakukan andai kesempatan itu datang.

Alhamdulillah kesempatan itu akhirnya menghampiriku, email itu menerangkan bahwa mereka akan menelpon ku pada hari ini sekitar jam 10 pagi waktu negara tersebut, dan ada beda sekitar 4 jam dengan Indonesia barat berarti sekitar jam 2 siang telepon itu akan kuterima. Ku siap kan diri ini untuk menerima telepon itu, berbagai literature ku baca dan secara kebetulan aku juga sedang menyusun semacam prosedur untuk salah satu protap (prosedur tetap) yang dibutuhkan.

Waktu terus bergulir dan sampailah pada jam yang di tentukan, aku tunggu dan aku letakkan telepon genggam itu di depanku supaya lebih sigap dn siap kalau telepon berdering. Jam di dinding kamar menunjukan jam 3 sore tapi belum juga berdering, sampai adzan Ashar bergema membuat hati lebih gundah, ya Alloh..tetapkan hati ini untuk tetap berprasangka baik pada MU. Ku putuskan untuk mempersiapkan diri bersiap ke masjid, kalau memang ini menjadi hak ku yang diberikan yang kuasa maka takkan ada yang menghalanginya renung ku dalam batin.

“Say..ayah mau mandi dulu ya, biar hati dingin dan siap – siap ke masjid” Ucapkan pada istriku, “Iya say..yang sabar ya” Istriku mencoba untuk menenangkan hati ini..Alhamdulillah ya Alloh..engkau berikan pendamping yang menyejukan hati ini batin ku memanjatkan syukur. Pintu kamar mandi tiba – tiba digedor di iringi suara yang terburu – buru “ yah..ayah cepetan buka pintunya!” Suara istriku menghentikan aktifitas mandi ku, “ Sebentar say..ayah lagi pakai sabun nih” Ujarku sambil menggosokkan sabun ke badan ku, “ Ini penting say..nomor yang muncul dimulai dengan kosong – kosong, ini pasti telepon yang ayah tunggu” Sahut istriku, secepat kilat ku lilitkan handuk ke tubuh ku dan keluar dari kamar mandi dan masuk ke kamar tidur kami sembari sedikit terengah – engah karena berdebar, ku usap telingaku agar kering dan duduk dilantai bersandarkan lemari baju lalu kuangkat telepon itu “Hallo..” Ucap ku sambil menekan perasaan antara senang dan cemas dengan menarik nafas panjang dan kemudian menahan nafasku dan memanjatkan do’a ..ya Alloh semoga ini jawaban yang Engkau berikan kepada hamba Mu ini. “ Ya..hallo..can we talk to Ray?” Suara seorang lelaki dengan nada baritone terdengar sayup – sayup di telinga, “Yes, I’m speaking”.

Sepenggal kisah tersebut masih terus terngiang di benak ku sampai saat ini karena itu adalah sebuah wawancara awal dari salah satu sebuah perusahaan yang ada di sebuah Negara Timur Tengah, dan kini aku sudah bekerja untuk mengais rezeqi di negeri petro dollar…Ya Alloh semoga rezeqi yang Engkau limpahkan menjadi lebih berkah dan bermanfaat untuk keluarga dan agama ini..amiin..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun