Mohon tunggu...
Sundari Apriliani
Sundari Apriliani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasaiswa Universitas Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

KKN TEMATIK UPI : Stigma Masyarakat Desa Narawita terhadap Pandemi Covid-19

30 Desember 2020   03:36 Diperbarui: 30 Desember 2020   11:56 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pandemi Covid-19 sudah setahun menyerang dunia terutama Indonesia. Pandemi ini tentu bukan sesuatu yang mudah untuk dilalui. Sudah banyak korban yang mati dihadapan, para dokter pun sudah banyak yang tumbang, tidak memandang kedudukan dari yang miskin sampai yang kaya, tua maupun muda, semua bisa terkena virus ini. Pandemi ini disebaban oleh koronavirus. Koronavirus adalah genus virus dari famili Coronaviridae dengan RNA berunting tunggal yang menginfeksi burung dan banyak mamalia, termasuk manusia, menyebabkan berbagai penyakit, seperti MERS, SARS, dan COVID-19.

Berita tentang Covid-19 disiarkan di mana-mana, TV, media sosial, radio, dsb. Awalnya masyarakat khawatir akan adanya pandemi ini sampai ada yang mengalami panic buying, tetapi seiring berjalannya waktu masyarakat mulai menganggap pandemi ini tidak pernah ada. Semua kembali beraktivitas seperti biasa, mereka pun mulai mengabaikan protokol kesehatan, mulai kembali berkerumun, dan lupa menerapkan etika batuk dan bersin. Padahal pandemi ini belum berakhir, belum menemukan titik terang.

Setelah ditelusuri dengan melakukan pengamatan dan wawancara khususnya di Desa Narawita ditemukan stigma masyarakat bahwa Covid-19 itu hanyalah sebuah rekayasa dan sebuah pengalihan isu.

"Covid mah bohong. Akal-akalan pemerintah eta mah" ucap SR salah seorang penduduk di Desa Narawita.

Adapun yang berkata seperti ini, "Ayeuna mah ka rumah sakit pilek saeutik ge disangka Covid, anu maot ku jantung ge disangka Covid, sagala dicovidkeun" ucap YT.

Sehingga banyak dari mereka yang mengabaikan protokol kesehatan terutama masker. Stigma ini ternyata muncul akibat kurangnya edukasi kepada masyarakat, sehingga mereka mengasumsikan sendiri apa yang mereka lihat dan dengar.

Melihat kasus di atas, dilakukan sosialisasi kepada masyarakat melalui media spanduk dan poster. Spanduk tentang Covid-19 dan cara pencegahannya, yaitu mencuci tangan dengan sabun yang disosialisasikan kepada masyarakat, kemudian dipasang di tempat yang terlihat sebagai upaya dalam edukasi. Tidak hanya itu, karena zaman yang sudah serba menggunakan teknologi, masyarakat tentu tidak lepas dari gawai dan media sosial, sehingga dilakukan sosialisasi secara daring melalui penyebaran poster tentang Covid-19.

Memang dalam edukasi ini tidak mudah untuk dilakukan, karena stigma yang sudah melekat di masyarakat akibat terlambatnya edukasi yang diberikan. Namun, inilah upaya dan peran kita sebagai generasi muda dalam menyejahterakan rakyat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun