Mohon tunggu...
Sunarto Aloysius
Sunarto Aloysius Mohon Tunggu... Petani - belajar membaca dan menulis

lama menyelam dan ingin mendarat lagi...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menyongsong 80 Tahun dan Sejarah Singkat SMP Santo Yosef Lahat

20 Januari 2018   11:03 Diperbarui: 20 Januari 2018   12:27 1855
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suster asal Belanda tiba di Lahat

Pada tanggal 1 Agustus 2018 nanti, SMP Santo Yosef Lahat genap berusia 80 tahun. Usia yang sangat tua ketika sekolah ini berwujud manusia. Namun, semoga diusia ke 80 tahun ini SMP Santo Yosef Lahat tidak mengalami sakit karena penuaan dan akhirnya mati, melainkan menjadi sekolah yang berbobot, berkualitas, dan menjadi tempat yang sangat nyaman bagi peserta didik untuk belajar sehingga digandrungi masyarakat Kabupaten Lahat dan sekitarnya.  

Eksistensi SMP Santo Yosef Lahat masih sangat mendominasi dibandingkan dengan sekolah-sekolah lain, sekolah Santo Yosef menawarkan berbagai keunggulan-keunggulan yang tidak dimiliki sekolah lain baik dalam bidang akademik dan humanistik. Berbagai rangkaian kegiatan nantinya akan diselenggarakan untuk menyongsong 80 tahun SMP Santo Yosef Lahat, seperti bakti sosial kesehatan, bazar sembako, pameran pendidikan, pentas seni, dan hiburan rakyat.

Pada tulisan ini, saya akan melampirkan sejarah panjang berdirinya SMP Santo Yosef Lahat, yang sedang bersiap menyongsong ulang tahun yang ke 80, berikut sejarahnya:

Sejarah SMP Santo Yosef Lahat

Kota Lahat adalah sebuah kota kecil terletak di tengah-tengah daerah Sumatera Selatan. Pada masa penjajahan Belanda, kota ini merupakan pusat perbengkelan PT Kereta Api Indonesia yang dulu disebut Jawatan Kereta Api, dimana orang-orang yang berkarya di situ merupakan "bedhol deso" dari tanah Purworejo. Karenanya suasana jawa lebih hidup pada waktu itu. 

Di sisi lain sungai Lematang, salah satu sungai besar dan sangat luas, berkelok-kelok menyusuri sepanjang kota Lahat dan dibelah oleh jembatan gantung yang sangat panjang, membentang di sebelah pinggiran barat kota. Dari situ nampaklah Gunung Serelo, yang sosoknya menyerupai telunjuk jari menjulang tinggi di langit, dengan dilatarbelakangi Bukit Barisan yang berderetan, merupakan keindahan alam khas Lahat yang memesona.

Biara pertama Lahat
Biara pertama Lahat
 Sejak bulan September 1933, seorang Misionaris asli Belanda pastor Hogeboom SCJ menetap di Lahat, dan membuka HCS. Ordo SCJ sudah berulang meminta agar suster-suster Ordes de Bogen menyanggupi bantuannya untuk berkarya di Lahat. Pada tanggal 21 Mei 1936 bertolaklah lima suster Carolus Borromeus (CB) dari Maastricht negeri Belanda. Dua diantaranya akan berkarya di Sumatera Selatan. 

Empat orang suster bertolak dari Tanjung Priok menuju Tanjung Karang terus langsung naik kereta api menuju Lahat. Tanggal 3 Juli 1936, mereka tiba di Lahat. Pada bulan Juli itu juga para suster misionaris telah mulai berkarya menangani sebuah HCS yang ada. Untuk sementara waktu, rumah sekolah masih merupakan rumah sewaan, karena belum mempunyai gedung sendiri. Bahwa dengan HCS saja misi belum bisa mencapai banyak. Maka Muder Laurensia mengajukan gagasan membuka sekolah Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) yang setara SMP di Lahat. MULO dimaksudkan untuk menampung para lulusan HCS dari Bengkulu dan Lahat.

MULO dibuka dan diresmikan pada tangga 1 Agustus 1938. Pada waktu MULO ini dibuka sudah ada 40 orang murid. Mereka datang dari daerah sekitar Lahat dan Bengkulu. Perintis sekolah MULO adalah Suster Laurentia de Sain, Suster Chatarina Liedmeier dan Suster Olga Polis. Sekolah ini berjalan dengan baik sampai pecah Perang Pasifik. Dalam masa pendudukan Jepang sekolah ini terpaksa ditutup karena Suster-suster harus masuk kamp tahanan. 

Pada tahun 1948, Pimpinan Umum Tarekat, Muder Emmanuel, datang ke Indonesia dan beliau meninjau Sumatera bersama Muder Laurentia untuk merencanakan pembukaan kembali sekolah milik Tarekat di Sumatera Selatan. Dalam satu tahun kompleks Santo Yosef telah selesai dibangun kembali. Karya pendidikan yang semula berbentuk HCS dibuka kembali dan menjadi SD dan SMP.

Dari tahun ke tahun jumlah siswa semakin bertambah, sehingga ruang belajar dirasa kurang, maka tahun tujuh puluhan dibangunlah empat ruang belajar. Pada tanggal tgl 26 Desember 1982 seiring dengan perubahan kebijakan pemerintah menyangkut penyelenggaraan pendidikan, dibentuklah Yayasan Carolus Borromeus yang mewadahi seluruh lembaga pendidikan yang bernaung dalam pelindung Santo Yosef, yaitu TK-SD-SMP dan SMA Santo Yosef dengan kepala Yayasan Suster Surani CB. Pada tahun 2003 bersamaan dengan perubahan kebijakan tentang yayasan, maka yayasan Carolus Borromeus dimerger dengan yayasan Tarakanita yang nota bene keduanya dikelola oleh para suster Cinta Kasih Borromeus (CB).

Hingga kini dalam usia yang ke 79 tahun (tahun 2018) dan 80 tahun pada 1 Agustus nanti, banyak hal telah berubah dengan cepat. Perubahan dalam dunia pendidikan mengharuskan sekolah Santo Yosef untuk berbenah diri, meski demikian tetap mengedepankan nilai-nilai pembentukan pribadi utuh dan berbela rasa dalam bingkai hidup relegi yang mendalam. Ya semoga pada usia yang ke 80 nanti, SMP Santo Yosef Lahat semakin Jaya di darat, air dan udara.

Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun