Mohon tunggu...
Sunarto Aloysius
Sunarto Aloysius Mohon Tunggu... Petani - belajar membaca dan menulis

lama menyelam dan ingin mendarat lagi...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mamak Tuyem

24 Desember 2017   09:09 Diperbarui: 24 Desember 2017   09:18 1076
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti yang kita ketahui, bahwa tanggal 22 Desember merupakan peringatan hari Ibu se Indonesia. Banyak orang ber"lomba-lomba" memposting foto dan memberi ucapan terimakasih kepada Ibunya atau mamaknya atau maminya, ah banyak panggilannya kemedia sosial entah facebook, whatsapp, instagram dan lainnya...

Disini saya ingin bercerita atau menceritakan kehidupan Mamak saya secara singkat. 

Mamak saya bernama Anastasia Tuyem, lahir di Wonogiri, Jawa Tengah tahun 1950. Dapat kita hitung bahwa usianya sudah 67 tahun. Mamak lahir dari keluarga petani plus berternak sapi, sejak tahun 1960 Mamak ikut orangtuanya transmigrasi ke Desa Way Halom kini wilayah ini masuk ke Kabupaten OKU Timur Provinsi Sumatera Selatan. Kata orangtua jaman dulu TUYEM merupakan akronim dari "meTU aYEM" (bahasa Jawa) = keluar dan bersifat tenang atau ayem artinya lahir dan tumbuh menjadi orang yang sukses hingga merasa tentram dan sejahtera.

Mamak Tuyem (panggilan kami anak dan cucu) lahir 4 bersaudara namun sekarang tinggal berdua saja bersama om Markus yang kini tinggal di kota Palembang. Orangtua Mamak sudah lama berpulang kerumah Tuhan serta 1 kakak dan 1 adik  Mamak juga turut berpulang kepangkuan Tuhan.

dokpri
dokpri
Sosok Mamak Tuyem sangat istimewa. Mamak mampu menghidupi kesembilan anaknya meskipun kini tinggal bertujuh yang sampai dewasa. Mamak mampu mendampingi bapak memberi kami protein dan gizi serta pendidikan yang layak. Tujuh bersaudara ini semuanya mampu mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi. Semua biaya pendidikan kami berasal dari sawah dan ternak.

Mamak merupakan orang yang hebat dan kuat. Di usia senjanya ini, mamak harus merawat Bapak yang terserang strooke sejak dua tahun lalu. Bapak yang berusia lebih tua 11 tahun dari mamak ini mulai turun daya tahan tubuhnya, ya maklum sudah berusia 78 tahun. Namun semangat mamak mendampingi bapak yang sakit patut diapresiasi tinggi, beliau dengan sabar dan telaten "mengasuh" bapak seperti menyiapkan makan dan memandikan setiap hari. Meskipun kadang-kadang dimarahi bapak, karena pelayanan yang kurang pas, mamak tetap sabar merawat. Hal ini yang semakin membuat kami bangga kepada mamak.

Mamak yang selalu memberi nasihat dan motivasi bagi kami anak-anaknya untuk terus tekun dalam berusaha, berperilaku jujur dan arif dalam bekerja agar tidak mengecewakan orang lain.

Mamak juga sumber kekuatan bagi kami bertujuh. Setiap kami pergi kerja atau saat kuliah dahulu kami selalu merindukan mamak terutama masakan mamak yang khas pedesaan.

Dan tidak lupa, tradisi kerik atau kerokan dalam bahasa Jawa menjadi tradisi dikeluarga kami. Terutama mamak yang boleh dikatakan terkena candu kerikan. Setiap merasa lelah mamak selalu kerikan baik dikerik sendiri atau dibantu orang lain. 

Ya semoga mamak Tuyem selalu sehat dan diberkati oleh Tuhan. Terutama dihari Ibu ini. Love U mamak...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun