Mohon tunggu...
Sunardi Sunardi
Sunardi Sunardi Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 126 Rejang Lebong

Guru Penggerak Angkatan 5 Kab. Rejang Lebong

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Koneksi Antar Materi Modul 2/3 Coaching untuk Supervisi Akademik

26 September 2022   22:43 Diperbarui: 26 September 2022   22:50 7655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Peran sebagai seorang coach di sekolah dan keterkaitannya dengan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional

Ki Hajar Dewantara sebagai bapak pendidikan kita telah mengemukakan bahwa pendidikan itu adalah ada proses menuntun yang dilakukan guru untuk mengubah prilaku murid sehingga dapat hidup sesuai kodratnya baik sebagai individu maupun bagian dari masyarakat. Proses menuntun tersebut dapat dilakukan salah satu caranya adalah dengan melakukan proses coaching. Coaching dalam dunia pendidikan sangat sejalan dengan filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara.

Dalam coaching ini ada proses menuntun yang dilakukan guru sebagai coach kepada murid sebagai coachee untuk menenemukan kekuatan kodrat dan potensinya untuk bisa hidup sesuai tuntutan alam dan zaman. Dalam proses coaching guru sebagai pamong mengajukan pertanyaan efektif dan reflektif untuk menggali segala potensi yang dimiliki murid dengan tidak memberikan solusi akan tetapi mengarahkan mencari solusi.

Coach mempunyai peran yang sangat penting pula dalam sistem among yang digaungkan Ki Hajar Dewantara. Pendidik sebagai penuntun bagi anak didiknya haruslah mampu melakukan pendekatan melalui proses komunikasi. Komunukasi yang dapat membangun kanyaman dan kesetaraan sehingga tercipta rasa empati, saling menghormati dan saling menghargai antara guru dan murid. proses komunikasi yang dijalankan melallui serangkaian proses untuk menemukenali segala apa yang dimilki murid sebagai bentuk kekuatan untuk menyelesaikan sagala apa yang dihadapinya.

Proses tersebut tercipta dalam coaching. Selain itu ada juga pemikiran Ki Hajar Dewantara dengan konsep Tut Wuri Handayani di mana murid adalah mitra belajar. Guru bukan lagi sumber pengetahuan satu-satunya akan tetapi ada murid sebagai mitra dalam mencari kesepahaman dalam belajar. Guru bersama murid belajar bersama mengenali kekuatan yang dimilikinya untuk melejitkan kemampuan yang dimiliki murid. bukan lagi waktunya guru cemerlang sendiri akan tetapi bagaimanan murid pun menjadi bersinar. Guru membantu murid menemukan kekuatan untuk bisa hidup sebagai manusia seutuhnya.

Guru sebagai coach merefleksikan kebebasan murid untuk menemukan berbagai kekuataan yang dimiliki mereka dengan penuh kasih sayang dan persaudaraan. Guru sebagai coach menghindari keinginan untuk memaksakan kehendak dan mengharapkan pamrih, mensucikan diri tanpa ikatan menjadikan murid insan paripurna. Guru sebagai coach menciptakan suasana nyaman dan rasa percaya untuk memberikan kebebasan dan kemerdekaan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan reflektif untuk menjadi murid kuat secara kodrati.

Salah satu bentuk untuk melejitkan potensi murid adalah dengan mengintegrasikan pembelajaran berdiferensiasi, pembelejaran yang selalu memperhatikan kebutuhan belajar peserta didik berdasarkan minat, profil dan kesiapan belajar. Guru sebagai coach dibutuhkan untuk menggali kebutuhan murid sehingga guru dapat mendisain proses pembelajaran yang mampu memaksimalkan segala potensi yang dimiliki murid.

Selain itu, secara social emosional segala potensi murid dapat berkembang secara maksimal. Proses coaching dapat berjalan degan mengoptimalkan ranah social emosional sehingga setiap murid mampu menyelesaikan setiap masalah dengan potensi dan kemampuannnya sendiri. Segala potensi akan tergali dengan proses coaching yang dilakukan guru. Murid akan menemukan kedewasaan dalam menghadapi setiap kemelut dalam hidupnya dan mereka akan menemukan jati diri dengan proses coaching yang dilakukan guru. Pada akhirnya mereka akan mampu hidup bebas dan merdeka menentukan jalan hidupnya sesuai kekuatan dan potensinya masing-masing.

Keterkaitan keterampilan coaching dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin pembelajar

Keterampilan coaching dengan pengembangan kompetensi diri sebagai seorang pemimpin pembelajar adalah sangat berkaitan atau berhubungan erat. Dalam keterampilan coaching yang diawali dengan paradigma berpikir coaching, prinsip-prinsip dalam melakukan coaching, dan pelaksanaan coaching yang mengunakan alur TIRTA semua bertujuan untuk memberdayakan. Hal ini sesuai dengan konsep coaching yakni sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatanatas performa kerja,   hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999).

Sebagai seorang pemimpin pembelajar untuk mengembangkan kompetensi dirinya maka keterampilan coaching sangat perlu untuk dimiliki dan diterapkan. Keterampilan coaching yang diawali dengan paradigm berpikir coaching diantaranya paradigm tersebut adalah :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun