Mohon tunggu...
Sunardi
Sunardi Mohon Tunggu... Guru - Saya suka menulis dan fotografi

Asal Bondowoso, Kota Tape. Sedang belajar hidup. Blog pribadi www.ladangcerita.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kejahatan Terindah Dalam Hidupku

26 Maret 2016   21:59 Diperbarui: 12 Agustus 2021   20:36 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah lulus SMA kau sepakat kita kuliah di kampus yang sama, fakultas yang sama pula, agar kita bisa satu kelas lagi. Kau setia. Nahkoda cinta berlayar.

***

Mungkin semua orang menganggap kita adalah pasangan paling romantis. Tetapi tidak dengan ayahmu. Bagi beliau, apalah gunanya cinta. Kau dijodohkan, dipaksa menikah dengan lelaki yang sudah mapan. Padahal kita sudah hampir lulus. Kau menangis, tapi kita tak berdaya. Kubujuk kau agar menolak dengan keras, tapi seakan kau menyerah. Dan kau menikah dengannya. Ya, itu mungkin lebih baik, daripada memilih mati bunuh diri. Mungkin kau kira aku menyerah, mungkin kau lupa bagaimana usahaku mendapatkanmu. Aku mencari cara untuk merebutmu kembali.

Saat malam pertamamu bersamanya, semalaman aku merenung di depan kontrakan. Seperti sampan diombang-ambing badai di tengah lautan. Tak tahu harus berbuat apa. "Feri," Lukman menyapaku. Setenagh sadar aku mendengarnya. "Kok belum tidur?" Dia memang tak banyak tahu urusan teman, termasuk urusan perasaanku. Tetapi aku cerita saja padanya. "Perjodohan paksa?!" tanyanya agak ngotot.

Aku heran dengan sikapnya, aneh saja, jadi sok peduli teman. "Kenapa?!" tanyaku dengan nada agak marah.

"Itu tidak syah. Banyak orang tidak paham hukum."

Begitulah ia. Bicaranya memang seperti penceramah. Kalau bukan ceramah agama, dia memang tidak banyak bicara. Tapi kalau ceramahnya didengar, sehari semalam tidak akan berhenti berceramah. Aku dan teman-teman di kontrakan audiennya.

Ia membacakan beberapa hadits dan penjelasan beberapa ulamak. Seperti biasa, aku tidak begitu menghiraukan. Tetapi kali ini lain. Tumben ia berceramah sesuai dengan keadaan. Seperti cahaya penunjuk jalan. Aku menolehnya, menatap wajahnya. "Iya, itu tidak sah," tegasnya.

Menurut keterangannya, berarti aku adalah pihak yang benar. Seperti pahlawan pembela kebenaran aku langsung berdiri hendak ke rumahmu. Ingin kubunuh suamimu.

"Feri, tunggu...!!" Zuhdi mencegahku. Teman yang satu ini dikenal dengan keahliannya dalam dunia perdukunan. "Aku tahu kau marah. Tetapi jangan bodoh kawan. Kau lelaki cerdas." Aku memandangnya dengan amarah. "Kau bisa membalas sakit hatimu, kau bisa mendapatkan wanita yang jauh lebih cantik darinya. Kau tahu keahlianku kan?" Bujuknya. Aku tidak pernah tertarik dengan hal begituan, tetapi jiwaku sedang dipenuhi amarah. Aku pun sepakat. Memanfaatkan kemampuannya menurutku akan lebih dahsyat pembalasanku.

Tetapi, ternyata caranya juga tak gampang. Butuh waktu tiga bulan lamanya untuk mendapatkan ilmu kesaktian itu. Seakan aku tak sadar. Dendam besarlah yang kuhayalkan. Kujalani prosesnya hingga kudengar kau hamil. Aku sudah cukup mahir ilmu hitam yang ia ajarkan. Kata orang itu ilmu hitam. Kata Zuhdi bukan. Pernikahanmu tidak syah, begitu kata Lukman. Katanya aku boleh memanfaatkan ilmu itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun