Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Mengapa Film Jumbo Tak Ramah Parenting?

16 Mei 2025   18:36 Diperbarui: 16 Mei 2025   18:36 4321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar: Instagram visinemaid

Sampai Ju,m'at, 16 Mei 2025, penonton film Jumbo telah mencapai 9.6 juta lebih. Sedikit lagi Jumbo berpotensi menyalip film KKN di Desa Penari yang berada di puncak dengan jumlah penonton 10.06 juta. 

Sungguh pencapaian yang luar biasa untuk satu-satunya film animasi yang mampu menduduki sepuluh film terlaris dalam hitungan bulan (46 hari).

Sukses yang diraih film Jumbo tidak hanya angka tetapi menjadi tonggak sejarah bagi perfilman animasi tanah air untuk dikenal dunia dan menjadi pionir dalam membangkitkan industri film animasi ke seluruh pelosok negeri. 

Sebagai sebuah industri kreasi, film Jumbo merupakan karya yang menginspirasi. Baik dari sisi visual hasil produksi, konsistensi, kerja keras, motivasi dan akhirnya prestasi. 

Hal yang patut diapresiasi adalah proses terlahirnya karya itu sendiri, yang dilahirkan dari perjalanan panjang. Bagaimana seluruh kemampuan dan potensi dikerahkan, termasuk sumber daya, anggaran dan lamanya waktu yang dihabiskan. Di sinilah sebenarnya prestasi itu menggelembung dan menjadi bukti nyata.  

Namun yang mesti dipahami adalah bahwa fiksi bagaimana pun juga adalah fiksi. Kualitas isinya tentu berbanding terbalik dengan realitas. Sehingga pencapaian angka yang sedemikian tingginya tidak berbanding lurus dengan realitas kehidupan. Sebab peraihan angka yang didapat berjalan melalui logika dan algoritmanya sendiri. 

Oleh karena itu, ketika kritik ikut bermunculan di tengah sambutan yang luar biasa terhadap film Jumbo, sorotan utama yang membuat kritik menampilkan diri tanpa bermaksud menjatuhkan adalah ketidakjelasan batas antara fiksi dan realitas yang merujuk pada adegan-adegan yang dinilai tak logis atau mistika.    

Film cerita anak sejatinya dibuat untuk menghibur penonton terutama untuk usia anak. Meskipun begitu, setiap film anak yang diproduksi tentunya tidak hanya sekadar menghibur melainkan diarahkan agar memiliki plot cerita yang bisa memberikan dampak positif. 

Khusus untuk film anak-anak pastinya harus mengandung unsur edukasi dan nilai positif seperti persahabatan, kesopanan, kerja sama, kejujuran, keberanian, rasa percaya diri, semangat pantang menyerah atau nilai lainnya, yang dapat membawa kebaikan pada memori otak saat adegan dan komunikasi dalam film berpotensi tersimpan ke alam bawah sadar pikiran anak-anak. 

Film Jumbo dengan daya tarik ceritanya yang kuat dalam menyajikan tokoh Don, Nurman dan Mae pada usahanya untuk menyelesaikan misi mempertahankan buku dongeng berjudul 'Pulau Gelembung' peninggalan orang tua Don, dan membantu Meri menemukan orang tuanya, sungguh banyak menyuguhkan unsur edukasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun