Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Stop Sharenting! Viral Bukan Solusi Semua Masalah

10 Februari 2025   19:37 Diperbarui: 10 Februari 2025   19:37 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Kompas/Supriyanto)

Tak dapat disangkal bahwa istilah 'no viral no justice' benar adanya. Banyak kasus dapat dipecahkan, terselesaikan atau minimal menjadi fokus perhatian untuk diselesaikan adalah karena cerita, berita atau informasinya telah viral. 

Ada sebuah kasus yang sempat viral akibat seseorang yang merekam aktivitas seorang ayah mencubit anaknya yang tidak mau diam.

Informasinya, sang anak dicubit dengan alasan untuk menenangkan sang bocah yang dianggap hiperaktif. Ayahnya mengaku bahwa mencubit anaknya hanya untuk mendiamkan bukan karena marah. Bolehkah orangtua seemosional itu?

Sering kali orang lain hanya akan menilai apa yang tampak di permukaan dibanding apa yang dialami dalam ribuan jam orang tua mengasuh anak, yang dalam tanda kutip terdapat anak hiperaktif atau anak dengan kekhususan lainnya, jika belum layak disebut kenakalan. Ibarat kemarau setahun dihapus hujan satu hari. 

Cucuran keringat, air mata, seluruh energi, waktu dan tenaga yang orang tua limpahkan kepada anaknya bisa terhapus oleh hanya satu konten dari orang lain yang melihat sebuah kondisi yang dinilai sebagai penganiayaan, tindak kekerasan atau apa pun bahasa lainnya. Padahal dibaliknya belum tentu sesuai apa yang disangkakan.   

Kita boleh berucap terima kasih dan patut bersyukur untuk kasus-kasus penganiayaan, pelecehan dan eksploitasi terhadap anak yang dapat terpecahkan dan terungkap setelah viral. Tetapi menggeneralisasi satu atau beberapa kasus dengan semua kasus bukan cara yang bijaksana. 

Tetapi kita jangan sampai terlena oleh godaan media sosial digital sehingga segala peristiwa apa pun yang terjadi pada anak ditulis, difoto dan divideokan kemudian diunggah ke media sosial untuk dijadikan status. Kita juga bukan super hero yang dapat memastikan bahwa dengan menginformasikan, memfoto dan memvideokan sebuah peristiwa yang terjadi pada anak lalu diunggah dengan tujuan mulia pada awalnya; menolong, menyelamatkan atau melindungi yang dianggap korban, kenyataannya belum tentu demikian.

Bayangkan, misalnya seorang ayah yang mencubit anaknya untuk mendiamkan bukan karena marah, tetapi hal itu dilakukan setelah berbagai upaya dengan cara halus, lembut dan baik, gagal dilakukan, ternyata setelah videonya viral dikabarkan sudah menjadi tersangka.  

Bila pada akhirnya ayah tersebut terkena vonis hukuman penjara atas kasus penganiayaan anak tanpa diberi kesempatan untuk bisa membuktikan bahwa dirinya tidak seperti apa yang terlihat akibat hujan satu hari atas setahun kemarau yang telah dialami bersama anaknnya, padahal dirinya adalah tulang punggung keluarga, siapa yang kelak akan membiayai proses tumbuh kembang anaknya saat sang ayah berada di penjara?  Bagaimana jika ternyata dalam kesehariannya sang anak menunjukkan respon semakin dekat pada sang ayah justru setelah mendapat hukuman dengan cara mencubit, pukul kaki atau sebatas hukuman fisik yang masih dibolehkan atau dalam batasan yang tidak mendatangkan bahaya fisik?      

Di sisi lain, orang tua yang kerap berbagi informasi, foto dan video anak, kini mempunyai kecenderungan yang sama dengan dengan mereka yang menyebarkan informasi, foto atau video anak dengan maksud dan tujuan yang baik untuk menangkap tanda-tanda atas pola pengasuhan yang salah dari para orang tua, yaitu mengalami fase viral. Wajarkah berbagi informasi, foto dan video anak agar meraih fase viral?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun