"Annadhafatu Minal Iman" yang berarti "kebersihan adalah sebagian daripada iman". Ini berarti dalam kehidupan kita harus menjaga kebersihan lahir maupun batin, jasmani juga rohani.
Salah satu masalah terbesar yang timbul di berbagai desnitasi wisata tanah air adalah sampah. Bali Partnership, sebuah koalisi akademisi dan LSM yang bekerja untuk mempelajari dan memecahkan masalah pengelolaan sampah, memperkirakan pulau Bali menghasilkan 1,6 juta ton sampah setiap tahunnya. Dari jumlah tersebut, sampah plastik mencapai hampir 303.000 ton.
Di sisi lain, Gary Bencheghib, salah satu pendiri Sungai Watch, sebuah kelompok lingkungan berbasis masyarakat yang bekerja untuk melindungi sungai-sungai Bali, menyebut situasinya sebagai "kiamat plastik" dan perjuangan yang berat.Â
Masalah sampah yang belum mampu ditangani membuat Bali menjadi destinasi wisata yang tak layak dikunjungi pada tahun 2025 oleh publikasi panduan perjalanan, Fodor, pada daftar rilis anual Fodor's No List. Dengan alasan bahwa Pulau Dewata dianggap belum menuntaskan masalah sampah yang menahun.
Masalah sampah menahun tidak hanya terjadi pada destinasi-destinasi wisata di Bali, masalah sampah juga terjadi pada banyak destinasi wisata di seluruh tanah air. Penuntasan sampah yang belum mampu diselesaikan secara sistemik membuat destinasi wisata di berbagai wilayah terancam mengalami penurunan pengunjung wisata yang semakin masif. Permasalahan ini menjadi masalah serius yang harus segera ditangani.Â
Selain melalui literasi untuk membuka tingkat kesadaran masyarakat, terutama pada turis atau pengunjung wisata, penanganan sampah juga wajib dikelola secara sistemik, berbasis komunitas pecinta lingkungan, dan penanganan sampah lainnya yang bisa dilakukan dan wajib diinjeksikan ke dalam program-program atau gerakan pariwisata, baik program dari tingkat pusat maupun program wisata lokal. Â
Sebuah program pariwisata yang telah gencar dipromosi dan dilaksanakan dan mempunyai potensi besar dalam mendukung penanggulangan masalah sampah adalah wisata halal. Terlebih prospek Indonesia dalam mengembangkan wisata halal telah diakui dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, mengingat Indonesia telah banyak menyabet penghargaan dalam ranah destinasi wisata halal dunia. Sebut saja pada 2019, Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai Wisata Halal Terbaik di Dunia versi Global Muslim Travel Index (GMTI) mengungguli 130 negara peserta lainnya. Bagaimana program wisata halal mendukung penanganan sampah? Â
Beriwisata halal berarti seseorang atau sekelompok orang yang melakukan perjalananan menuju suatu tempat untuk tujuan rekreasi dengan model atau paket layanan tambahan atau extended services amenitas yang ditunjukkan dan diberikan untuk memenuhi pengalaman dan keinginan wisatawan muslim.
Sementara yang tergolong destinasi wisata halal adalah tempat-tempat pariwisata yang muslim-friendly, yaitu tempat-tempat wisata yang menyediakan paket wisata ramah muslim, mulai dari menyediakan transportasi, rute atau tempat-tempat yang membuat wisatawan muslim merasa aman dan nyaman, seperti saat berkendara, menginap, beribadah, ber-MCK, terlebih dalam hal makan dan minum selama berekreasi.
Di dalam pariwisata muslim-friendly, kebersihan harus sangat diperhatikan sebab Islam sangat memperhatikan kebersihan. Tidak sekadar memerhatikan, menjaga dan memelihara kebersihan, umat Islam juga dilarang membuat kerusakan di muka bumi seperti merusak pergaulan, jasmani dan rohani orang lain, kehidupan dan sumber-sumber penghidupan (pertanian, perkebunan, perdagangan dan lain-lain), termasuk larangan merusak lingkungan.
Artinya, dalam berwisata halal, umat Islam juga harus ikut memerhatikan dan memelihara kebersihan, berperilaku dan bersikap baik serta menjaga lingkungan. Tidak membuang sampah, merokok, meludah dan buang hajat sembarangan. Tidak melanggar adab, adat dan budaya lokal.Â