Ini dahsyat! Hasil hitung cepat menunjukkan akumulasi suara Pilkada serentak 2024 di berbagai wilayah hampir seluruhnya dikuasai oleh koalisi KIM Plus.Â
Tetapi apa yang sebenarnya terjadi adalah rasionalitas, bagaimana mungkin satu partai bisa menang melawan partai koalisi yang cenderung terdiri dari lebih 10 partai, serta didukung oleh presiden dan mantan presiden yang telah menjelma menjadi matpol (matador politik) pula.
Ini seperti suatu momen di perang Teluk ketika Irak akhirnya dibuat terkapar oleh pasukan koalisi Amerika Serikat di bawah dewan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Perang Teluk yang dimulai dengan Irak menginvasi Kuwait pada akhirnya membuat negara irak porak poranda usai digempur pasukan koalisi yang tergabung dalam pasukan multinasional.
Di Pilkada serentak 2024, di bawah kendali matpol, banteng-banteng politik tentu mudah dipengaruhi untuk menentukan arah pilihannya. Namun bila melihat kondisinya, banteng-banteng punya dua pilihan matpol.Â
Kesatu, tetap setia pada maestro matpolnya yang hanya berdiri dengan satu kekuatan banteng-banteng. Kedua, ikut matpol yang dinilai telah berhianat dan masih mampu menunjukkan keahliannya meski dari luar kandang. Ini pun dengan catatan, lebih dari 10 partai berada di posisinya.Â
Seperti diketahui, pada Pileg 2024 yang lalu suara partai banteng (PDIP) meskipun meraih suara tertinggi di 16,7 persen tetapi untuk suara Pilpres (Ganjar Pranowo-Mahfud MD) hanya mendapat sekira 16.47 persen suara, jauh dibanding suara Prabowo -Gibran (Koalisi Indonesia Maju) yang memperoleh suara 58.59 persen. Â Â
Sementara untuk daerah Jateng pada Pilpres 2024, pasangan Ganjar-Mahfud yang diusung PDIP tak mampu mengungguli pasangan Prabowo-Gibran yang disokong oleh matpol dari luar kandang. Ganjar-Mahfud 'hanya' mendulang 7.827.335 suara atau 34,35 persen dari total pemilih di Jateng. Sedangkan Prabowo-Gibran mampu merebut 12.096.454 suara atau 53,08 persen. Padahal Jateng disebut-sebut sebagai kandang banteng.Â
Kini di Pilkada, berdasarkan hasil hitung cepat, PDIP kembali dibuat mengembik di kandang banteng. Menurut quick count dari empat lembaga, yaitu Charta Politika Indonesia, Indikator Politik Indonesia, Lembaga Survei Indonesia (LSI), dan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pada Kamis hari ini (28/11/2024) hingga pukul 12.27 WIB , pasangan Ahmad Luthfi-Taj Yasin Maimoen terpantau masih unggul dengan suara rata-rata di kisaran 58% - 59%. Sedangkan pasangan Andika Perkasa-Hendrar Prihadi, yang diusung oleh PDIP hanya berada diangka 40.62%-41.69%.
Beda daerah-daerah lain dengan Jakarta. Di Jakarta hasil hitung cepat menunjukkan perolehan suara pasangan Pramono Anung-Rano Karno berada di puncak mengalahkan perolehan suara pasangan Ridwan Kamil-Suswono dan Dharma Pongrekun-Kun Wardana. Meskipun begitu, selisih angkanya terlalu tipis sehingga masih ada kemungkinan dua putaran. Apakah perolehan suara di Jakarta menunjukkan bahwa banteng-banteng tidak dibuat mengembik oleh matpol?
Tunggu dulu! Suara suara Jakarta kabarnya adalah suara anak Abah dan Ahokers. Seperti kata Pramono dalam konferesi pers Deklarasi di Jakarta, Kamis, "Kontribusi dari partai-partai, ormas-ormas, relawan-relawan, dan juga anak Abah dan Ahokers tentunya semuanya punya kontribusi,". Artinya, tanpa dukungan dari tokoh-tokoh yang batal diusung, di Jakarta pun sesungguhnya banteng-banteng kembali mengembik. Siapa matpol yang membuat banteng-banteng yang kembali dibuat mengembik?