"Cut that stupid shit!" -- Pandji Pragiwaksono-Â
Belum lama ini media sosial diramaikan berita tentang roasting seorang komika bernama Mega Salsabillah pada seniornya, Pandji Pragiwaksono. Roasting dalam dunia stand up comedy dipahami sebagai serangkaian lawakan yang dilontarkan oleh pelawak tunggal yang bertujuan untuk meledek dan/atau menertawakan individu lain yang dijadikan sasarannya.
Menariknya, materi roasting Mega Salsabillah, yang mendapat sorotan publik digital itu ternyata membahas tentang dinasti di stand up comedy. Sebagian besar masyarakat tentu tahu bahwa Pandji Pragiwaksono dikenal sebagai komika yang anti dengan politik dinasti. Sebuah narasi politik, yang berkembang sejak meluncurnya putusan MK Nomor 90.
Dalam roasting-nya, Mega menyebut "Dinasti itu terjadi bukan hanya di politik, bahkan di dunia stand up comedy, dan gue ngerasain sendiri, lu tau siapa pelakunya? Pandji Pragiwaksono," ujar Mega dalam video diiringi riuh tawa penonton. "Gue setiap hari open mic, keliling-keliling ikut lomba, bahkan gua perempuan pertama yang punya stand up tour di Indonesia, gua berharap bisa ada di line up Standup Fest," kata Mega. "Istrinya Pandji gak pernah open mic, nggak pernah ikut lomba, dia jadi line up Standup Fest cuma karena dia istri founder," sambungnya disambut tawa penonton. Pertanyaannya, apakah dinasti dapat dinarasikan ke semua lini kehidupan?
Bicara dinasti di stand up comedy, maka tidak akan terlepas dari berbagai komunikasi dalam diskusi-diskusi dan dialektika digital yang terjadi di dalam interaksi sosial digital di era generasi topping. Sejumlah pendapat, opini, argumentasi, bantahan, sanggahan, debat, polemik hingga caci maki tentang segala kata, definisi, topik, tema sampai impelentasi atau praktik yang diidentifikasi atau ditolak sebagai dinasti telah memenuhi jagat maya.
Bila dalam dunia stand up comedy (komika) dan perihal lainnya semisal dokter yang anaknya juga dokter, guru anaknya juga guru, dosen anaknya juga dosen, jendral anaknya juga jendral, dan profesi, jabatan, gelar atau pangkat lainnya yang menurun dari orang tua ke anak disebut dinasti, yang patut dipertanyakan kemudian adalah berikut:
1. Apakah posisi keprofesian, jabatan, gelar atau pangkatnya masuk kategori sebagai pimpinan di puncak profesi, jabatan, gelar atau pangkat yang disandangnya?Â
2. Apakah profesi, jabatan, gelar atau pangkat yang mereka dapat diberikan begitu saja berdasar garis keturunan oleh orang tuanya tanpa melalui proses?Â
3. Apakah orang tua yang memberikan profesi, jabatan, gelar atau pangkat untuk garis keturunannya berada di posisi puncak pimpinan dalam suatu bangsa atau negara, baik bangsa atau negara berbentuk sistem pemerintahan monarki maupun berbentuk sistem pemerintahan republik?
4. Apakah cakupan narasi dinasti yang dibangun pada berbagai lini kehidupan mempunyai kesetaraan dengan kerajaan dan bentuk sistem pemerintahannya?Â
Di era serba digital seperti sekarang, jika konteks dinasti bisa dinarasikan sebatas ruang keluarga yang sedang membangun atau berupaya mengejar impian atau cita-citanya, maka mari coba mengurai tentang media sosial keluarga! Apakah media sosial keluarga dapat dinarasikan sebagai dinasti media sosial? Apa yang mampu dibangun oleh dinasti media sosial? Mari berandai-andai saja bila yang hendak dibangun adalah 'kerajaan bisnis keluarga' atau 'kerajaan bisnis media sosial keluarga', apakah keluarga Halillintar masuk dalam kategori dinasti media sosial?