Suatu hari, seorang dosen berdiri di muka ruang kuliah dan tampak sedang menyampaikan materi kuliahnya. Sang dosen menyampaikan materi tanpa bantuan tampilan layar monitor atau teknologi apa pun. Saat menatap kursi-kursi di seluruh ruang kuliah itu, tidak ada seorang mahasiswa pun hadir di sana. Ruang kuliah kosong. Apakah sang dosen sedang bermonolog?
Sesaat kemudian fokus pandangan mendekat ke kursi-kursi ruang kuliah itu, satu-persatu. Di sana, di atas bantalan permukaan setiap kursi tergeletak walkman. Sebuah alat yang berfungsi memutar pita kaset, mendengarkan radio dan merekam suara.
Sementara sekira dua kursi di antara kursi lainnya, memperlihatkan radio tape berukuran besar. Sebuah produk teknologi informasi dan hiburan, yang mengingatkan ke masa-masa booming tarian breakdance di perkiraan tahun 1984, di mana para pelaku tarian tersebut kerap membawa radio tape berukuran besar kemana-mana.
Kembali ke ruang kuliah kosong, dengan aktivitas dosen yang sedang bermonolog di dalamnya tanpa bantuan tampilan layar monitor atau teknologi apa pun, dan keberadaan walkman serta radio tape di atas bantalan kursi-kursi tanpa kehadiran fisik mahasiswa-mahasiswa, menimbulkan pertanyaan perkuliahan model apa yang sedang berlangsung pada aktivitas tersebut?
Aktivitas perkuliahan itu hanya bagian dari adegan sebuah film tentang remaja dan permasalahannya, yang merepresentasikan kreativitas, gagasan, kritik pada sistem pendidikan, dan gejolak muda para remaja pada zamannya. Artinya, aktivitas perkuliahan tadi bukan sebuah model perkuliahan yang dilakukan dalam situasi pandemi atau satu model perkuliahan yang sengaja diimplementasikan oleh sebuah kampus.
Namun aktivitas model perkuliahan yang demikian bisa menjadi cikal bakal untuk mendeskripsikan pelaksanaan perkuliahan dalam konteks virtual. Pada awal kehadirannya, kuliah virtual sering disebut sebagai kuliah daring (kuliah online). Sejak masa pandemi covid-19, aktivitas perkuliahan di berbagai universitas di Indonesia bahkan di seluruh belahan dunia, sangat cenderung berjalan daring. Â Â
Dengan bantuan teknologi digital dan perkembangannya yang pesat, perkuliahan daring menjadi mudah dilaksanakan. Jauh sebelum pandemi covid-19 melumpuhkan segenap aktivitas luring termasuk aktivitas perkuliahan, melalui  SK No. 146/E/O/2014 mengenai Penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh, Binus Online Learning menjadi tempat kuliah daring  pertama di Indonesia yang memperoleh izin pembelajaran jarak jauh dari pemerintah.
Disusul kemudian oleh Universitas Siber Asia (UNSIA), yang lahir atas inisiasi dua tokoh penting, Dr. El Amry Bermawi Putera dan Jan You Cho, Ph.D., MPA., CPA. UNSIA mulai dirintis pada September 2016, di bawah naungan Yayasan Memajukan Ilmu dan Kebudayaan (YMIK), lalu mendirikan Universitas Siber Asia berdasarkan SK Yayasan No 54 tahun 2019. Sampai akhirnya, UNSIA mendapatkan lisensi resmi dari pemerintah untuk menjalankan pendidikan jarak jauh jenjang sarjana melalui SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 757/M/2020 tentang izin pendirian Universitas Siber Asia. UNSIA selanjutnya, Â disebut sebagai universitas full online pertama di Indonesia.
Binus Online Learning di bawah naungan Universitas Bina Nusantara yang menjadi tempat kuliah daring pertama di Indonesia dan Universitas Siber Asia yang menjadi universitas full Online pertama di Indonesia, serta pelaksanaan kuliah daring pada masa pandemi covid-19 di berbagai kampus, telah menunjukkan bukti bahwa perkuliahan daring bisa diwujudkan. Meskipun demikian, perkembangan pendidikan jarak jauh (PJJ) melalui perkuliahan daring ternyata memiliki perbedaan dengan kuliah virtual. Apa yang membedakan?
Sejak Facebook bertransformasi ke Meta dan Microsoft ikut meramaikan tren metaverse lewat Mesh, dunia metaverse semakin menunjukkan keseriusannya. Kabarnya kelak, segala aktivitas luring bisa dilakukan di metaverse, dan segala aktivitas daring akan dialihkan ke metaverse hingga mampu melewati batas realitas virtual.
Kuliah merupakan salah satu aktivitas dalam dunia pendidikan yang terus mengalami perkembangan seiring kemajuan teknologi dan inovasinya. Bersama pertumbuhan dan perkembangan teknologi digital, aktivitas akademik, termasuk di dalamnya kegiatan perkuliahan juga mengalami transformasi secara perlahan namun pasti.