Mohon tunggu...
Sumintarsih Min
Sumintarsih Min Mohon Tunggu... Guru - guru bahasa Indonesia SMP Al Irsyad Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah

Menjadi guru adalah pilihan hidup yang sangat saya syukuri. Dengan menjadi guru setiap saat saya bisa menitipkan pesan positif kepada penerus masa depan bangsa dan agama. Menulis adalah salah satu cara menggerakkan lingkungan (siswa, guru, dan orang tua siswa) untuk berbagi dan turut meningkatkan literasi bangsa. Insyaallah terus menulis, belajar menulis, dan mengajak orang lain menulis. Bismillah.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kecanduan Buku

29 Agustus 2022   09:57 Diperbarui: 29 Agustus 2022   10:00 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kecanduan Buku

Ayah Bunda, sangat benar adanya bahwa dalam survei tingkat penjualan buku paling tinggi adalah buku anak. Hal ini dikarenakan setiap orang tua pasti menyisihkan uangnya untuk membelikan buku anak. Terutama bila masih mempunyai anak balita, bahkan buku-buku dengan harga tinggi pun terbeli.

Ya, sudah sepantasnya bahwa orang tua mempunyai harapan bahwa anak-anak mereka segera mengenal angka dan huruf. Jauh ke depan lagi mereka berharap anak-anak mereka menjadi anak yang pintar. Salah satunya ditunjukkan dengan anak mengenal dan mencintai buku sejak kecil.

Namun, benarkah anak-anak terus mencintai buku? Seiring berjalannya waktu, kebutuhan buku pada anak semakin dipercayakan kepada sekolah sehingga orang tua berkurang dalam pemenuhan kebutuhan buku anak. Bagaimana dengan contoh cerita di bawah ini?

Rara, sejak masih bayi, orang tuanya mulai mengenalkannya kepada buku. Aneka jenis dan bentuk buku dibelikan. Dari buku yang kertas biasa sampai buku kain flanel, bahkan buku tebal yang tidak bisa dilipat, sudah pernah dibelikan. Tidak cukup itu, buku yang cara menulisnya menggunakan spidol pun ada di rumahnya. Tulisan spidol itu bisa dihapus maka sampai dua adiknya lahir, buku itu masih bisa dipakai. Sangat visioner sekali orang tua seperti ini.

Kini Rara sudah kelas 3 SD. Dia sudah menjadi penikmat buku, bukan hanya membaca tulisannya. Ya, dia memegang buku ibarat menyantap semangkuk bakso. Dia pegang dulu mangkuknya, dia sendok kuahnya sesendok demi sesendok. Kemudian, ia pandangi helaian mie dan kerlap kerlip bawang goreng serta daun seledrinya. Benar-benar dinikmati, setelah itu baru mengaduk dan menyantap semuanya.

Rara menikmati buku dari mengamati kovernya, membuka halaman demi halaman, melihat detail ilustrasi di dalamnya sampai puas, baru dia membaca. Bermula dari buku-buku yang ringan bacaannya, seputar kehidupan binatang dan cerita-cerita imajinasi umumnya untuk anak TK - SD usia bawah. Beralih ke buku-buku pengetahuan, sampai sekarang buku-buku ensiklopedia dan pengetahuan alam sudah menjadi santapannya. Bahkan, sepertinya dia sudah menampakkan kecenderungannya ingin menjadi peneliti.

"Ma, ayo Ma! Kapan ke toko buku?" rengek Rara kepada mamanya. "Buku Rara sudah habis," sambungnya.

"Buku yang kemarin Sabtu Mama beli?" tanya Mama heran.

"Sudah Rara baca."

Mama Nina mulai memutar otak. Dulu kebutuhan buku menjadi prioritas saat Rara masih balita. Berbeda halnya sejak Rara masuk sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun