Ki Hadjar Dewantara, pelopor pendidikan nasional Indonesia, merumuskan prinsip pendidikan yang tidak lekang oleh waktu: Tringa---Ngerti, Ngrasa, Nglakoni. Ketiga konsep ini menjadi dasar pendidikan yang holistik, membentuk manusia tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara emosional dan terampil dalam bertindak. Dalam konteks pendidikan modern, Tringa menjadi fondasi dalam membangun karakter dan membentuk individu yang utuh dan berdaya saing.
Â
1. Ngerti: Fondasi Kognitif dalam Pembelajaran
'Ngerti' berarti memahami secara mendalam. Dalam praktik pendidikan, ini menekankan pentingnya proses pembelajaran yang tidak hanya menjejalkan informasi, tetapi mendorong siswa untuk mengerti makna dan nilai dari apa yang mereka pelajari. Ini adalah dimensi kognitif---mengasah kemampuan berpikir, menganalisis, dan mengevaluasi.
Seorang siswa yang "ngerti" tidak hanya tahu apa dan bagaimana, tetapi juga mengapa. Ia dapat memaknai pelajaran sebagai sesuatu yang relevan dalam kehidupan sehari-hari, bukan sekadar hafalan untuk ujian. Inilah titik awal yang penting dalam pendidikan karakter.
Â
2. Ngrasa: Kesadaran dan Keterhubungan Emosional
Tahapan kedua, 'Ngrasa', menyentuh aspek afektif. Ketika siswa mampu merasakan nilai dari apa yang ia pelajari, maka akan tumbuh kesadaran diri. Ia mulai menumbuhkan empati, simpati, dan penghargaan terhadap ilmu pengetahuan serta kehidupan sosial di sekitarnya.
Dalam proses ini, pendidikan bukan lagi soal kecerdasan semata, tetapi juga pembentukan hati dan nurani. Inilah yang membentuk siswa yang peka, beretika, dan memiliki motivasi internal untuk bertindak secara positif. Tanpa "ngrasa", pengetahuan akan terasa dingin dan kosong.
Â