"Hosh, hosh, hosh, gajah itu pasti telah jauh tertinggal!" gumam perempuan berkemben hitam dengan rambut panjang sepinggang, terengah-engah. Di sela-sela helaan nafas pendek, punggung tangan kecil itu menyeka keringat di keningnya yang sedikit berdebu hitam. Tungkai bawah, kaki kanan terlihat berdarah, lecet terkena batuan tajam di bawahnya.
Di bawah pohon kayu putih pelan-pelan ia sandarkan tubuh kecilnya. Sepoi-sepoi angin lembah menyapa wajahnya yang menghitam terkena paparan sinar matahari. Namun aura kecantikannya tak dapat ia sembunyikan. Kelelahan membuatnya terlelap.
Sreg!
Perempuan itu tergeragap. Sigap dia pasang kuda-kuda sembari mengitarkan pandangannya ke arah depan, kiri, belakang, dan sebelah kanannya.
"Siapa?" Hardiknya menyelidik.
"Jika ksatria, tunjukkan dirimu!"
Bet bet bet
Sekelebat bayangan tiba-tiba muncul dari arah belakang badannya. Perempuan itu sontak memutar badan dengan tetap siaga. Berjaga-jaga jika ada yang tiba-tiba menyerangnya.
"Keh keh keh...." sesosok bayangan hitam berdiri di hadapan perempuan itu sembari tersenyum kecil.
"Siapa kau?" lantang suara perempuan itu tidak sabar ingin segera mengetahui orang yang datang tiba-tiba itu.
"Hai, gadis, aku Raden Brahmaneka, putra raja Wirata." Dengan gagah penuh wibawa laki-laki berperawakan gempal itu mengenalkan dirinya. Sembari membungkuk, tangan kiri di depan perut dan tangan kanannya direntangkan ke kanan. Seakan begitu menghormat kepada perempuan di hadapannya itu.