Mohon tunggu...
Amos Sumbung
Amos Sumbung Mohon Tunggu... Wiraswasta - bekerja disebuah CSO dan menjalankan bisnis kopi kecil-kecil di Manokwari.

Suka jalan-jalan terutama gratisan (kerja sambil jalan)

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Surga Sagu di Sungai Metamani

3 Februari 2016   10:22 Diperbarui: 3 Februari 2016   10:48 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Papua memang sangat luas. Luasnya mencapai 416.060,77 Km2  sekitar 21.78 % dari seluruh wilayah Indonesia. Dibandingkan pulau Jawa yang hanya sekitar 7,12 % dari luas wilayah Indonesia. Daei segi luasan saja Papua sudah menang telak dari Jawa. Apa lagi dari sumberdaya alam? Tengok saja Freeport yang belakangan ramai di media-media nasional karena masalah perpanjangan kontrak. BP Tangguh milik pemerintah Inggris yang sudah hampir 1 dekade beroperasi di Papaua Barat. Cevron yang melakukan aktivitas eksplorasi minyak dan gas di Kaimana dan Nabire. PetroCina di Sorong, Belum lagi perusahaan manca negara yang mengeruk kayu dari hutan perawan Papua milik pengusaha Cina atau Korea. Belakangan Cina bahakan mulai mengeruk batu kapur di Manokwari dan membuat parbrik semen. Tak hanya itu, kemarin saya melihat wajah Dubes German di koran lokal yang buntut-buntutnya tertarik bekerja sama dengan pemerintah daerah.

Lupakan dengan kumbang-kumbang yang berdatangan ke Papua. Meski seluas samudra, Penduduk Papua adalah yang terkecil di Indonesia. Bahakan pembicaraan di media sosial yang saya perhatikan, muncul kekhawatiran di penduduk asli papua akan peluah punahnya warga Papua Asli. migrasi penduduk dari Barat ke Timur Indonesia kian tak terbendung. salah satu konsekuensi dari berkembangnya suatu daerah. Tengok lah kampung-kampung yang ada di papua, jumlah penduduk per kampung tidak lebih dari 300 jiwa. bahkan kalo dirata-rata hanya 200 san jiwa yang sebagian besar hidup di kota.

Hal ini juga lah yang saya saksikan ketika berkunjung ke sebuah desa yang jauh di hulu sungai Metamani.

Metamani adalah nama sebuah suku yang mendiami daerah aliran sungai yang juga diberi nama Metamani. Letaknya di bagian selatan Kabupaten Sorong Seltan. Belakangan saya mendengan jika salah satu kampung dari 5 kampung di Metamani adalah kampung Pak Abraham O. Aturury . Gubernur Papua Barat 2 periode sekaligus salah satu tokoh pemekaran Papua Barat.  dari setiap kampung, rata-ratan jumlah penduduk hanya sekitar 200 jiwa. itupun sebagian besar tinggal di Sorong atau di Teminabuan. Ketika mau pulang. banyak warga yang ingin menumpang perahu kami karena memang tidak ada transportasi reguler. wajar saja mereka yang merantau harus menunggu bertahun tahun untuk bisa pulang kampung.

Perjalanan ke Bedare (kampung terkahir di DAS Metamanai) memakan waktu 8 jam dengan longboat bermesin ganda 40 PK . meski sudah ganda, tetap saja kecepatan longboat tidak lebih cepat dari kecepatan sepeda . syukurnya longboat yang terbuat dari kayu yang kami tumpangi sudah didesain untuk sebuah perjalan panjang sehingga memiliki atap untuk berteduh dari teriknya mata hari.

Speanjang perjalanan dari Muara Metamani mata dimajakan oleh pemandangan hutan manggrove yang lebat. sesekali tampak burung berbagai jenis beterbangan melintasi sungai. Panjang DAS Metamani sendiri saya googling sampai elek pun tidak dapat informasinya sedikit sekali informasi tentang DAS ini. Padahal, saat ini telah berdiri pabrik sagu milik Perhutani yang diresmikan Presiden Jokowi akhir tahun 2015. Tepatnya berada di Kampung Saga. Meski tidak mengetahui panjang sungai namun perjalanan saya dari Muara Metamani sampai kampung paling terakhir Bedare yakni sekitar 4 jam. cukum pelelahkan. sangkin lelahnya, saya sempat tertidur 2 jam . Pulangnya saya tidak tidur lagi selama perjalanan sampai di Teminabuan.

Sagu memang jadi komoditas andalan suku Metamani. tidak hanya menjadi makanan poko, jug amenjadi sumber pokok penghasilan rupiah. entah berapa luasan hutan sagu alami disini hingga berdirilah pabrik sagu. dengar-dengar luasan area konsesinya 20 ribu hektar. saya jadi bingung. nanti warganya makan sagu dari mana? apakah dari pabrik sagu itu? yang jelas waktu di kampung Bedare, masyarakat disana yang tidak masuk dalam wilayah perusahaan pabrik sagu sempat mengatakan jika mereka menjual sagu ke warga di kampung Saga. Bntah benaran atau hanya bergurau karena perasaan yang sama dengan saya tau bagaimana.

Sagu memangan menjadi salah satu primadona di Papua. banyak daerah terpencil terutama di daerah pantai yang mengandalkan sagu sebagai makanan pokok. Sebagian dusun sagu merupakan hasil tanam nenek moyang mereka seperti di wilayah Kna di DIstrik Saifi namun sebagian besar adalah hutan sagu alami seperti di Saifi, Metamani, Inawatan sebagian, Aranday, Babo, Wasior, Sarmi hingga Madewana di Kaimana.

Karena hanya ada sagu, jadilah makan pagi, siang dan malam hanya tersedia papeda bagi kami. Beras? jangan berharap. kevuali anda mau membeli dengan harga 2-3 kali lipat dari harga di Teminabuan atau Sorong. Tapi inilah indahnya ketika jalan-jalan di daerah terpencil. makanan lokal selalu menjadi yang terenak. dan semoga saja kehadiran Pabrik sagu yang melirik surga sagu ini, tidak menggeser sagu sebagai makanan poko suku Metamani ini.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun