Sulit bagiku untuk menolak karena saat itu akupun juga belum tahu tentang kabar beritamu. Sudah lima tahun berlalu aku menunggumu. Tiada kepastian, aku sudah berusaha untuk menjaga semuanya selama kita tidak bersama aku tidak bisa menerima orang lain. Harapan  kita untuk bisa bersama jalani kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan mampu membuatku bertahan sampai tidak bisa menerima yang lain. tapi bukan untuk saat ini aku bisa menerima orang lain karena orang tuaku.
Setiap orang tua sama yaitu menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya begitu pula orang tuaku. Aku hanya berdoa dan berharap apa yang menjadi harapan orangtuaku menjadi kenyataan. Aku bisa hidup bahagia bersama orang yang belum lama aku kenal dan melamarku memintaku untuk bisa dampingi mengarungi bahtera rumah tangga.
Kau datang saat acara lamaran yang disaksikan banyak orang disana. Ya rabb beri petunjuk-Mu. Saat itu aku tidak bisa temui dirimu, karena memang acara hampir saja dimulai. Bapak ketua rt yang saat itu menemuimu memberitahukan bahwa ada lamaran di rumahku. Aku tahu kau kecewa aku tahu kau bersedih.Tapi aku bisa buat apa. Kau datang bukan saat yang tepat kemana kamu dulu, kemana kau saat aku membutuhkan jawabanmu. Air mata tak terasa menetes di pipi. Sakit memang setelah selama ini kau yang kunanti-nanti datang bukan saat yang tepat.
Maafkan aku, bukan maksud aku untuk menghianatimu bukan maksud hati untuk menyakitimu. Aku doakan kau bisa menemukan kasih yang lain yang mampu buatmu bahagia. Maafkan aku.
Aku yaqinkan hatiku untuk salat istiharoh mohon petunjuk-Nya. Jika memang dia yang terbaik bagiku maka satukan dengan cara-Nya namun jika bukan yang terbaik bagiku maka jauhkan. Berulang kali aku lakukan hal itu tetap hati kecilku mampu menerima lamaran itu  dan menjadikannya imam dalam hidupku.
Merasa gagal dalam mempertahankan cintaku yang dulu aku impikan aku berusaha bangkit dan berharap bahwa jodohku adalah pilihan Allah yang terbaik bagiku. Satu keyaqinan aku mampu jalani dan menerima calon suamiku sepenuh hati.
Tidak sengaja setelah lamaran berlangsung itu aku bertemu dia. Dia sampaikan usahanya untuk bisa  menemuiku, aku berusaha menjelaskan semuanya dan aku memintanya untuk legowo iklaskan semuanya. Karena aku tidak mungkin membatalkan kesepakatan yang telah orang tua sepakati bersama.
"Dik mengapa kamu tega dengan semua ini? tanyanya datar.
"Mas maafkan aku, bukan maksudku untuk menyakitimu, setelah surat terakhir yang aku kirim tanpa ada jawaban itu membuatku mulai ragu untuk menunggumu. Sebenarnya aku masih bisa bertahan namun ternyata orangtuaku berkehendak lain. Aku tidak bisa menolak keinginan mereka, kuharap kau mengerti".Â
"Tidak bisakah kau batalkan lamaran itu?". Dengan nada setengah memohon.
"Tidak Mas, aku tidak mungkin mengecewakan orangtuaku, maafkan aku". Sambil berlalu meninggalkan dirinya yang masih duduk , harap-harap cemas.