Mohon tunggu...
Sumarjiyati sumarjiyati
Sumarjiyati sumarjiyati Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru PAI SD. Aktif di komunitas Aisei dan Lagerunal.

Menulis baginya sesuatu yang buatnya bahagia, bahagia bisa berbagi, menulis bisa memanjangkan umur dan mengukir sejarah. Tulis yang kamu lakukan lakukan yang kamu tulis.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Bahagia Bersama Meraih Ridho-Nya

7 Oktober 2022   14:00 Diperbarui: 7 Oktober 2022   14:26 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak ada kata yang bisa mewakili bagaimana rasanya berjuang di tahun-tahun terakhir ini. Tahun yang cukup berat tapi banyak sekali keajaiban. Allah tidak akan memberikan ujian pada hambanya sesuai dengan kesanggupanya. Tahun cantic tahun 2020 yang ku lalui telah terplaning beberapa yang harus di jalani. Terpaksa ada yag harus tertunda dan belum terlaksana. Masuk bulan ke tiga di tahun cantik ini Allah berikan ujian pada negeriku bahkan ke penjuru dunia. Segala tatanan kehidupan berubah baik di bidang  ekonomi, politik, sosial maupun pendidikan.

Begitupula dalam kehidupan yang aku jalani. Di masa  pandemi ini aku banyak mengalami hal baru, terkadang ada  sesuatu yang buat hatiku sedih. Aku sadari karena sejatinya masih banyak yang lebih susah dariku, tak ada yang perlu disesali, terkadang orang yang jauh lebih susah mereka lebih tabah dariku. Sesuatu hal yang tadinya ku nilai sebagai hal negatif menjadi hal positif. Aku bisa manfaatkan waktu di rumah dengan berbagai hal kegiatan positif. Aku merasa terlahir kembali. Baru aku sadari arti pentingnya sebuah kebersamaan, kebersihan, ketaatan dan syukur dengan nikmat sehat yang Allah berikan.

Sore itu dalam dekapan senja aku langkahkan kaki untuk segera berlalu meninggalkan halaman belakang rumahku, berharap setelah senja berlalu aku bisa dapatkan kerlib bintang dalam kegelapan malam. Agar kerlibnya mampu menerangi hatiku yang kala itu dirundung pilu. Bagaimana tidak. Setiap senja datang aku selalu teringat bunda yang telah lama meningalkan ku dan tak kan pernah bisa kembali. Nasehatnya selalu terngiang dalam telingaku.

" Nak jadilah istri yang sedikit banyak bisa menghasilkan uang untuk membantu suamimu, minimal jika kamu menginginkan sesuatu kamu tak perlu menunggu atau meminta dari suamimu". Dengan spirit yang bunda berikan, alhamdulilah aku bisa semangat untuk bekerja. Setelah aku selesaikan sekolah di bangku menengah tingkat atas akupun tidak langsung kuliah, namun aku mencari pekerjaan di kota, berharap aku mampu menambah pengalaman kehidupan dan satu harapan bisa menemukan kekasih hatiku.

Hidup dalam perantaun yang jauh dari orang-orang yang kita cintai membuat aku bisa berpikir betapa diri ini lemah tanpa mereka. Aku bangkit aku semangat untuk mampu bertahan hidup di daerah orang. Walau dalam benak terkadang berpikir untuk kembali ke kampung halaman, namun  mengingat betapa besar harapan dan cita-citaku maka aku tetap bersabar dan bertahan. Dengan segala pedih dan perihnya persaingan hidup di kota. Di balik itu semua ada bahagia yang kurasa, aku bisa mendapatkan sesuatu dan aku gunakan untuk memenuhi segala kebutuhanku. Ada nikmat tersendiri di kala kita bisa merasakan hasil dari keringat sendiri.

"Halo, assalamu'alaikum, apa kabar nak ? ". Salam hangat dari ayahku dari kampung halaman. Suara ayahku kudengar lewat telepon rumah pemilik ibu kost yang sudah dua tahun aku tempati.

"Wa'alaikumsalam, alhamdulilah kabar baik Yah". Jawabku dengan perasaan bahagai karena lama tidak bersua dengan ayah dan bunda. Terakhir aku kirim surat memberitahukan aku kirim sedikit rijki untuk membantu ayah bunda di kampung.

" Nak ayah sudah ijinkan kamu untuk mencari pengalaman untuk merantau, sekarang kamu sudah merasakan bagaimana berjuang dan bertahan untuk kamu memepertahankan hidup disana. Sekarang ayah minta kamu bisa kembali untuk pulang agar ayah bunda bisa tenang melihatmu bekerja di dekat rumah". Pinta ayah saat itu.

Obrolan kami lanjutkan sampai akhirnya aku memahami maksud ayah untuk memintaku segera pulang. Alasan yang membuat hati seorang anak terketuk tidak tega melihat keadaan  orangtua yang membutuhkan kehadiran kita sebagai seorang anak. Akhirnya aku putuskan untuk menuruti keinginan kedua orang tuaku. Akupun mengundurkan diri dari pekerjaanku.

Harapan tinggal harapan, selama aku di rantau tak kutemui seseorang yang selama ini aku harapkan dan yang  kucari. Tak pernah aku dengar kabarnya. Waktu bergulir dengan begitu cepatnya, jika tidak karena orang tua akupun pasti masih menunggumu sampai akhirnya kita bisa hidup bersama seperti mimpi kita dulu. Bukan bukan karena aku ingkar janji, namun semua sudah terjadi. Orang tuaku sudah menerima lamaran dari orang lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun