Mohon tunggu...
Simeon Sion
Simeon Sion Mohon Tunggu... Penulis - Aku Hidup karena Tuhan, Maka AKu hidup Untuk Tuhan

Tak Mau Sukses melalui cara Tak Halal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sumpah Pemuda dan Pemuda Masa Kini

28 Oktober 2021   10:15 Diperbarui: 28 Oktober 2021   12:28 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pemuda (sumber: isu bogor.com)

Sembilan puluh tiga tahun sudah runutan kebersamaan pemuda Indonesia hingga saat ini. Hari Minggu tanggal 28 Oktober 1928 pemuda-pemudi kita mengikrarkan sumpah yang dikenal dengan sebutan Sumpah Pemuda. 

Tonggak sejarah lahirnya sumpah pemuda ini merupakan cerminan kerinduan pemuda saat itu untuk Bersatu memperjuangkan kebangsaan yang bebas dari penindasan Kolonial Belanda tanpa sekat Ras, agama, suku dan budaya serta Bahasa. Mereka menyadari perbedaan yang ada merupakan pondasi kekuatan yang tak bisa terkalahkan oleh kekuatan manapun didunia ini termasuk kolonialisme Belanda saat itu.

Kebersamaan yang dirintis mempererat tali persaudaraan menuju kemerdekaan Indonesia. Tak hanya itu, nusantara yang membentang dari Kota Sabang hingga Merauke menemukan kedaulatan yang wajib dipertahankan hingga titik darah penghabisan.  Perjuangan ini wajib diapresiasi serta diberi penghormatan khusus dengan menetapkan tanggal 28 Oktober sebagai  hari Sumpah Pemuda.

Tahun ini Hari Sumpah Pemuda mengusung tema Bersatu, Bangkit dan Bertumbuh. Tema ini dipilih sebagai bentuk penggambaran spirit persatuan dalam keberagaman bangsa Indonesia serta spirit partisipasi kaum muda untuk bangkit melawan pandemi COVID-19 mewujudkan pertumbuhan ekonomi dengan semangat kewirausahaan pemuda.

Sudahkah tema ini menjadi spirit kaum muda kita ?

Menjawab pertanyaan diatas memang sangat pelik. Pemuda pemudi kita sedang dirundung ego personal. Praktek intoleransi dan radikalisme yang terjadi ditanah air menempatkan kaum muda kita pada tempat yang teratas selaku aktor utama. Air kehidupan bangsa kita sedang keruh oleh noda-noda rasisme yang kian hari kian menjadi. 

Isu agama mengisi lorong waktu menuju ruang kehidupan sosial menjauhkan kodratnya dari hubungan pribadi dengan Tuhan. Pancasila sebagai sendi kehidupan bangsa kian hilang kesaktiannya setelah anak bangsa menganut faham lain menjauhkan perbedaan yang menjadi ciri khas bangsa sebagai warisan nenek moyang kita. Badan Pembinaan Ideologi Pancasila  (BPIP) kehabisan jurus meramu faham yang kian hari kian condong menuju pemahaman luar yang sangat jauh dari latar belakang bangsa kita.

Bhineka Tunggal Ika tak lagi menebarkan aroma persatuan. 

Ancaman perpecahan pun kian membayang-bayang langit nusantara. Mungkin narasi-narasi ini cukup sampai disini, selebihnya penulis persilahkan kepada pembaca budiman untuk melihat dengan mata hati kondisi bangsa kita yang sedang tidak enak badan. 

Pada kesempatan ini penulis hanya ingin mengajak kembali kaum muda kita yang belum kronis menjadi homo Pancasilais. Para pendiri bangsa telah meminang Pancasila bukan sekedar simbolitas belaka tapi alasan akar budaya bangsa telah terpatri didalam jiwa pancasila itu. Itulah sebabnya Pancasila tetap menunjukkan kesaktiannya meski dirongrong berulang kali. 

Nilai-nilai luhur Pancasila telah diejawantahkan dalam kehidupan berbangsa  dan bernegara  sekaligus mengandung nilai luhur religi setiap agama dan budaya yang ada di Indonesia. 

Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP Romo Antonius Benny Susetyo pernah menyebutkan bahwa hal yang paling nyata dalam menghayati dan mengamalkan Pancasila adalah menjadikan nilai-nilai luhur yang dimiliki Pancasila menjadi nyata dengan cara menjadikan diri lebih berguna dan bermanfaat bagi manusia. 

Pernyataan ini sedikit memantik naluri dimana praktek kehidupan kaum muda kita sudah mulai memudar. Kehidupan mereka kian terpapar dengan pemahaman-pemahaman agamawi serta budaya asing. 

Kondisi ini diperparah dengan hadirnya era baru era digital yang kian melunturkan budaya asli bangsa kita. Berbagai penelitian menempatkan Indonesia pada lima besar pengguna media sosial terbesar di dunia. Jejaring sosial telah merambah seluruh nusantara. Penggunanya pun sebagian besar berusia muda dan tak salah jika kita mengasosiasikan mereka sebagai homo digitalisasi yang sebagian besar aspek kehidupannya berbalut teknologi digital.

Kapan kita mengelolah mereka ? 

Tak ada kata terlambat untuk mengatasi problematika ini. Bila saja pemangku kepentingan bangsa ini sedikit lupa atau tak mengelola dengan bijak lajunya arus teknologi yang ada, bukan tidak mungkin lima hingga sepuluh tahun kedepan kaum muda kita akan kehilangan kepekaannya terhadap lingkungan sosialnya. Ia bisa menjadi serigala bagi manusia yang lain. 

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila wajib menciptakan jurus baru pengenalan nilai luhur Pancasila kepada kaum muda kita, tidak hanya menghafal Pancasila  dan butir-butirnya serta apel rutin setiap tanggal 17. Kita mungkin kembali belajar ke negeri Cina. Saat ini di Cina viral video-video pendek bertemakan perilaku moral (hampir sama dengan nilai-nilai luhur Pancasila). Video-video pendek ini tersebar luas keseluruh penjuru dunia dan mendapat apresiasi dari kaum muda kita. 

Tak sedikit yang meniru perilaku-perilaku itu. Disini kita melihat bagaimana kaum muda kita lebih memilih konten video daripada literasi  (literasi masyarakat Indonesia 0,004 %).  Pemanfaatan konten video inilah yang bisa diramu pemerintah kita untuk membangun generasi millenial menuju Indonesia cerdas dimasa datang. Kita wajib sadar bahwa perjalanan bangsa ini tak pernah lepas dari peran kaum muda kita  sejak tahun 1928.

Selamat Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2021.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun