Mohon tunggu...
suluh kopi
suluh kopi Mohon Tunggu... Seniman - Produsen kopi lokal khas Yogyakarta

Secarik cerita tentang kegandrungan dalam menyesap secangkir kopi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pembatasan Kegiatan Se-Jawa-Bali, Bagaimana Bisa Ngopi?

14 Januari 2021   18:11 Diperbarui: 14 Januari 2021   18:25 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sejak tanggal 11 Januari 2021 diberlakukan Pembatasan Kegiatan se-Jawa-Bali, saya sedikit resah bagaimana kemudian nasib warung-warung makan, kedai kopi, dan tempat nongkrong lainnya, dengan cara apa mereka bertahan diwabah ini. Terlebih ketika seratus persen kegiatan belajar mengajar dilakukan secara daring, akan berakibat semakin menurun pendapatan mereka yang pengunjung tetapnya adalah mahasiswa, atau malah lebih ramai karena mahasiswa lebih nyaman mengerjakan tugas dan kuliah online di luar rumah, entahlah sekarang ini yang pasti adalah pandemi belum berakhir.

Mirisnya, ketika saya melihat angka presentase tingkat kesembuhan di bawah rata-rata kesembuhan tingkat nasional yaitu 82 persen dan tingkat kasus aktif di atas rata-rata nasional yaitu 14 persen. Begitu mengerikan membuat saya bergidik dan merinding, mengurungkan niat untuk keluar rumah walaupun hasrat meminum es kopi susu dari kedai kopi tersayang sudah membuat saya ngiler. Tapi saya mengukuhkan niatan untuk tetap di dalam rumah, lagipula banyak kedai kopi di Yogyakarta yang tutup pukul 19.00. Kalaupun buka sampai malam, lebih dari pukul  19.00 mereka hanya melayani takeaway. 

Lalu bagaimana cara saya mengatasi candu terhadap kafein ini? Yang mana setiap hari saya minum kopi dari kedai-kedai kopi yang bertebaran. Saya ingat ketika ngopi di salah satu warung kopi lima ribuan di kawasan Nologaten terpajang bingkisan kopi yang berbaris bersama camilan-camilan di rak. Saya coba ingat nama kopi itu, huruf awalnya "S", lama saya kunjung ingat apa nama kopi itu. 

Saya ingat saat tengah malam dan hujan, kopi itu bernama "Suluh Kopi". Saya juga menjumpai Suluh Kopi di beberapa kedai salah satunya kedai kopi para pendaki di kawasan Condongcatur. Saya mulai mengulik Instagram Suluh Kopi, betapa saya kaget, kopi yang membandrol harga murah itu memiliki konten menarik dan kreatif. Bahkan Suluh Kopi berbagi ilmu tentang kopi juga, wah!. "pasti kopinya enak!", batin saya. 

Saya memesan satu bungkus saja melalui link yang tercantum di bio Instagram Suluh Kopi. Harga duapuluh satu ribu kita bisa mendapatkan 200 gram kopi bubuk robusta Temanggung yang begitu saya buka setelah sampai aromanya membuat saya tersenyum dan tidak sabar untuk menyeduhnya. Dan benar! Rasa kopinya mantap banget! Ala-ala kopi warung seharga lima ribu, tapi Suluh Kopi punya peringkat lebih atas dari segi rasa dan kualitas. . Di seduhan kedua, keesokan harinya saya iseng menyampurnya dengan susu kental manis yang sebenarnya bukan susu tetapi gula. Astaga, enak sekali!. Terasa manis dan krimi tapi rasa kopinya tetap ada dan kuat. Andaikan saya seorang seleb gram akan saya rekomendasikan followers saya walaupun saya tidak di endorse oleh Suluh Kopi. hehehe~

Selebihnya Suluh Kopi bisa dihubungi melalui Instagram: https://www.instagram.com/suluhkopi/ dan Twitter: https://mobile.twitter.com/suluhkopi_

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun