Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Pemerhati Isu-isu Pangan Lokal, mantan Peneliti Litbang Kompas

Senang menulis isu-isu pangan, lingkungan, politik dan sosbud kontemporer.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Gaji UMKM Kuliner dan Sistem Produksi Berkeadilan

12 Juni 2025   20:14 Diperbarui: 12 Juni 2025   20:14 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi UMKM Kuliner (Sumber: Kompas.com)

Di balik hidangan yang lezat dan mengundang selera, ada kisah panjang tentang perjuangan para pekerja dapur di UMKM kuliner. Sebagian besar dari mereka t menghadapi jam kerja panjang namun dengan gaji yang seringkali tidak mencerminkan beban fisik dan mental yang mereka tanggung. 

Upah mereka kebanyakan di bawah standar dan tanpa jaminan sosial, meski mereka adalah pilar utama dalam memastikan bisnis berjalan lancar. Dalam konteks ini, strategi produksi yang efisien dan berbasis keberlanjutan penting untuk keuntungan bisnis sekaligus untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja.

Realitas Pahit di Balik Dapur UMKM

Banyak pemilik UMKM kuliner yang terjebak dalam pola pikir bahwa gaji karyawan tidak menjadi prioritas utama. Pekerja dapur yang memasak, menata piring, dan mencuci peralatan sering kali bekerja dengan upah harian atau mingguan yang sangat minim, bahkan jauh dari standar UMR. Dalam banyak kasus, karyawan di dapur bekerja lebih dari 8 jam sehari, dan mereka sering terjebak dalam jam lembur tanpa penghargaan lebih. Gaji yang tidak layak ini berimbas pada semangat kerja dan kualitas hidup karyawan.

Banyak usaha kuliner yang menganggap biaya gaji sebagai beban terbesar dalam perhitungan keuntungan. Padahal, dengan strategi yang tepat, pengelolaan biaya operasional, dan peningkatan efisiensi produksi, hal ini bisa diubah. Dalam realitas banyak UMKM, pengeluaran terbesar justru bukan pada bahan baku atau alat masak, melainkan pada manajemen sumber daya manusia yang belum optimal. Di sini, penerapan sistem yang menguntungkan  pemilik bisnis dan pekerja adalah kunci utama.

Transisi menuju sistem yang adil membutuhkan langkah pertama yang berani, yaitu mengubah pola pikir. Pengelolaan sumber daya manusia harus sejalan dengan filosofi keberlanjutan bisnis dan kesejahteraan pekerja. Oleh karena itu, menciptakan strategi produksi yang efisien dan berbasis bahan baku lokal bisa menjadi langkah awal yang positif. Dengan memperhatikan kesejahteraan pekerja dapur, pemilik UMKM kuliner tidak hanya akan membangun reputasi yang baik, tetapi juga memastikan bahwa tenaga kerja tetap produktif dan loyal.

Bahan Lokal, Margin Global

Ilustrasi pekerja UMKM Kuliner (Sumber: Antaranews.com)
Ilustrasi pekerja UMKM Kuliner (Sumber: Antaranews.com)

Pemanfaatan bahan lokal murah yang berkualitas bisa menjadi salah satu strategi terbaik untuk mengelola keuntungan di UMKM kuliner. Tidak hanya membantu mengurangi biaya, penggunaan bahan lokal juga memberi nilai tambah pada produk karena cerita yang bisa dibangun di balik setiap bahan baku tersebut. Misalnya, menggunakan tempe sebagai pengganti daging dalam menu tertentu, atau memanfaatkan hasil pertanian lokal yang sedang musim. Keputusan seperti ini tidak hanya mengurangi ketergantungan pada bahan impor yang harganya fluktuatif, tetapi juga mendukung ekonomi lokal yang berkelanjutan.

Strategi ini dapat meningkatkan daya jual produk UMKM dengan menawarkan sesuatu yang berbeda dari pesaing, sekaligus mendekatkan bisnis dengan konsumen yang peduli pada keberlanjutan. Dalam banyak kasus, konsumen yang semakin sadar akan pentingnya keberagaman pangan dan ketahanan pangan akan cenderung memilih produk yang berbasis pada bahan-bahan lokal. Hal ini membuka peluang besar untuk UMKM kuliner meningkatkan margin keuntungan, yang pada gilirannya dapat dialokasikan untuk membayar gaji yang lebih layak kepada pekerja.

Menu berbasis bahan lokal juga memberi peluang bagi pemilik UMKM untuk berinovasi. Menyusun menu yang menarik, dengan bahan-bahan lokal yang bisa digali lebih dalam, memberikan keunikan tersendiri dan meningkatkan potensi bisnis. Sebagai contoh, UMKM kuliner di daerah tertentu bisa memanfaatkan hasil pertanian atau produk olahan lokal yang murah sekaligus menonjolkan identitas daerah tersebut. Keunikan ini juga sering kali menarik perhatian pelanggan yang ingin mendukung produk lokal yang berkualitas.

Lebih lanjut, konsep seperti ini akan memperkuat hubungan antara UMKM dan komunitas lokal, karena bahan baku yang digunakan berasal dari petani atau pengrajin lokal. Karyawan dapur yang terlibat dalam pengolahan bahan-bahan lokal ini dapat merasakan manfaat langsung dari keberhasilan bisnis yang berfokus pada keberlanjutan. Mereka bukan hanya bekerja untuk memperoleh gaji yang layak, tetapi juga merasa bangga karena turut serta dalam mendukung perekonomian lokal. Ini adalah contoh nyata dari sinergi antara bisnis dan komunitas yang saling menguntungkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun