Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Mantan Peneliti Litbang Kompas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apa itu "Ketahanan Pangan Berbasis Lokal"? Ini Jawabannya!

4 Mei 2025   11:01 Diperbarui: 4 Mei 2025   11:01 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi petani sebagai aktor utama dalam ketahanan pangan berbasis lokal (Sumber: Antaranews.com)


Ketahanan pangan bukan lagi sekadar istilah akademik atau jargon kebijakan. Di tengah krisis iklim, konflik geopolitik, dan pandemi yang belum benar-benar usai, isu ini menjadi nyata di meja makan kita sehari-hari. Ketika harga beras melonjak, distribusi pangan terhambat, atau produk impor langka di pasar, kita langsung merasakan betapa rentannya sistem pangan yang ada. Indonesia sebagai negara agraris ironisnya masih sangat bergantung pada impor pangan, termasuk bahan pokok seperti gandum dan kedelai. Dalam konteks ini, pertanyaan tentang ketahanan pangan menjadi semakin mendesak untuk dijawab.

Namun, pertanyaannya bukan hanya soal bagaimana memastikan pangan tetap tersedia, melainkan dari mana pangan itu berasal dan bagaimana ia diproduksi. Apakah kita akan terus mengandalkan sistem pangan global yang penuh ketidakpastian? Atau sudah saatnya melirik kekuatan pangan yang bersumber dari lokalitas kita sendiri? Di sinilah konsep ketahanan pangan berbasis lokal menjadi relevan, bahkan krusial. Ini merupakan pilihan gaya hidup sekaligus strategi bertahan.

Di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, gerakan menuju kemandirian pangan berbasis lokal mulai bergeliat. Masyarakat mulai bertanya kembali: mengapa kita harus makan produk jauh kalau yang dekat pun tersedia dan berkualitas? Mengapa petani lokal harus merugi sementara produk impor dibanjiri subsidi? Pertanyaan-pertanyaan ini mengarahkan kita untuk melihat kembali sistem pangan dari akar rumput. Ketahanan pangan bukan hanya urusan pemerintah, tapi juga tanggung jawab kolektif masyarakat.

Dengan menelusuri konsep "ketahanan pangan berbasis lokal", kita sedang membedah sebuah gagasan yang bukan hanya idealistik, tetapi sangat praktis dan bisa diterapkan. Artikel ini akan mengajak Anda memahami definisinya, alasan mengapa ini penting, strategi yang bisa dijalankan, tantangan yang dihadapi, hingga apa yang bisa kita lakukan sebagai individu. Mari kita mulai dari dasarnya terlebih dahulu: apa itu ketahanan pangan sebenarnya?

Definisi Ketahanan Pangan: Lebih dari Sekadar Ketersediaan

Ilustrasi petani memilah gabah hasil panen (Sumber: Antaranews.com)
Ilustrasi petani memilah gabah hasil panen (Sumber: Antaranews.com)

Ketahanan pangan sering disalahartikan semata-mata sebagai ketersediaan pangan dalam jumlah cukup. Padahal, menurut definisi FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia), ketahanan pangan adalah kondisi ketika semua orang, setiap saat, memiliki akses fisik, sosial, dan ekonomi terhadap pangan yang cukup, aman, dan bergizi untuk memenuhi kebutuhan hidup aktif dan sehat. Artinya, ketahanan pangan mencakup empat pilar utama: ketersediaan, aksesibilitas, pemanfaatan, dan stabilitas. Masing-masing pilar ini saling berhubungan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain.

Ketersediaan merujuk pada cukupnya pasokan pangan, baik yang diproduksi sendiri maupun diimpor. Aksesibilitas menyangkut kemampuan individu atau rumah tangga untuk memperoleh pangan, baik secara ekonomi (harga terjangkau) maupun fisik (tersedia di tempat tinggal). Pemanfaatan mengacu pada bagaimana pangan dikonsumsi secara efektif untuk memenuhi kebutuhan gizi. Sedangkan stabilitas berarti keempat elemen tersebut harus terjaga secara berkelanjutan, tidak rentan terhadap gangguan jangka pendek atau panjang.

Dalam konteks Indonesia, keempat pilar ini masih menghadapi tantangan. Misalnya, meski beras tersedia, distribusinya tidak selalu merata. Atau meski pangan cukup, kualitas gizinya rendah. Di sinilah pentingnya memasukkan dimensi lokal dalam perencanaan ketahanan pangan. Lingkungan lokal bisa lebih peka terhadap kebutuhan spesifik masyarakat setempat dan lebih fleksibel dalam menghadapi perubahan.

Konteks lokal juga membuka ruang untuk partisipasi komunitas dalam menciptakan sistem pangan yang adil dan berkelanjutan. Dengan melibatkan petani lokal, memanfaatkan lahan-lahan produktif yang ada, dan memprioritaskan keberagaman pangan lokal, kita bisa memperkuat keempat pilar tadi secara simultan. Artinya, ketahanan pangan berbasis lokal bukan sekadar strategi alternatif, tetapi bisa menjadi landasan utama.

Dengan pemahaman ini, kita bisa mulai membangun sistem pangan yang tidak hanya bergantung pada impor atau pasar global, tetapi juga kokoh dari dalam. Lokalitas bukan penghalang, justru bisa menjadi kekuatan utama dalam menciptakan ketahanan pangan sejati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun