Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Pemerhati Isu-isu Pangan Lokal, mantan Peneliti Litbang Kompas

Senang menulis isu-isu pangan, lingkungan, politik dan sosbud kontemporer.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Pola Makan dan Daya Saing Anak Indonesia di Masa Depan

16 April 2025   17:43 Diperbarui: 17 April 2025   08:00 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(KOMPAS.com/ANTONIUS ADITYA MAHENDRA)

Ketika membicarakan pembangunan manusia, sering kali diskusi berfokus pada pendidikan, akses teknologi, atau penguasaan bahasa asing. Namun, ada satu faktor fundamental yang kerap luput dari sorotan, yaitu makanan. 

Pola makan harian anak-anak Indonesia menjadi penentu awal kualitas daya saing generasi mendatang. Piring yang terisi nasi putih, mi instan, dan gorengan mungkin terasa mengenyangkan, tetapi tidak cukup memberi bahan bakar optimal bagi otak dan tubuh anak untuk tumbuh dan bersinar. Di sinilah urgensinya kita bicara "piring seimbang" bukan sekadar sebagai jargon, tapi sebagai strategi besar pembangunan SDM.

Indonesia saat ini tengah memacu langkah menuju cita-cita besar Indonesia Emas 2045. Dalam 20 tahun ke depan, anak-anak usia SD sekarang akan menjadi tulang punggung ekonomi dan pengambil keputusan. 

Tantangannya, menurut data Riskesdas dan Bappenas, proporsi anak-anak yang masih mengalami kekurangan gizi, anemia, hingga stunting masih signifikan. Jika kita tidak mulai mengatur apa yang masuk ke tubuh mereka dari sekarang, kita sedang menyusun masa depan dengan fondasi yang rapuh. Nutrisi adalah pondasi pertama dari daya pikir, ketahanan mental, dan produktivitas jangka panjang.

Ilustrasi membiasakan makan sehat dengan gizi seimbang di dalam piring (Sumber: Beritasatu.com)
Ilustrasi membiasakan makan sehat dengan gizi seimbang di dalam piring (Sumber: Beritasatu.com)

Menghadirkan piring seimbang artinya menyusun makanan yang memenuhi prinsip gizi beragam, bergizi, seimbang, dan aman (B2SA). Ini bukan hanya soal jumlah kalori, tetapi komposisi yang ideal: ada karbohidrat kompleks, protein hewani dan nabati, lemak sehat, serat, serta vitamin dan mineral dari sayur dan buah. Jika prinsip ini dibiasakan sejak dini, anak-anak akan tumbuh dengan fondasi tubuh dan otak yang kuat. Namun tantangannya adalah: bagaimana membiasakan pola makan seperti ini di tengah gaya hidup praktis dan budaya makan instan?

Pola makan anak-anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya: keluarga, sekolah, bahkan konten digital yang mereka konsumsi. Maka "piring seimbang" tidak bisa hadir sendirian---ia butuh kampanye yang kreatif, dukungan kebijakan, dan edukasi yang membumi. Ketika anak-anak terbiasa dengan menu yang bervariasi dan gizi seimbang, mereka juga belajar untuk mengenal rasa lapar dan kenyang secara sehat, dan menghargai proses makan sebagai bagian dari perawatan diri. Ini adalah literasi hidup yang penting untuk jangka panjang.

Ilustrasi memperkenalkan makanan dengan gizi seimbang sejak dini kepada anak-anak (Sumber: UNICEF)
Ilustrasi memperkenalkan makanan dengan gizi seimbang sejak dini kepada anak-anak (Sumber: UNICEF)

Maka, membangun daya saing generasi emas bukan hanya tentang mencetak siswa berprestasi atau teknokrat cerdas, tapi juga memastikan bahwa sejak kecil, mereka makan dengan baik. Karena dari piring yang seimbang itulah, otak yang cemerlang akan tumbuh.

Gizi Seimbang dan Kognisi Anak
Otak manusia membutuhkan bahan bakar yang konsisten dan berkualitas tinggi untuk berfungsi optimal, terutama pada usia-usia awal kehidupan. Selama masa kanak-kanak, otak berkembang dengan sangat cepat, membentuk jaringan-jaringan sinaptik yang kompleks dan membangun kemampuan berpikir, belajar, serta mengendalikan emosi. Semua proses ini sangat bergantung pada asupan nutrisi. Tanpa pasokan zat gizi yang cukup dan tepat, perkembangan otak bisa terhambat secara permanen, dan itu sulit dikompensasi di usia dewasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun