Ramadan adalah bulan pembelajaran, di mana selama sebulan penuh, kita menjalani kehidupan yang lebih disiplin dalam ibadah, menahan diri dari hawa nafsu, dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik. Namun, seiring mendekatnya akhir Ramadan, fokus sebagian orang dalam ibadah mulai bergeser. Euforia menyambut Idul fitri sering kali membuat orang lebih sibuk dengan persiapan fisik dibandingkan dengan menyempurnakan ibadah.
Fenomena ini terlihat dari meningkatnya aktivitas belanja, persiapan mudik, hingga persiapan jamuan lebaran yang terkadang menyita banyak waktu. Di sisi lain, 10 hari terakhir Ramadan adalah kesempatan terbaik untuk memperbanyak ibadah dan mencari Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan.Â
Sayangnya, banyak yang mulai lalai karena lebih memikirkan hal-hal duniawi. Akibatnya, esensi Ramadan yang sejati menjadi kabur, dan ibadah yang seharusnya tetap diprioritaskan justru tergeser oleh kesibukan persiapan lebaran.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga keseimbangan antara persiapan Idulfitri dan mempertahankan semangat spiritual Ramadan. Artikel ini akan membahas bagaimana fenomena pergeseran fokus ini terjadi, serta memberikan panduan untuk tetap menjaga esensi Ramadan di tengah kesibukan menyambut lebaran.Â
Pergeseran FokusÂ
Menjelang Idul fitri, banyak orang yang mulai lebih sibuk dengan persiapan duniawi dibandingkan dengan memperbanyak ibadah. Salah satu fenomena yang paling umum adalah meningkatnya budaya konsumtif. Pasar, pusat perbelanjaan, dan toko online penuh dengan orang-orang yang berburu pakaian baru, perabotan rumah tangga, serta berbagai barang untuk menyambut lebaran. Belanja memang tidak dilarang, tetapi jika berlebihan hingga melupakan ibadah, maka hal ini bisa mengurangi nilai spiritual Ramadan.
Selain itu, persiapan mudik juga sering menjadi alasan berkurangnya fokus dalam ibadah. Mudik adalah tradisi yang sangat dinantikan karena menjadi momen berkumpul dengan keluarga di kampung halaman. Namun, perjalanan jauh yang melelahkan sering kali menyebabkan orang mengabaikan salat, tidak lagi membaca Al-Qur'an, atau bahkan merasa terlalu lelah untuk menunaikan ibadah sunnah. Alih-alih tetap menjaga semangat Ramadan, banyak yang justru lebih fokus pada perjalanan dan kenyamanan selama mudik.
Tidak hanya itu, kesibukan dalam menyiapkan makanan dan hidangan lebaran juga sering kali menyita perhatian. Di banyak keluarga, hari-hari terakhir Ramadan dihabiskan dengan membuat kue, memasak makanan spesial, dan menyiapkan rumah untuk menyambut tamu. Kegiatan ini memang memiliki nilai sosial dan kebersamaan, tetapi jika terlalu berlebihan, bisa membuat kita kehilangan waktu untuk beribadah.
Seiring dengan euforia persiapan lebaran tersebut muncul hal yang paling mengkhawatirkan, Â yaitu menurunnya semangat ibadah pada 10 hari terakhir Ramadan. Padahal, Rasulullah SAW sangat menekankan pentingnya memanfaatkan malam-malam terakhir Ramadan untuk menggapai Lailatul Qadar. Namun, karena sibuk dengan urusan duniawi, banyak yang justru melewatkan kesempatan emas ini. Akibatnya, mereka kehilangan momen yang paling berharga dalam Ramadan hanya karena terlalu fokus pada persiapan Idulfitri.
Kita perlu menyadari bahwa Ramadan belum benar-benar selesai sebelum takbir Idulfitri berkumandang. Esensi Ramadan adalah meningkatkan ketakwaan dan membentuk kebiasaan baik yang bisa bertahan setelahnya. Oleh karena itu, kita harus menemukan cara agar tetap bisa mempersiapkan Idulfitri tanpa melupakan ibadah dan nilai-nilai spiritual Ramadan.