Mohon tunggu...
Sultan Ananta
Sultan Ananta Mohon Tunggu... Lainnya - Pengalaman adalah guru yang terbaik

Menulis mampu mengubah dunia

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Strartegi BI dalam Mendorong Pemulihan Ekonomi dari Dampak Pandemi Covid-19 Melalui Bauran Kebijakan Fiskal dan Otoritas

22 November 2020   23:20 Diperbarui: 23 November 2020   00:06 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Nama                     : Sultan Ananta

NIM                        : 180810101057

Matakuliah      : Kebanksentralan

Kelas                     : A

Pandemi Covid-19 merupakan suatu bencana dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat. Segi perekonomian,sosial-budaya,pariwisata serta sistem politik. 

Di negara Indonesia pandemi ini sangat membuat sistem tatanan kehidupan tidak dapat terkendali. Melalui kebijakan penetapan pembatasan bersosialisasi melalui Physical Distancing serta di beberapa kota besar menetapkan Pembatasan Sosial berskala Besar (PSBB). Kebijakan seperti ini,menjadi langkah yang strategis dalam menghambat atau memutus rantai penyebaran Covid-19.

Hambatan bersosialisasi menjadikan kegiatan perekonomian menjadi tidak stabil.Perekonomian menjadi tulang punggung dalam kemajuan suatu negara, melalui kegiatan distribusi,konsumsi,serta produksi mampu memberikan sumbangan pada pendapatan suatu daerah mmaupun nasional untuk mengelola sumberdaya yang ada. 

APBD maupun APBN dirancang sedemikian mungkin sebelum tahun berjalan. Alokasi anggaran diatur sedemikian mungkin sesuai kebutuhan dari masing -- masing sektor seperti kesehatan, pendidikan, pariwisata, dan lain sebagainya.

Semenjak  terjadinya Pandemi Covid-19 pada bulan Maret,2020.Negara Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi di Kuartal 1 tahun 2020 sebesar 2,97%. Ini disebabkan oleh adanya guncangan perdagangan internasional dimana sumber utama berasal dari negara China hingga menyebar ke seluruh dunia. 

Beberapa perdagangan internasional mengalami siklus penurunan volume penjualan karena tingkat permintaan barang menjadi turun. Sehingga, pada kuartal tersebut nilai tukar rupiah terhadap dolar mengalami pelemahan serta sempat menginjak Rp17.0000/USD.

Sebab,kekhawatiran pelaku ekonomi pada saat itu dengan menjual aset yang dimiliki untuk keberlangsungan kehidupan yang akan datang, mereka menjual saham,emas maupun obligasi serta menukarkan aset tersebut dalam bentuk dolar yang memiliki tren menguat. Namun, sebelum terjadinya pelemahan yang lebih berisiko pada keadaan resesi. 

Bank Indonesia bekerjasama dengan pemerintah Republik Indonesia dengan membuat beberapa scenario dalam mengatasi dampak Covid-19 terhadap pelaku UMKM,buruh serta perusahaan besar supaya mampu bertahan dalam produktivitas mereka. Pada awal Covid-19 terdapat skenario berat terhadap rupiah sebesar Rp20.000/USD yang mengindikasikan segala model serta teknik aplikasi menanggulangi kasus ini menjadi terarah.

Untuk memitigasi resiko yang lebih berat di kemudian waktu, Bank Indonesia melakukan bauran kebijakan dengan otoritas terkait melalui beberapa langkah yang dimana terdapat bauran kebijakan moneter dan sektor keuangan yang bersinergi dengan kebijakan fiskal. Dari stimulus moneter,langkah yang dilakukan yaitu menurunkan suk bunga kebijakan BI 7DRR pada bulan Februari dan Maret dimana masing-masing sebesar 25 bps, meningkatkan intensitas triple intervention di pasar, DNDF dan pembelian SBN, menurunkan giro wajib minimum ( GWM ) valas bank umum konvensional dari semula 8% menjadi 5%, memperpanjang tenor repo SBN dan lelang tiap hari untuk memperkuat pelonggaran likuiditas rupiah dan menambah frekuensi lelang FX Swap menjadi setiap hari untuk memastikan kecukupan likuiditas, memperluas jenis underying transaksi DNDF sehingga dapat mendorong perlindungan nilai atas kepemilikan rupiah di Indonesia.

Menurunkan GWM rupiah sebesar 50 bps untuk bank yang melakukan kegiatan ekspor -- impor, pembiayaan kepada UMKM dan / atau sektor prioritas lain, melonggarkan ketentuan rasio intermediasi makroprudensial ( RIM ), menyediakan uag higienis, menurunkan biaya SKNBI, dan mendukung penyaluran dana non -- tunai program-program pemerintah, seperti bansos PKH dan BNPT, program kartu kerja, dan kartu Indonesia pintar. Semua langkah strategi tersebut tertuang pada konferensi pers yang dilakukan oleh Kementerian Keuangan, bank Indonesia, OJK, serta LPS di awaal bulan April, tahun 2020.

Dari langkah strategis yang telah  dilakukan sangat bertujuan pada pertahanan perekonomian dalam situasi global yang tidak kondusif. Selain dari sektor moneter,mitigais juga dilakukan pada sektor perbankan melalui beberapa  langkah strategis,seperti: peningkatan kualitas kredit pembiayaan ataupun kredit menjadi lancar setelah direstrukturisasi ini dapat diterapkan tanpa batasan plafon kredit atau jenis debitur ( Non-UMKM dan UKM ).

Dalam sisi fiskal, pada sebelum keadaan normal, Bi sangat tidak diperbolehkan dalam memberikan pembiayaan defisit fiskal, sehingga dalam kondisi yang tidak normal seperti pandemic Covid-19, langkah-langkah yang dilakukan terhadap aspek ekonomi maupun kesehatan diperlukan adanya defisit fiskal yang sangat besar, karena pasar tidak dimungkinkan menyerap semua kebutuhan dari adanya defisit fiskal. 

Sehingga Bank Indonesia diberikan suatu kewenangan melalui Perpu untu membeli SBSN dan SUN di pasar perdana bukan melainkan sebagai first lenden tetapi menjadi sebagai last lenden, selain itupula Bank Idonesia diberikan suatu kewenangan dalam membeli repo surat-surat berharga yang dimiliki oleh LPS sehingga LPS mampu melaksankaan tugas-tugasnya dengan baik, Bi sendiri harus berkoordinasi dengan KSSk supaya pemberian wewenang ini mampu berjalan baik kedepannya.

Melalui beberapa langkah diatas, mengartikan bahwa kepanikan pasar sangat kuat secara global terutama di Indonesiia. Para pemilik aset modal menarik semua aset yang dimiliki lalu diganti ke dolar AS. Sehingga Bank Indonesia memiliki tindakan yang cepat serta responsive dengan melakukan koordinasi dengan pemerintah terhadap aspek yang berkaitan dengan stimulus moneter dan sektor perbankan. 

Selain itu pula, pemerintah sendiri juga melakukan tambahan biaya belanja negara sebesar 405,1 triliun dengan berbagai macam prioritas seperti kesehtaan sebesar 75 ttriliun, social safety net sebesar 110 triliun, dukungan industry sebesar 70,1 triliun serta pembiayaan dalam menangani Covid-19.

Setelah dilakukan beberapa skenari atau langkah strategi, tampak terlihat pertumbuhan ekonomi di kuartal II sebesar -5,32% lalu mengalami penguatan walaupun masih sebesar -3,49%.Keberhasilan Bank Indonesia, pemerintah serta otoritas terkait tidak mampu berdiri sendiri, melainkan penguatan perekonomian sangat perlu bantuan dari peilik modal serta masyarakat secara luas. Sehingga hasil dari pengutan prediksi di kuartal selanjutnya menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Dari beberapa penjelasan yang ada sebelumnya, masyarakat merespon positif disituasi Pandemi Covid-19 dengan melakukan sistem transaksi pada penggunakan aplikasi digital dan banyak terlihat tren belanja pada pusat belanja online seperti Shopee,Bukalapak,Tokopedia dan lain sebagainya,sehingga perputaran uang mampu terjaga dan mengalir walaupun situasi keterbtasan sosial secara tatap muka. Inovasi produk oleh UMKM melalui media digital dan agen digital mampu menambah dan mempertahankan produktivitas. Serta dukungan dari BI dalam berbagai macam program kemudahan UMKM berproduksi membentuk suatu antusiasbagi semua kalangan masyarakat untuk terjun dan berkontribusi memajukan perekonomian Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun