Mohon tunggu...
Liz_Daryu
Liz_Daryu Mohon Tunggu... Pendidik -

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Tolak Angin dan Malaikat Kecil

14 Agustus 2018   21:54 Diperbarui: 14 Agustus 2018   22:46 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak terasa, libur panjang telah berakhir. Rutinitas kembali ke sekolah akan segera dimulai. Kami yang telah terpisah beberapa waktu akan saling bertatap muka kembali.

Bagiku, bertemu kembali dengan murid-murid kecilku merupakan suatu kebahagiaan tersendiri. Pertemuan pertamaku setelah sekian lama masa liburan ini tidak ingin aku lewatkan begitu saja. Keceriaan, kepolosan, serta rasa antusias mereka di sekolah senantiasa membuat hari-hariku lebih berwarna.

Namun, agaknya kebahagiaanku kali ini sedikit terganggu. Hujan tak kunjung datang. Siang hari terasa sangat terik dan udara begitu kering. Malam hingga dini hari terasa begitu dingin hingga menusuk tulang. Cuaca yang kurang bersahabat ini membuatku mengalami rasa sakit di tenggorokan, batuk dan pusing. Aku berharap, keadaanku segera pulih agar esok dapat menemui para malaikat kecilku di sekolah dengan penuh suka cita.

***

Hari yang ditunggu-tunggu kini telah tiba. Aku masuk ke kelas dan disambut dengan wajah-wajah manis mereka. Sebagian dari mereka bahkan mengucap salam sambil mencium tanganku. Kami bersama-sama mengawali hari pertama di sekolah dengan membaca do'a. Kemudian, secara bergiliran mereka menceritakan pengalaman masing-masing selama liburan.

Hampir tiga puluh menit berlalu, tenggorokanku terasa semakin sakit dan kepalaku terasa berat. Aku meminta izin kepada mereka untuk keluar kelas. Di luar kelas aku bertemu dengan guru piket. Singkat cerita guru piket menawarkan diri untuk menggantikanku di dalam kelas. Ia sangat khawatir dengan keadaanku dan memintaku untuk beristirahat di ruang UKS.  Aku terpaksa melewatkan hari pertama sekolah di ruang UKS. Sungguh kasihan.

***

Cukup lama aku tertidur. Bel tanda jam pelajaran berakhir cukup efektif untuk membangunkanku. Aku terbangun dan menemukan sebuah kertas tertempel pada sebungkus obat herbal cair bergambar anak, Tolak Angin (anak), dengan bertuliskan, "Minum ini ya Bu.. semoga Bu Guru cepat sembuh." Aku merasa terharu dan juga terhibur.

koleksi pribadi
koleksi pribadi
Kudapatkan informasi dari guru piket, bahwa salah satu malaikat kecilku (baca: muridku) menanyakan keadaanku dan berinisiatif memberikan obat 'sakti' miliknya. Ia selalu meminum Tolak Angin anak ketika merasa kurang sehat. Ia berharap, dengan meminum obat andalan darinya ini, aku akan segera pulih.

Oh, sungguh ketulusan itu begitu terasa. Baginya, Tolak Angin adalah obat yang sakti dan sangat berharga. Dengan kebaikan hatinya, ia memberikan sesuatu yang berharga kepadaku. Meski itu adalah Tolak Angin untuk anak, niat baiknya sudah tercatat sebagai kebaikan tersendiri buatku. Sungguh manis!

Berhubung usiaku bukan lagi anak-anak (Ehem!), aku membeli Tolak Angin untuk dewasa dan mengkonsumsinya untuk memulihkan kesehatanku yang sempat terganggu. Oh ya, untuk membantu meredakan tenggorokan, aku juga membeli permen Tolak Angin tanpa gula. Rasanya tetap enak dan sangat nyaman di tenggorokan.

Bagiku, kini Tolak Angin lebih dari sekedar obat masuk angin. Ia telah memberikanku pelajaran berharga tentang ketulusan dan kepedulian kepada orang-orang sekitar. Terima kasih untuk Tolak Angin dan malaikat kecilku.

***

Salam sehat semangaaat!

Sulistiyaningsih

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun