Mohon tunggu...
Sulfiza Ariska
Sulfiza Ariska Mohon Tunggu... Penulis - Halo, saudara-saudara sedunia. Apa kabarmu? Semoga kebaikan selalu menyertai KITA.

Penulis penuh waktu. Lahir di Sumatera Barat dan berkarya di Yogya. Emerging Writer "Ubud Writers and Readers Festival" ke-11. E-mail: sulfiza.ariska@gmail.com IG: @sulfiza_indonesia Twitter: Sulfiza_A

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Optimalisasi Isi Piringku dalam Pencegahan Stunting dan Mewujudkan Indonesia Sehat

28 September 2018   14:56 Diperbarui: 28 September 2018   15:04 3140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Isi Piringku yang diajukan siswa SMK 1 Negeri Limboto. Sumber foto: liputan6.com

Binte biluhuta adalah sajian khas Gorontalo berupa sup jagung yang dilengkapi dengan ikan atau udang yang disajikan hangat. Kata "binte" (binde) atau umumnya juga disebut "milu" dalam bahasa Gorontalo berarti "jagung". Sedangkan "biluhuta" artinya disiram atau siraman. Tidak hanya lezat, makanan khas Gorontalo ini mengandung kandungan gizi yang luar biasa seperti vitamin B dan C, karoten, kalium, zat besi, megnesium, fosfor, omega 6, dan lemak tak jenuh yang bisa menurunkan kolesterol.

Menurut Profesor Linguistik dari Universitas Gorontalo, almarhum Mansoer Pateda, binte biluhuta sudah ada sejak zaman Raja-raja Gorontalo dan menjadi konsumsi seluruh lapisan masyarakat; baik keluarga raja ataupun masyarakat biasa. Jagung yang dipipil merupakan representasi dari 'bercerai-berai'.

Binte biluhuta. Foto dari: resepnomnom.wordpress.com
Binte biluhuta. Foto dari: resepnomnom.wordpress.com
Pada abad ke-15 terjadi banyak pertikaian dalam perebutan kekuasaan dan penaklukan kerajaan kecil yang dikenal dengan pertikaian di Sulawesi khususnya antara Kerajaan Gorontalo dan Limboto. Hal ini tidak hanya memperlemah bangsa, tetapi juga mengantarkan rakyat pada kerugian yang sistematis.

Maka lahirlah "binte biluhuta" sebagai salah satu upaya resolusi konflik yang mengukuhkan kembali perdamaian dan persatuan di muka bumi Gorontalo dan Limboto. Jagung yang dipipil sehingga bercerai-berai merupakan representasi raja-raja Gorontalo dan Limboto yang bertikai. Tetapi, dalam "binte biluhuta", jagung-jagung dipipil dan bercerai-berai tersebut, disatukan kembali.               

Tentunya, suku-suku daerah lain juga memiliki konsep yang identik dengan posisi "binte biluhuta" dalam masyarakat tradisonal Gorontolo. Makanan dalam perspektif kearifan lokal, tidak sekadar nutrisi yang mengenyangkan dan memberi kita energi, tetapi juga berfungsi sebagai obat herbal dan meneguhkan ikatan persaudaraan bangsa dalam rahim perbedaan. Makanan juga memiliki makna filosofis dan memiliki fungsi sebagai resolusi konflik yang memperteguh humanitas.   

Hal inilah yang terabaikan ketika slogan "4 Sehat 5 Sempurna" digelorakan di masa lalu Indonesia. Di mana praktik makan bukan sekadar memenuhi kebutuhan asupan nutrisi bergizi untuk memperoleh energi kehidupan, tetapi juga berfungsi untuk memperteguh ikatan persaudaraan, persatuan, dan perdamaian dalam perbedaan. Hal ini identik dengan visi Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi pandangan hidup bangsa yang meneguhkan Nasionalisme dalam keberagaman multibudaya, multireligi, dan multietnis.     

Bukan Hanya Makanan

Sebagai organisasi yang berdedikasi pada gizi dan kesehatan, Persagi merupakan agen perubahan penting dalam menyukseskan program kampanye Isi Piringku. Dalam Kongres Nasional Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) ke-15 dan Temu Ilmiah Ahli Gizi Indonesia di Yogyakarta (26 November 2014), Menkes telah menetapkan langkah-langkah penting yang perlu ditempuh Persagi untuk memberantas sunting. Langkah-langkah ini dirangkum Menkes dalam harapan. Harapan Menkes ini dapat dijadikan sebagai peta untuk menetapkan arah kampanye Isi Piringku. Agar efektif dan efisien (http://sehatnegeriku.kemkes.go.id)  

Harapan Menkes tersebut, antara lain:

(1)Mau dan mampu bertindak sebagai agen perubahan sehingga dapat memberikan kontribusi nyata terhadap upaya perbaikan gizi; baik intervensi spesifik maupun sensitif.

(2)Menghasilkan produk ilmiah  yang inovatif yang sesuai perkembangan IPTEK dan kearifan lokal yang ada di masyarakat dalam upaya mempercepat perbaikan gizi;

(3)Memberikan masukan/kritikan yang konstruktif dan solusinya, berdasarkan hasil pengalaman di lapangan, riset terhadap berbagai dampak pembangunan kesehatan khususnya bidang gizi;

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun