Mohon tunggu...
Sulasmi Kisman
Sulasmi Kisman Mohon Tunggu... Administrasi - Warga Ternate, Maluku Utara

http://sulasmikisman.blogspot.co.id/ email: sulasmi.kisman@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

MDPT, Ruang untuk Kembali Belajar

19 Agustus 2022   04:55 Diperbarui: 19 Agustus 2022   05:08 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan agar pendidikan lebih efektif dan efisien. Kurikulum ini dikenal dengan istilah "satuan pelajaran" yang dirinci menjadi tujuan instruksional, materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar dan evaluasi.

Adapula penyempurnaan berikutnya pada kurikulum 1984, "Kurikulum 1975 yang disempurnakan". Siswa diposisikan sebagai objek belajar. Konsep CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) atau Student Active Learning. Berpindah lagi ke kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999 yang merupakan hasil upaya untuk memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya. Beban belajar siswa melingkupi muatan nasional hingga lokal.

Selang satu dekade, pada 2004 dirubah menjadi Kurikulum 2004 atau dikenal dengan KBK, kepanjangannya Kurikulum Berbasis Kompetensi. KBK mengandung tiga unsur pokok yakni pemilihan kompetensi yang sesuai, spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi dan pengembangan pembelajaran. Ciri-ciri KBK (1) menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal; (2) berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes); dan (3) keberagaman.

Awal tahun 2006 ketika implementasi KBK masih dalam pengujian terbatas tiba-tiba dihentikan dengan terbitnya Permen No. 24 Tahun 2006. Permen ini mengatur pelaksanaan Permen No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi kurikulum dan Permen 23 Tahun 2006 tentang standar kelulusan.

Tahun 2006, pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, sedangkan sekolah dalam hal ini guru dituntut untuk mampu mengembangkan dalam bentuk silabus dan penilaiannya sesuai dengan kondisi sekolah. Ada KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang merupakan hasil pengembangan dari semua mata pelajaran.

Hingga, Kurikulum 2013 yang menekankan pemikiran kompetensi berbasis sikap, keterampilan dan pengetahuan. Di kurikulum ini guru diharapkan dapat mendorong siswa untuk melakukan observasi, bertanya, bernalar dan mengomunikasikan apa yang telah diterimanya. Siswa juga diharapkan dapat memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan sekitar, kemampuan interpersonl, antar-personal dan mempunyai kemampuan berpikir kritis.

Lalu, bagaimana perjalanan kurikulum Pendidikan Tinggi Indonesia? Mulai tahun 1961 atau dengan adanya UU No. 22 Tahun 1961, Penetapan Presiden No. 19 Tahun 1965 Perpres No. 14 Tahun 1965 disusunlah kurikulum yang berbasis pada pokok-pokok Sistem Pendidikan Nasional Pancasila. Selanjutnya pada tahun 1999 kurikulum diatur oleh pemerintah dengan UU No. 2 Tahun 1989, PP No. 60 Tahun 1999.

Selang beberapa tahun terjadi pegeseran paradigma ke konsep KBK, Kurikulum Pendidikan Tinggi dikembangkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk setiap program studi dengan sadaran UU No. 20 Tahun 2003 pasal 38 ayat 3 dan 4, Kepmendiknas No. 232/U/2000 dan perubahan kurikulum inti di Kepmendiknas No. 045/U/2002.

Pada tahun 2010 terjadi kembali perubahan yang mana kurikulum dikembangkan oleh PT sendiri (PP No. 119 Tahun 2005 Pasal 17 ayat 4, PP 17 Tahun 2010 pasal 97 ayat 2.

Kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk setiap program studi di perguruan tinggi dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi dengan mengacu Standar Nasional Pendidikan. (PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 17 ayat 4 tentang Standar Nasional Pendidikan).

Selanjutnya dikembangkan kurikulum berbasis kompetensi merujuk pada PP No. 17 tahun 2010 pasal 97 ayat 1 dan kembali mengembangkan minimum mengandung 5 elemen kompetensi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun