Mohon tunggu...
Sulasmi Kisman
Sulasmi Kisman Mohon Tunggu... Administrasi - Warga Ternate, Maluku Utara

http://sulasmikisman.blogspot.co.id/ email: sulasmi.kisman@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Menapaki Jejak Puta Dino Kayangan bersama Ngofa Tidore

2 September 2020   23:39 Diperbarui: 3 September 2020   11:16 1045
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita Heroik Pejuang Puta Dino Kayangan 

Puta Dino adalah dua kata dari bahasa Tidore. Puta berarti kain sedangkan dino adalah tenun atau anyaman. Seperti wilayah lainnya di Indonesia yang memiliki kain khas, kini Tidore sedang mengembangkan kain tenun khas sendiri yang diberi nama puta dino kayangan. Kayangan adalah tambahan kata yang disematkan Jou Sultan Tidore yang memiliki makna tinggi.

Mama Ita mulai berbagi cerita tentang puta dino kepada saya melalui pesan singkat whattsup. Berawal dari postingan di salah satu media sosial tentang kegiatan adat Kesultanan Tidore. Postingan itu menggambarkan upacara adat. Pada acara tersebut banyak orang yang mengenakan kain khas dari daerah lain, seperti batik, tenun maupun songket

Postingan tersebut spontan dikomentari warganet. Mereka menelisik keberadaan kain khas Tidore. Menurut mereka, Tidore yang identik dengan Kesultanan sudah barang tentu punya kain khas. Hal ini membuat Ibu Anita semakin gelisah dan terdorong untuk menggali tradisi menenun di Tidore.

Proses menenun di Rumah Tenun Tidore [dokpri, 2020]
Proses menenun di Rumah Tenun Tidore [dokpri, 2020]
Kak Wani yang dijumpai di Rumah Tenun juga turut memberi penjelasan. "Kain puta dino ini memang baru dikembangkan di awal tahun 2017. Awalnya ada pelatihan menenun di Jepara, namun yang ikut hanya empat orang: Kak Bams, Noval, kakak cewek dari Ternate dan pak Musa yang juga bertempat tinggal di Ternate."

Sementara Kak Wani, Ifa dan Faya ikut pada pelatihan yang kedua. Mereka dibimbing langsung oleh guru dari Jepara. Ketiganya adalah tim inti. Ngofa Tidore terbagi atas dua tim, tim inti dan tim reguler. 

Tim reguler sampai sekarang berjumlah kurang lebih 10 orang. Anggota tim reguler adalah sukarelawan yang ingin belajar menenun, rata-rata adalah pelajar.

Pelatihan menenun merupakan program inisiasi Bank Indonesia. Bukan tanpa alasan jejak tradisi menenun di Tidore belum ditemukan. Ini juga yang mendorong Ibu Anita mengajak Tim Dosen dari Universitas Indonesia untuk bersama-sama mencari jejak puta dino.

Ibarat mencari jarum di tumpukan jerami, perihal puta dino juga bernasib sama. Wawancara perlu dilakukan untuk menjejaki memori kolektif dari masyarakat setempat. 

Ada tiga informan, Ibu Zainab yang berusia 75 tahun, Bapak M. Amien Faroek (75 tahun) yang juga merupakan keturunan dari Jojou (Perdana Menteri) Kesultanan Tidore dan Bapak Muhammad Usman, seorang pensiunan ASN yang tinggal di Gurabati.

 "Sebelumnya mama Ita juga sudah gencar mengumpulkan informasi tentang motif tenun Tidore ke berbagai tempat. Bahkan pernah juga berkomunikasi dengan pakar kain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun