Mohon tunggu...
Sulasmi Kisman
Sulasmi Kisman Mohon Tunggu... Administrasi - Warga Ternate, Maluku Utara

http://sulasmikisman.blogspot.co.id/ email: sulasmi.kisman@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ibu dan Filosofi Segelas Air

22 Desember 2018   22:20 Diperbarui: 29 Desember 2018   22:26 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita kedua, tentang kewajiban bangun pagi. Cerita ini tentu, tak bias, karena pertanyaan kedua "apakah Ibu mengajarkan kedisiplinan di rumah?"

Meskipun terlahir bukan dari keluarga militer, tetapi sungguh gerak langkah ku cukup cekatan. Cepat dan juga necis. Kedisiplinan telah ditanamkan sejak kecil. Sewaktu masih bersama kami, tepat sebelum subuh, ibu tak pernah alpa menggedor-gedor pintu kamar ku. Tak sekadar membangunkan, aku pun akan diserahkan beberapa tanggung jawab harian dengan nada lantang dan juga tegas. Nyaris tanpa kompromi. Tak sekadar membangunkan, filosofi pagi tak pernah dilupakan "Ayo, bagun! Kalau tidak rejekimu akan dipatok ayam" Entahlah, dari mana asalnya. Setahuku ayam hanya akan memakan biji-bijian atau pakan komersil yang bentuknya crumbles. Dari kebiasaan bagun pagi aku menyadari ini adalah pelajaran sederhana tentang kedisiplinan.

Pertanyaan ketiga disodorkan, "Apa yang mendasari ku membuka gerai nasi kucing tepat di pelataran kampus hijau ini?" Langsung saja aku memberikan jawaban: "ibu dan filosofi segelas air". Dewanti mahasiswa semester VII yang sedari tadi mengunyah pemaparanku semacam terbangun dari lamunan yang panjang. "Benarkah mba Lastri?", tanyanya sembari memutar-mutar pena yang diapit diantara jari tengah dan telunjuknya.

"Iya", aku mengangguk lalu melanjutkan cerita. Sewaktu masih hidup, ibu pernah menyampaikan cita-citanya. Sederhana, "ingin punya warung makan," katanya. Aku bertanya, "kenapa bukan toko atau jenis usaha lainnya saja?," bingung.

Ibu memberikan jawaban, "Hidup ibarat terminal, hanya sebuah persinggahan menuju perjalanan yang lebih panjang. Dalam hidup setidaknya kita bisa menanam yang baik-baik, agar kelak bisa menuai hasil yang baik. Menjadikan diri bermanfaat adalah cara sederhana. Jika tidak bisa bermanfaat bagi bangsa dan negara, setidaknya bisa bermanfaat bagi keluarga atau mungkin pada diri kita sendiri."

Ibu melanjutkan, "Karena hanya punya keterampilan memasak, ibu ingin berjualan nasi saja. Ya mungkin saat bersamaan ada mahasiswa yang kehausan dan tak punya uang lantas mampir ke warung ibu dan meminta segelas air. Tentunya, akan ibu berikan dengan hati senang. Dari segelas air bukankah akan mengalir rasa syukur kemudian akan beterbangan doa-doa di antara junjungan langit? Bukankah itu lebih bermanfaat? Punya sedikit asalkan bermanfaat. Seperti segelas air akan menghilangkan dahaga akan menjadikan layu dan kuyu."

Itulah alasan kenapa, keinginanku semakin kuat untuk berjualan nasi kucing di pelataran kampus yang tak lain berada tepat di teras rumahku. Setiap kali ada mahasiswa yang mampir, "mba Lastri, bolehkah aku menumpang minum saja?" tak menunggu lama aku mengiyakan, dan memberikannya dengan hati senang. Saat melihat mereka meneguk air untuk mengilangkan hausnya, ku bayangkan senyum manis ibu di langit-langit yang tak kasat mata.

"Begitulah ceritanya mba Dewanti," aku menepuk pundaknya.

Ibu dan filosofi segelas air, menjadikan aku mengerti bahwasanya hidup adalah sebuah proses penyusuran, berjalan untuk memberikan kebermanfaatan sehingga kebahagiaan akan terpatri dalam setiap hati yang mampu merasakan.

"Ibu, disini aku memelukmu dalam diam." Doa yang ku panjatkan, semoga amalmu akan terus mengalir seperti filosofi segelas air. Terus mengalir, sampai akhir!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun