Di relung hati terpendam hasrat yang membelenggu, bagaikan rantai yang mengikat, tak terlihat namun nyata. Seperti burung yang ingin terbang bebas di angkasa, namun sayapnya terjebak dalam sangkar yang sempit.
Birahi yang berkobar, membara di dalam dada, seperti api yang tak henti-henti membakar. Menyulut nafsu yang menggelora, tiada tara, namun tak bisa bebas, terperangkap oleh norma.
Mata yang terpejam membayangkan dunia khayal, berlari di padang pasir, mengejar bayangan kebebasan. Namun kenyataan datang membelenggu dalam belenggu, membawa pulang jiwa yang haus akan keindahan.
Bagai bunga yang ingin mekar di bawah sinar matahari, namun terkekang oleh tanah yang memeluk erat akar. Hasrat yang membelenggu, bagai rindu yang tak terbalas, merintih dalam gelap, mencari celah menuju cahaya.
Dalam terpaan angin malam, bisikan-bisikan kebebasan, mengusik jiwa yang terbelenggu, meronta ingin lepas. Namun apakah ada jalan untuk mengurai belenggu ini? Ataukah harus terus berkubang dalam hasrat yang membara?
Biarlah puisi ini mengalun sebagai seruan kebebasan, mengurai belenggu dalam kata-kata yang membebaskan. Agar hasrat tak lagi terbelenggu, merintih dalam dada, dan jiwa bisa terbang bebas, mewujudkan impian yang terpendam.
***
Solo, Kamis, 7 September 2023. 8:13 am
Suko Waspodo